Apa yang Terjadi Setelah 20 Tahun Perang Melawan Terorisme?

 Apa yang Terjadi Setelah 20 Tahun Perang Melawan Terorisme?

Afghanistan

Dua puluh tahun telah berlalu sejak Amerika mendeklarasikan apa yang disebutnya sebagai “perang melawan teror” setelah terjadinya serangan 11 September di menara World Trade Center di New York pada tahun 2001. Setelah itu Amerika menduduki Afghanistan dan Irak. Dan inilah Amerika pada hari ini, menarik diri dari Afghanistan, menyeret ekor kekalahan, meninggalkan orang-orang yang mempercayainya, dan meratap di lapangan bandara Kabul.

Dua puluh tahun yang lalu, dunia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana “perang melawan teror” hanyalah dalih palsu Amerika; tujuan di baliknya adalah untuk melancarkan perang militer dan politik untuk menyerang negara-negara Islam, menaklukkan rakyatnya, menjarah harta kekayaan mereka dan mendominasi mereka. Atau, sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden AS George W. Bush ketika dia mengumumkannya, sebagai “perang salib”.

Dari aspek militer, Amerika telah secara langsung menduduki Afganistan dan Irak, dan dengan dalih pendudukan ini, Amerika telah menempatkan pangkalan militernya yang besar di negara-negara Timur Tengah dan di negara-negara Asia Selatan dan Asia Tengah. Kemudian dengan memanfaatkan momentum kehadiran militer ini, selain menyusup ke banyak organisasi bersenjata dengan memaksakan dirinya terlibat pada setiap konflik atau ketegangan bersenjata yang muncul di salah satu negara di kawasan ini, jika bukan Amerika sendiri yang mengobarkan konflik ini maka dia jugalah yang membenarkan intervensinya.

Adapun dari aspek politik, Amerika telah memberlakukan perumusan undang-undang dan perubahan kebijakan negara pada semua pemerintah negara-negara Muslim yang secara langsung dan tidak langsung melarang dan mengkriminalisasi aspek-aspek dasar hukum Islam, dan bahkan mendorong pengenalan nilai-nilai yang lebih condong ke Barat yang dipaksa masuk ke negara-negara Islam. Istilah dan konsep jihad dihapus, pendidikan seksual dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah, hukum tentang keluarga diubah, dan perkumpulan homoseksual disahkan. Dengan dalih memerangi kaum takfiri dan ekstremisme, peran fatwa dan masjid sekuler terus-menerus ditekan untuk mengatakan bahwa Muslim dan non-Muslim adalah sama dalam hal keimanan.

Kemudian, agar Amerika dapat memastikan bahwa umat Islam tidak akan bangkit menghadapinya dan untuk melindungi perang salibnya dari reaksi umat Islam di negara-negara Muslim lainnya, dan untuk menutup pintu simpati penduduk dari negara lain dengan umat Islam, Amerika memberikan tekanan pada pemerintah di dunia dengan semboyan “bersama dengan kami atau dengan teroris” agar berpartisipasi dalam kampanyenya untuk mendistorsi Islam. Mereka mendirikan penjara Guantanamo, dan dari sana, klip-klip video disiarkan untuk mempermalukan kaum Muslim yang ditahan di sana, sehingga metode kesepakatan ini menjadi contoh bagi pemerintah dunia lainnya untuk diikuti saat berurusan dengan kaum Muslim. Jadi, mereka menyerang kaum Muslim di seluruh dunia secara moral dan membuat mereka tetap berada di sudut tuduhan, dan setiap Muslim harus membuktikan kepada dunia bahwa dia bukan seorang teroris maupun ekstremis dan bukan musuh kemanusiaan! Kampanye ini memberikan lampu hijau kepada para penguasa Muslim pengkhianat untuk menindas dan menganiaya kaum Muslim, sehingga mereka menekan para da’i, membubarkan perkumpulan muslim, dan menangkap setiap pemuda atau wanita muslim yang mereka curigai mendukung jihad melawan tentara pendudukan Amerika, atau ingin memerintah dengan hukum Allah dalam kehidupan mereka. Ketika Amerika menghadapi keganasan perlawanannya di Afghanistan dan Irak, mereka menggunakan para politisinya, seperti John Negroponte, yang membuat persekongkolan jahat bernama “opsi Salvador” dengan cara membuat penduduk di sebuah negara saling baku hantam, dan membawa orang-orang seperti Pervez Musharraf di Pakistan, Hamid Karzai di Afghanistan dan Nuri al-Maliki di Irak untuk menerapkan cara itu. Ini adalah kebijakan yang kejam.

Situasinya tetap seperti itu sampai revolusi Musim Semi Arab datang, membawa harapan yang tulus untuk membebaskan diri dari penguasa boneka. Semangat umat muncul bersamanya, dan setiap orang yang berduka atau berharap akan kematiannya adalah berbohong. Seperti masalah utama umat lainnya, Islam muncul ke depan, dan umat mulai berpikir untuk menerapkan hukum Islam lagi, dan mulai meneriakkannya di alun-alun, “Pemimpin kami selamanya adalah tuan kami Muhammad,” hingga Khilafah menjadi opini publik di kalangan umat Islam, dan Musim Semi Arab hampir berubah menjadi mata air Islam. Barat mulai menjadi gila, dengan dipimpin Amerika. Revolusi-revolusi ini, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah, sedang menggembar-gemborkan perubahan dari keadaan lemah kepada keadaan yang lebih kuat atas segala sesuatu yang telah dibangun Barat selama beberapa dekade kolonialisme. Amerika hampir menjadikan Musim Semi Arab sebagai rencana jahat, dan awalnya mengklaim secara salah bahwa itu adalah revolusi, kemudian berusaha mengubahnya menjadi perang melawan terorisme untuk menghancurkannya, hingga Presiden AS Obama mengatakan bahwa apa yang membuat rambut di kepalanya menjadi cepat beruban adalah karena pertemuan di Pentagon untuk revolusi di Suriah! Amerika dan agen-agennya menghancurkan kota-kota Umat Islam, membunuh jutaan orang, dan menggusur puluhan juta lainnya, dan pembantaianpun menjadi berita harian, dan penjara penuh dengan penyiksaan dan pemerkosaan. Kaum revolusioner didatangkan Bersama dengan regu pembunuh dari seluruh dunia, dan pemerintah di wilayah itu dimanfaatkan untuk menjejalkan revolusi ke dalam koridor politik dan konsesinya.

Pandangan Barat tentang Umat Islam adalah murni penjajahan, dan Umat tidak akan mampu menghadapi Barat kecuali mereka memutuskan untuk menghadapinya sebagai kekuatan kolonial yang harus dicabut dari negara kita. Juga, para penguasa Muslim saat ini, yang memegang kunci-kunci negara dan membuka pintunya bagi kolonialisme; Jika kunci-kunci negara itu tidak diambil dari mereka, kita akan terus menerima tusukan Barat dari belakang dan membayar harga yang mahal dalam kehidupan dan kehormatan kita.

Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang? Jawabannya adalah mengubah keadaan kolonialisme dan menghilangkan pengaruhnya dari negara-negara Muslim, dan menyadari bahwa solusi lain adalah penilaian terhadap umat Islam untuk tetap tinggal, sebuah mangkuk yang diperjuangkan oleh Barat! Allah (Swt) berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ اَتُرِيْدُوْنَ اَنْ تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ عَلَيْكُمْ سُلْطٰنًا مُّبِيْنًا

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai teman setia dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah kamu ingin memberi alasan yang jelas bagi Allah (untuk menjatuhkan hukuman) atasmu?” [TQS 4:144]

Adapun cara yang bisa dilakukan adalah dengan menciptakan opini publik yang menekan umat Islam pada kekuatan dan perlindungan umat agar hanya takut kepada Allah dan berpihak pada kelompok umat Islam. Allah (Swt) berfirman:

وَقِفُوْهُمْ اِنَّهُمْ مَّسْـُٔوْلُوْنَ ۙ

“Tahanlah mereka. Sesungguhnya mereka akan ditanya.” [TQS 37:24]

Hizbut Tahrir bersama Anda dan ada di antara Anda, dan dia telah mempersiapkan dirinya dan para pekerjanya untuk mendirikan Khilafah Rashidah yang berjalan di atas metode kenabian, dan telah menempatkan kultur pemerintahan dan administrasi Islam di tangan Anda, yang akan segera mendirikan Khilafah, dan setelah berdirinya akan menjadi negara pertama yang bersaing untuk kepemimpinan di dunia, Insya Allah.

Ir. Salah Eddine Adada
Direktur Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir

5 Safar 1443 H
Minggu, 12 September 2021

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *