Oleh : Achmad Fathoni (Direktur el-Harokah Research Center)
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, meminta seluruh kader banteng Jawa Tengah bekerja untuk memenangkan pasangan Ganjar Pranowo dan Taj Yasin di Pilgub Jateng 2018. Tidak Tanggung-tanggung Megawati bakal memecat kader yang tidak mau bekerja untuk memenangkan Ganjar-Yasin. Begitu pesan Megawati yang disampaikan ketua DPD PDIP Jateng, Bmbang Wuryanto (Bambang Pacul) yang hadir di Acara Legislator Summit di Semarang, Jawa Tengah. Tidak sampai di situ, sebagai pimpinan PDIP Jateng, Bambang mendapat pesan khusus saat menemui Megawati di gedung DPP PDIP beberapa waktu lalu. Pesan bernada gurauan itu masih diingat Bambang hingga saat ini. “Rapatlah kita hari Kamis siang, dipanggil Ibu Ketua Umum. Ibu duko (marah). Kalau sampai (Jateng) kalah, tak sembelih Kamu siap, Saya cacah-cacah, Siap.” Ungkap Pacul menjelaskan dialog pertemuannya dengan Mega seperti diberitakan Kantor Berita RMOLJateng, Minggu (4/1).
Tentu saja, pernyataan tersebut patut disayangkan oleh publik. Pasalnya pernyataan arogan “Tak sembelih Kamu” bukan kali ini saja. Tetapi pernyataan senanda jupa pernah disampaikan pada kesempatan-kesempatan sebelumnya. Sebagaimana diberitakan di laman www.detikNews.com, Minggu, 02 Maret 2008, dinyatakan bahwa Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri galak juga. Dia akan ‘menyembelih’ Tjahyo Kumolo jika Bibit Waluyo dan Rustriningsih kalah dalam pilkada Jawa Tengah 22 Juni 2008 kala itu. Pernyataan lain yang senada juga pernah disampaikan kepada Hasto Kristiyanto, setelah terpilih menjadi Sekretaris Jenderal, saat Konggres IV PDI Perjuangan di Denpasar Bali (Jum’at, 10/4/2015) dengan menyatakan ,”Di depan banyak orang saya bilang, kalau kamu mengkhianati partai, saya sembelih,” katanya. Pernyataan tersebut dimuat di laman www.tribunnews.com (Jum’at, 10 April 2015).
Setelah sekian kali pernyataan arogan tersebut keluar dari lisan beliau, maka tentunya publik sudah bisa menebak apa yang ada di benak Sang Ketua Umum tersebut. Seharusnya pernyataan arogan tersebut tidak boleh keluar dari seorang ketua Umum dari sebuah partai berkuasa di negeri ini, negeri Muslim terbesar di dunia, yang terlanjur dipersepsikan oleh dunia sebagai negeri yang santun dan beradab. Pasalnya, walaupun kepada kader partainya sendiri, beliau berani mengeluarkan sikap arogan, apalagi kepada “rival politik” di luar partai-nya, tentu bisa diduga kuat akan lebih “ganas” lagi. Maka tidak berlebihan kiranya publik menyimpulkan bahwa rezim yang berkuasa saat ini, yang ditopang kuat dan dalam kontrol penuh PDIP, mempunyai sikap yang otoriter dan diktator dalam pengelolaan negara. Publik bisa menyaksikan bagaimana rezim telah mencabut BHP Ormas HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) tanpa melalui proses peradilan dengan menerbitkan Perppu Ormas (yang sekarang telah disahkan menjadi Undang-undang nomor 2 tahun 2017 yang baru tentang Ormas). Fakta ini menunjukkan kediktatoran dan arogansi yang nyata-nyata di depan mata.
Maka dengan “fragmen arogansi” tersebut, justru akan menurunkan kepercayaan publik terhadap partai tersebut. Apalagi sudah ada banyak elemen bangsa ini yang telah berani “melawan” PDIP, semisal: Presidium Alumni 212 dan Ulama’ Madura, yang telah melaporkan Ketum PDIP tersebut terkait penodaan agama Islam ke Polda Jatim beberapa bulan yang lalu. Ini menunjukkan bahwa eksistensi PDIP sedang di ujung tanduk. Oleh karenanya, jika sepak terjang PDIP semakin arogan dan sering “menyakiti” hati Umat Islam, maka bukan suatu yang mustahil, Umat Islam sebagai elemen umat beragama terbesaar di negeri ini, akan “menumbangkan” PDIP baik di Pilkada tahun 2018, maupun Pileg dan Pilpres di tahun 2019. Waspadalah!!!. Wallahu a’lam.[]