Arab Saudi Keluarkan Fatwa yang Diskreditkan Ikhwanul Muslimin
Mediaumaat.news – Diduga khawatir akan pengaruh kelompok Ikhwanul Muslimin, Arab Saudi keluarkan fatwa yang mendiskreditkan Ikhwanul Muslimin.
“Memang Arab Saudi diduga kuat sangat mengkhawatirkan pengaruh Ikhwanul Muslimin di Arab Saudi. Makanya, mengeluarkan fatwa yang diduga kuat mendiskreditkan Ikhwanul Muslimin,” ujar Direktur El Harokah Research Center Achmad Fatoni pada acara Kabar Malam, Sabtu (14/11/2020) di akun Youtube Khilafah Channel.
Sebelumnya, dewan ulama senior Arab Saudi mengeluarkan fatwa bahwasannya Ikhwanul Muslimin adalah kelompok teroris, dan tidak mewakili nilai-nilai Islam yang sebenarnya. Ikhwanul Muslimin juga digambarkan sebagai kelompok sesat yang merusak hidup berdampingan di dalam negara. Kelompok ini dikatakan sering menimbulkan hasutan, kekerasan dan terorisme.
Achmad menjelaskan bahwa Ikhwanul Muslimin memang gerakan yang berpengaruh di Timur Tengah, baik di Mesir, Suriah dan Yordania. Bahkan, pernah berkuasa di Mesir beberapa waktu yang lalu sebelum akhirnya dikudeta oleh militer.
Selain khawatir, Achmad juga mengatakan dengan adanya fatwa kontoversial ini, Arab Saudi ingin mencoba mendelegitimasi keberadaan gerakan Islam.
“Dengan fatwa yang kontroversial, Arab Saudi ingin mencoba mendelegitimasi keberadaan gerakan Islam yang memang tumbuh di Timur Tengah. Ingin agar Gerakan-gerakan Islam ini tidak berkembang dan berpengaruh di Timur Tengah yang notabene para penguasanya dalam kontrol kuat negara adidaya Eropa dan Amerika,” ungkapnya.
Selain itu, Achmad juga menduga bahwa fatwa ini mengikuti skenario global dari negara-negara Barat. Yakni isu terorisme akan dilekatkan pada gerakan Islam, kelompok Islam, parpol Islam yang mencoba ingin melakukan perubahan ke arah Islam.
Ia juga menjelaskan bahwa fatwa ini sangat berdampak bagi kelompok Islam. “Sangat berdampak, di antaranya dengan fatwa kontoverisal ini (Arab Saudi) memberikan pesan. Dengan fatwa tersebut maka gerakan-gerakan Islam ditakut-takuti, tidak boleh berkembang, tidak boleh masuk ke Arab Saudi. Yang memang secara faktual gerakan Islam di Timur Tengah mulai banyak di Arab Saudi yang ingin mengembalikan posisi umat Islam sebagai pemimpin dunia dengan Islam, bukan dengan demokrasi atau yang lainnya,” bebernya.
Kedua, dengan fatwa ini, menurut Achmad elemen gerakan Islam menjadi terpecah belah dan saling curiga. Itulah strategi yang dipakai untuk memberikan stigma negatif bagi kelompok-kelompok Islam yang menginginkan perubahan ke arah Islam.
Sehingga, menurutnya, fatwa tersebut tidak layak diikuti. “Bila fatwa tersebut jelas sangat merugikan kepentingan umat Islam, maka fatwa itu tentu tidak layak untuk diikuti. Diduga kuat dengan fatwa itu justru akan memecah belah umat Islam. Padahal, elemen Islam ingin mengajak umat ini keluar dari permasalahan yang multidimensional,” pungkasnya.[] Billah Izzul Haq