Apakah Islam Relevan Diterapkan di Indonesia?

Mediaumat.info – Menjawab pihak-pihak yang menuduh Islam tidak relevan diterapkan di Indonesia, Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroky menyatakan sistem Islam itu harus diuji, apakah masih relevan atau tidak dalam peradaban modern seperti sekarang ini.
“Jika pertanyaannya demikian, maka seharusnya sistem Islam itu diuji, apakah masih relevan atau tidak dalam peradaban modern seperti sekarang ini,” ujarnya dalam Kajian Islam Kaffah: Indonesia Berkah dengan Islam Kaffah, Ahad (19/1/2025) di Gedung MUI Jalan Nusantara Raya, Kota Depok.
Secara historis, jelas Wahyudi, Islam di dalam peradabannya pernah terbukti secara fakta menguasai dunia selama 14 abad dan Islam adalah peradaban yang sangat modern di tengah peradaban yang ada pada saat itu yaitu Romawi dan Yunani.
Islam, sebut Wahyudi, bahkan pernah memiliki bentuk konstitusi sejak zaman Rasulullah SAW di abad ke-7 Masehi.
“Kita lihat bagaimana peradaban saat ini, atau sistem konstitusi yang digunakan oleh Amerika, Inggris, Prancis justru muncul belakangan yaitu sekitar abad ke-18 yang kemudian diadopsi oleh negeri ini. Namun anehnya, justru hal yang demikian itu dianggap modern, dan dibangga-banggakan sementara Islam dianggap terbelakang,” keluhnya.
Menurut Wahyudi, Piagam Madinah (622 Masehi) adalah bukti bagaimana Islam secara konstitusi hukum mampu menyelesaikan permasalahan yang ada pada saat itu. Lihat juga bagaimana Islam menyelesaikan permasalahan antara kaum Anshar dan Muhajirin yang akhirnya bisa menemukan titik damai melalui solusi yang di berikan oleh Islam.
“Jelas sistem Islam justru lebih modern dan solutif dibandingkan dengan sistem mana pun di dunia ini,” tegasnya.
Berkebalikan dengan fakta sejarah tersebut, saat ini banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan baik. Menurutnya, hal yang demikian terjadi karena saat ini kaum Muslim, menggunakan sistem yang kuno yaitu sistem kapitalis. Sistem Islam tidak dipakai secara sempurna, sebagaimana seperti tubuh tanpa kepala, bahkan hanya sedikit sekali Islam di libatkan dalam aturan kehidupan saat ini.
Ketika moderator bertanya, apakah Islam dapat diterapkan saat ini, dengan retoris ia menjawab, “Kalau di Madinah dahulu Islam bisa diterapkan dalam kondisi masyarakat yang minoritas, kenapa justru saat ini Islam yang sebagai mayoritas di negeri ini tidak bisa menerapkannya?”
Yang jadi masalahnya, jelas Wahyudi, “Apakah kita mau?”
Padahal, sebutnya, kalau dilihat pada tahun 1602, saat penjajah masuk ke negeri ini yang membawa sistem kapitalisme atau yang dikenal dengan 3G (gold, gospel, glory), kira-kira sistem pemerintahan apa yang ada di negeri ini?
“Jelas sistem yang dipakai oleh nenek moyang kita adalah Islam, bahkan negeri ini dikenal sebagai negeri para sultan,” terangnya.
Perlu Diperjuangkan
Dalam kesempatan yang sama, narasumber kedua Direktur Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA) Dr. Erwin Permana mengatakan penerapan Islam harus diperjuangkan, ketika ditanya moderator, “Apakah Islam perlu diperjuangkan?”
Erwin pun menjawab “Apakah kita mau hidup di dalam kesempitan? Jelas bahwa sistem Islam wajib untuk diperjuangkan.”
Islam, beber Erwin, menuntaskan permasalahan dengan sangat baik sebagai solusi terhadap kesewenang-wenangan manusia yang ada saat ini.
“Itulah sebabnya di dalam Islam ada empat hal yang menjadi dasar penerapan sistem pemerintahan Islam,” sebutnya.
Pertama, kedaulatan di tangan syariat sebagai hukum yang datang dari Zat yang Mahaadil yaitu Allah SWT, Inilah yang menjadikan penerapan hukum Islam sudah pasti akan adil kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali.
Kedua, kekuasaan di tangan umat yang menjadikan Islam begitu mewah sebab peraturan dibuat oleh Allah SWT namun di jalankan oleh manusia. Manusia hanya menjalankan saja sebagai bentuk ketaatan kepada sang Khalik.
Ketiga, hanya khalifah yang berhak mengadopsi (thabani) hukum dan menjalankan sanksi hukumnya sebagai aturan yang wajib ditaati.
Keempat, umat harus memiliki pemimpin yang satu, bukan terpecah-pecah tersekat dalam bentuk nation (bangsa) seperti sekarang ini.
“Jika keempat poin ini bisa diterapkan, maka seluruh permasalahan yang ada saat ini bisa diselesaikan,” pungkasnya.[] Vidi Albarra
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat