Mediaumat.news – Terkait dengan hasil pemilu Amerika yang saat ini sedang bersaing ketat antara Joe Bidden dan Donald Trump, pengamat politik Internasional Farid Wadjdi menilai siapapun pemenangnya, kebijakan politik luar negeri Amerika terhadap dunia Islam secara mendasar tidak akan berubah dan tetap negara ideologis yang mengusung kapitalisme global.
“Jadi, secara umum tidak akan ada perubahan yang mendasar siapapun yang terpilih. Amerika tetaplah Amerika yang bermain di panggung yang sama yakni kapitalisme global, siapapun pemainnya,” tuturnya kepada Mediaumat.news, Kamis (05/11/2020).
Menurutnya, yang berbeda nanti kemungkinan hanyalah pendekatannya saja. Ada yang soft ada yang hard. “Seperti George W. Bush dikenal dengan pendekatan hard. Obama dikenal dengan pendekatan yang soft. Tapi tetap mereka memerangi kaum Muslimin,” ujarnya.
Ia menilai sebagai negara kapitalisme global, Amerika tentu memiliki prinsip-prinsip pokok dalam kebijakan politik luar negerinya yang tidak akan berubah siapapun yang memimpin Amerika. “Amerika dalam politik luar negerinya adalah menyebarluaskan dan mengusung kapitalisme di dunia dan mempertahankan eksistensi kapitalisme. Ini menjadi tujuan politik luar negeri Amerika yang tidak akan berubah,” bebernya.
Di samping itu, ia menilai metode atau thariqah dari politik luar negeri Amerika adalah al-isti’mar atau penjajahan, baik itu secara ekonomi, politik, militer, maupun sosial budaya. “Karena itu, kalau kita lihat tidak akan terjadi perubahan yang mendasar dalam kebijakan politik luar negeri Amerika terhadap dunia Islam,” ungkapnya.
Pertama, menurutnya Amerika akan tetap memerangi Islam dan kaum Muslimin yang ingin sungguh-sungguh menegakkan atau mengembalikan syariah Islam secara kaffah dan menyatukan dunia Islam di dalam naungan Khilafah dengan mengatasnamakan perang melawan terorisme atau perang melawan radikalisme.
Kedua, ia menilai Amerika akan tetap mempertahankan rezim-rezim boneka mereka di dunia Islam yang selama ini menjadi kaki tangan politik luar negeri Amerika di wilayah-wilayah regional. “Meskipun rezim itu diktator atau represif seperti Mesir, Suriah, dan Uzbekistan, Pakistan, dan mungkin termasuk Indonesia” ujarnya.
Ketiga, menurutnya Amerika akan tetap mempertahankan eksploitasi mereka terhadap kekayaan negeri-negeri Islam terutama di bidang migas dan energi. “Mereka akan tetap mempertahankan kendali mereka atas minyak dan gas serta kekayaan alam dunia Islam terutama di Timur Tengah,” ungkapnya.
Keempat, ia menilai Amerika tetap akan mempertahankan eksistensi penjajah Yahudi di Palestina. Siapapun yang akan menjadi pemenangnya. “Ini merupakan harga mati karena keberadaan entitas penjajah Yahudi di Palestina adalah bagian penting politik luar negeri Amerika di Timur Tengah untuk menimbulkan kekacauan di sana, instabilitas di Timur Tengah menjadi alat intervensi bagi mereka,” terangnya.
Berikutnya, ia menilai Amerika akan melakukan politik adu domba dan belah bambu atau stick and carrot di dunia Islam. Mengadu domba kelompok-kelompok Islam. Demikian juga merangkul kelompok-kelompok islam yang sejalan dengan kepentingan penjajahan Amerika atas nama moderatisme atau apa yang mereka sebut sebagai Islam moderat.
“Sementara kelompok-kelompok yang mengusung penegakan syariat Islam secara kaffah, menurutnya akan diberikan stick dengan tudingan radikal dan sebagainya tentu dengan memanfaatkan penguasa-penguasa represif di negeri Islam,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it