Pada tanggal 9 Juli 2024, Menteri Luar Negeri rezim Saudi, Faisal bin Farhan, saat berpartisipasi melalui video call dalam “Forum Penelitian Teluk ke-14 di Inggris”, menekankan “pentingnya memperkuat sistem internasional yang ada untuk menjadi benteng pertahanan melawan kekacauan dan konflik, juga untuk menyediakan kerangka kerja sama dan hidup berdampingan secara damai antar negara” (aawsat.com, 9/7/2024).
Yang dimaksud dengan sistem internasional yang ada adalah dominasi Barat yang dipimpin oleh Amerika terhadap dunia, terutama terhadap negeri-negeri kaum Muslim, yang dipecah-pecah oleh Barat menjadi lebih dari 50 bagian atas nama negara-negara merdeka, yang faktanya adalah negara suapan (satelit) Amerika, sehingga negara-negara ini ditempatkan di bawah kendalinya melalui rezim yang didirikannya dan melalui antek-antek yang dilantiknya, termasuk rezim Al Saud.
Menteri Arab Saudi menekankan “kebutuhan mendesak untuk mendirikan negara Palestina yang layak dengan kedaulatan yang diakui.” Sungguh ini merupakan pengkhianatan tingkat tinggi dan konsesi sekitar 80% wilayah kepada perampas kekuasaan, Yahudi. Padahal semua tahu bahwa hal ini mustahil untuk dicapai dan hanya omong kosong yang digunakan oleh para antek untuk menipu masyarakat.
Menteri Arab Saudi menyerukan gencatan senjata di Gaza serta komitmen terhadap dialog dan negosiasi, sehingga menegaskan pengkhianatan rezim Arab Saudi terhadap kaum Muslim di Gaza, juga ketidakpeduliannya terhadap darah orang tak berdosa yang tertumpah di sana akibat pembantaian para kriminal entitas Yahudi. Dia tidak menyerukan rezimnya untuk memobilisasi tentara guna menolong rakyat Gaza dan membebaskan Palestina (hizb-ut-tahrir.info, 12/7/2024).
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat