Antek, Darah dan Nestapa… Mari Memahami Geopolitik Mali
Oleh: Fajar Kurniawan (Analis senior PKAD)
Sabtu kelam, aksi sejumlah teroris membantai setidaknya 134 petani dan penggembala Muslim di Ogossogou, Mali tengah. Menurut PBB, wanita yang sedang hamil ikut dibunuh dan beberapa korban dibakar hidup-hidup. di antara para korban di Ogossogou adalah wanita hamil, anak-anak kecil dan orang tua.
Riwayat konflik antara pemburu Dogon dan penggembala semi nomaden Fulani dapat terjadi karena akses tanah dan air. Dogon juga menuduh Fulani memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok jihadis. Sedangkan kelompok Fulanis mengklaim bahwa militer Mali telah mempersenjatai para pemburu untuk menyerang mereka. Tahun lalu, ratusan orang tewas dalam bentrokan antara pemburu Dogon dan anggota kelompok etnis Fulani.
Situasi Mali dirundung konflik dan Chaos akibat penguasa antek barat. Ada banyak protes dan reaksi spontan oleh rakyat Mali khususnya muslim karena ketidakadilan yang menimpa mereka dan korupsi otoritas, rezim dan mereka yang menjalankannya, dan korupsi uang negara, sementara rezim meninggalkan orang-orang yang menderita kemiskinan dan perampasan atas tanah dan akses air. Kondisi kehidupan mereka memburuk dan masalah mereka memburuk di berbagai tingkatan.
Mali adalah contoh negara yang dirundung konflik para antek Barat. Apakah Inggris, Perancis, maupun Amerika Serikat. Pihak Inggris tidak takut pada manuver Perancis karena pengaruhnya di Mali, sebagaimana terhadap Amerika Serikat, tetapi Inggris melihat bahwa keduanya akan memperkuat pengaruhnya, sehingga menggeser kue kekuasan Inggris. Tapi itu terjadi secara bertahap karena tidak ada konflik dengan Perancis tetapi konflik serius dengan Amerika.
Hubungan internasional antara Inggris dan Prancis dalam situasi saat ini hampir mendekati persaingan yang tampak halus. Tetapi suhu politik berbeda antara Amerika dan Inggris, ini lebih dekat dengan konflik internasional yang memanas. Situasi ini masih ada di Mali dan banyak negara di Afrika. Amerika dan Prancis berusaha mengambil keuntungan dari lemahnya pengaruh Inggris di Afrika, dengan harapan bahwa masing-masing agen mereka membuat kemajuan dan memimpin rakyat dan kemudian menyelinap ke dalam pemerintah dan mengganti agen-agen Inggris dengan pendekatan mereka yang berbeda.
Ada bermacam corak ragam politik kolonial barat di Afrika, akan tetapi pada dasarnya tujuan mereka adalah sama yaitu politik pecah belah atau adu domba. Hal ini dilakukan untuk mempermudah di dalam usaha untuk tetap menguasai tanah jajahan, diantara strategi penjajahan adalah sebagai berikut :
- Demokrasi dan Hutang. Demokrasi dan hutang sebagai alat untuk melegitimasi penjajahan Barat atas Afrika. Melawan kepentingan Barat, berarti mendapat stigma anti demokrasi, berarti siap ‘diintervensi’.
- Politik Asimilasi/Percampuran. Dalam hal ini orang-orang pribumi di Afrika diperlakukan sama dengan orang Barat, perlakuan yang sama ini diberikan disegala bidang kehidupan antara lain: Pendidikan, hukum, Sosial ekonomi maupun hak yang sama dalam Parlemen.
- Politik AsosiasiPada politik ini maka orang-orang Barat melebur orang pribumi dan mencetak kembali menjadi orang orang yang berjiwa Barat
- Politik Devide At ImperaPolitik ini dilakukan dengan memecah belah penduduk pribumi sehingga lebih mudah untuk dikuasai.
- Politik Conversion au Cristianisme. Politik ini dilakukan dengan cara mengadakan Kristenisasi terhadap penduduk pribumi.
- Pola Politik C. Khodes Politik kolonial ini dilakukan dengan penekanan kepada kepentingan imperium Barat atau kepentingan kaum kolonis di koloni.
- Pola Politik D. Livingstone. Pada politik ini menekankan kepada pertanggungan jawab sebagai pembimbing untuk bumi putera.
- Sistem pemerintahan In Direct rule. Dalam sistem pemerintahan ini adalah sistem pemerintahan tidak langsung yaitu melalui birokrasi-birokrasi yang ada.Mereka hanyalah alat Amerika dan Barat (Eropa). Ketika perannya berakhir, mereka akan berakhir seperti akhir para kaki tangan Amerika dan Barat di negeri-negeri Muslim.
Seluruh wilayah Afrika menjadi proxy war AS, Inggris, Perancis, maupun negara-negara Barat lainnya. Di sebagian negeri-negeri Afrika kaya akan kekayaan alam di perut bumi, seperti minyak, uranium, tembaga, dan lainnya. Barat menjelajahi dunia sejak Abad 19 tidak lain untuk menjajah dan merampok kekayaan dunia. Mereka mencari kekayaan itu. Meski metode penjajahan telah berubah, selama ideologinya tetap Kapitalisme, maka motifnya tidak akan berubah, yaitu mereka keluar untuk menjajah guna merampok kekayaan Dunia Ketiga. Inilah yang terjadi dan itulah yang diinginkan oleh Amerika. Bagi Amerika dan bagi siapapun, Laut Merah dan Teluk Aden akan selalu merupakan sebuah kawasan terusan yang strategis. Lebih dari 30% semua minyak mentah dan lebih dari 10% perdagangan global melewati daerah ini.
Kembali kepada protes itu spontan dan alami muslim dan rakyat di Mali, ini merupakan reaksi terhadap ketidakadilan politik dan ekonomi. Penguasa dan gengnya di Mali mengambil alih kekuasaan dan uang, dan mereka mengubah Konstitusi sesuai dengan persyaratan mereka. Dia dan gengnya dituduh melakukan korupsi dan penyalahgunaan dana, sementara orang menderita kesulitan hidup dari kemiskinan, harga tinggi dan pengangguran dan ketidakmampuan untuk membeli kebutuhan dasar dan yang diperlukan. Apa yang mereka sebut daya beli masyarakat yang buruk meskipun negara ini kaya akan kekayaan, terutama minyak dan gas. Tetapi perusahaan asing menjarahnya bekerja sama dengan rezim dan mereka yang ada di lingkaran kekuasaan. dan rakyatnya menderita kesengsaraan dan kesulitan hidup.
Rezim Mali hari ini bersikeras untuk tidak absen dari tempat kejadian, kecuali dia dipaksa mati dan tentara mendukungnya dan kelas politik Inggris juga. Inggris memiliki pengaruh politik dan ingin mempertahankan rezim dan orang-orangnya. Karena rezim itu pro-Inggris, maka sangat penting baginya di Mali dalam menghadapi Amerika.
Amerika berupaya masuk ke Mali, mengeksploitasi keadaan Mali dengan berbagai aksi protes, mengklaim bahwa ia menentang ketidakadilan dan tirani dan mendukung hak rakyat, meskipun AS dan anteknya tidak peduli dengan ketidakadilan, penindasan dan tirani, tetapi ia mensponsori mereka di seluruh dunia, dan mendukung rezim tirani dan Represif, terutama di dunia Islam, dan negara-negara Arab.
Rakyat Mali harus memiliki kesadaran tentang apa yang terjadi, mereka harus menolak London, menolak Washington, bukan Paris. Mereka harus menunjukkan bahwa mereka menjadi rakyat yang sadar akan intervensi asing dan tujuan mereka, dan mereka mengemban kesadaran akan hal itu. Rakyat Mali telah memiliki pengalaman dengan agen dan kejahatan mereka dan memahami peran negara-negara kolonial dan dukungan mereka terhadap rezim dan agen yang korup. Mereka harus mewujudkan pembebasan negeri dengan solusi yang solutif.[]