Mediaumat.info – Kilas balik terhadap Arab Spring yang melanda beberapa negara Arab, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi mengungkapkan Arab Spring di Suriah yang dimulai sejak 2011 sangat berbeda dengan negara lain, karena rakyat Suriah tidak menerima tawaran Amerika Serikat (AS) yang menawarkan demokrasi.
“Sementara di Suriah ini, Arab Spring yang berbeda sekali. Sebab Suriah ini, rakyatnya pada waktu itu tidak menerima tawaran demokrasi yang ditawarkan oleh Amerika Serikat,” dalam Kabar Petang: Assad is Gone, Pengamat Bongkar Pengendali Krisis Suriah, Senin (9/12/2024) di kanal YouTube Khilafah News.
Alasan Suriah menolak tawaran itu, karena rakyat bersama para mujahidin, menginginkan agar Suriah ini menjadi pusat negara Islam. Bahkan ada yang menginginkan agar Suriah ini menjadi negara khilafah ‘ala minhajin nubuwwah. “Hal ini yang membuat Amerika menjadi sangat khawatir bahwa Suriah itu menjadi pusat negara khilafah,” beber Farid.
Jelas Farid, Suriah tidak bisa dilepaskan dari Islam, perjuangan mereka pertama kali dalam Arab Spring, itulah yang membedakan dengan Mesir, Libya, ataupun Tunisia. Terutama, Mesir dan Tunisia itu relatif bisa dikendalikan oleh Amerika dan tidak berkepanjangan.
“Amerika berhasil menawarkan demokrasi pada dua negara, yaitu Mesir dan Tunisia, walaupun proses demokrasi ini juga menghantarkan kembalinya rezim represif. Seperti yang terjadi di Mesir dan di Tunisia ya,” ungkap Farid.
Menurutnya, tidak heran jika Amerika Serikat mengerahkan segala potensi kekuatannya, untuk mencegah berdirinya negara khilafah. Sebab, Amerika mengetahui dengan tegaknya negara khilafah, akan membuat umat Islam bisa bersatu. Namun, hal ini sangat membahayakan Amerika Serikat di Timur Tengah.
“Maka bisa kita pastikan, Amerika akan berupaya untuk mengarahkan Suriah ke arah negara yang kembali sekuler. Walaupun, tentu bisa jadi sekuler yang dibumbui dengan Islam. Itu sangat mungkin ya karena kalau rezim sekuler atau radikal tentu banyak rakyat Suriah yang tidak menginginkan ini, bisa menjadi jebakan berikutnya dari Amerika untuk perubahan di Suriah,” ucap Farid.
Artinya, kalau kita ingin benar-benar perubahan di Suriah, menjadi perubahan yang mengarah pada kemenangan Islam yang hakiki, maka apa yang dilakukan adalah penegakan khilafah ‘ala minhajin nubuwwah. Sebab, dengan penegakan khilafah ‘ala minhajin nubuwwah inilah, yang akan memutus intervensi Amerika Serikat, baik oleh AS secara langsung ataupun oleh negara-negara aktor regional, yang di belakang itu adalah Amerika Serikat. Misalnya Arab Saudi ataupun Turki.
“Jadi dengan berdirinya negara khilafah ‘ala minhajin nubuwwah inilah, maka Suriah akan mendapatkan kemenangan yang sejati,” pungkasnya.[] Novita Ratnasari
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat