Arab Saudi Larang Slogan Politik Saat Haji, Ajengan Yuana: Justru Khutbah Haji Wada’ Rasulullah Sarat Aspek Politis

 Arab Saudi Larang Slogan Politik Saat Haji, Ajengan Yuana: Justru Khutbah Haji Wada’ Rasulullah Sarat Aspek Politis

Mediaumat.info – Terkait sikap pemerintah Arab Saudi yang melarang slogan politik selama pelaksanaan ibadah haji, Mudir Ma’had Khadimus Sunnah Bandung Ajengan Yuana Ryan Tresna menegaskan, justru khutbah Haji Wada’ Rasulullah SAW sarat dengan aspek politis.

“Aspek politis pada khutbah (Haji Wada’) tersebut sangat dominan karena menyangkut kepentingan bersama umat Islam dan terkait urusan umat Islam di dalam dan luar negeri,” ujarnya kepada media-umat.info, Jumat (14/6/2024).

Di antaranya, sambung Ajengan Yuana, setiap Muslim hendaknya selalu menghadirkan pada diri mereka niat ikhlas karena Allah dalam setiap amalan, menyampaikan nasihat kepada penguasa dan tidak mengkhianati mereka, serta menjaga persatuan umat di bawah kepemimpinan mereka.

Sementara, persatuan dimaksud adalah berdasarkan ideologi Islam dan ukhuwah islamiah. “Wahai manusia, ingatlah, Tuhan kalian satu. Bapak kalian juga satu. Ingatlah, tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas non-Arab, dan bagi orang non-Arab atas orang Arab, tidak bagi orang berkulit putih atas kulit hitam, dan bagi orang berkulit hitam atas kulit putih; kecuali ketakwaannya,” demikian pesan Rasulullah yang diriwayatkan Imam Ahmad.

Maka terkait hal ini, Ajengan Yuana pun menuturkan bahwa membangun persatuan umat atas dasar ras dan suku, bahkan lebih jauh secara akumulasi dari ikatan sukuisme adalah nasionalisme misalnya, adalah tidak boleh.

Sebab selain rapuh dan bersifat emosional, ikatan ini tidak didasarkan pada sebuah akidah rasional yang memancarkan sistem, sebagaimana Islam yang menurut Ajengan Yuana, telah menetapkan bahwa ikatan yang kokoh adalah ikatan mabda’ (ideologi) Islam, yaitu akidah Islam yang melahirkan sistem kehidupan.

Wajib

Lebih dari itu, aspek politis lainnya adalah kewajiban kaum Muslim mengikuti sunah Khulafaur Rasyidin dalam berpemerintahan.

Adalah hadits riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi, yang artinya: “… Sebabnya, di antara kalian ada yang hidup (setelah ini) akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh pada sunahku dan sunah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia dengan geraham. …”.

Berkenaan dengan itu, Ajengan Yuana menerangkan, bahwa wasiat ini sangat identik dengan ‘kepemimpinan politik’ yang mengikuti metode (manhaj) kepemimpinan Rasulullah SAW. “Ini menunjukkan adanya sunah (manhaj) para khalifah di kalangan sahabat berkaitan dengan kepemimpinan,” terangnya.

Hal ini dipertegas oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz di dalam kitab Al-Ajurri al-Baghdadi, Al-Syarî’ah, I/40, yang artinya:

“Rasulullah SAW dan para ulil amri setelah beliau (Khulafaur Rasyidin) telah menggariskan adanya sunah, yakni sikap berpegang teguh pada Kitabullah, menyempurnakan ketaatan kepada Allah dan menegakkan kekuatan (fondasi kehidupan) di atas agama Allah. Tidak boleh ada seorang pun dari makhluk-Nya yang boleh mengubahnya. Tidak boleh pula menggantinya (dengan sunah selainnya). Tidak dilihat sedikit pun apa pun yang menyelisihi sunah tersebut. Siapa saja yang mengambil petunjuk dari sunah tersebut akan menjadi orang yang tertunjuki. Siapa saja yang mencari kemenangan dengan sunah tersebut akan diberikan kemenangan. Siapa saja yang meninggalkan sunah tersebut dengan mengikuti selain jalan orang-orang beriman, maka Allah akan menyerahkan dirinya pada apa ia jadikan tempat bergantung (selain Allah), menyeret dia ke dalam Jahannam, dan dia adalah seburuk-buruknya tempat kembali.’

Bahkan ungkapan ‘gigitlah dengan gigi geraham yang kuat’, ini menggambarkan keteguhan dalam berpegang pada sunah, yakni jalan hidup Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, (Ibn Rajab, Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, 2/126).

Tak ayal, kata Ajengan Yuana menambahkan, Rasulullah pun berwasiat agar kaum Muslim senantiasa menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dasar sistem kehidupan.

“Wahai umat manusia, sungguh aku telah meninggalkan bagi kalian perkara yang jika kalian pegang teguh, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan sunah Nabi-Nya,” ucapnya, mengutip HR al-Hakim dan al-Baihaqi, yang berarti merupakan jalan menuju kerugian dan kehancuran ketika umat tidak menjadikan Al-Qur’an dan sunah sebagai asas kehidupan mereka.

Untuk itu Ajengan Yuana berpesan agar umat senantiasa menjalankan semua syariat yang sudah Allah SWT tetapkan, sebagaimana kata Ibnu Katsir di dalam Tafsir-nya (7/267), yang artinya: “Ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu. Tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia. Berpalinglah dari orang-orang musyrik.” Kemudian beliau melanjutkan, “Tiada bermanfaat bagi mereka pertolongan sebagian mereka kepada sebagian yang lain. Sesungguhnya tiada yang mereka peroleh selain dari kerugian, kehancuran dan kebinasaan.”

Adalah pemberitaan sebelumnya, berdalih untuk memastikan bahwa haji benar-benar mewujudkan tingkat pengabdian, ketenangan, dan spiritualitas tertinggi, Menteri Haji Arab Saudi Tawfiq Al-Rabiah mengatakan slogan-slogan politik tidak memiliki tempat selama haji. Larangan itu diungkap saat dia mengumumkan 1,2 juta Muslim tiba di Makkah pekan ini untuk melaksanakan acara tahunan tersebut.

“Haji adalah untuk beribadah, bukan untuk slogan-slogan politik apa pun,” ujar Tawfiq al-Rabiah pada Kamis (6/6/2024). [] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *