‘Ancaman Nuklir Iran’, Alasan Saudi untuk Membenarkan Normalisasi dengan Yahudi?

 ‘Ancaman Nuklir Iran’, Alasan Saudi untuk Membenarkan Normalisasi dengan Yahudi?

Mediaumat.news – Pernyataan Raja Salman yang ‘meminta dunia bersatu agar Iran tidak punya senjata pemusnah massal’ dalam sidang umum virtual PBB 23 September lalu dinilai sebagai pembenaran alasan normalisasi dengan Yahudi.

“Pernyataan Salman, tidak lain untuk membenarkan alasan normalisasi dengan Yahudi, dengan mengangkat ancaman nuklir Iran. Selama ini beberapa negara Arab seperti UEA, Bahrain dengan dalih demi keamanan nasional dari ancaman nuklir Iran melakukan koalisi dan normalisasi dengan penjajah Yahudi,” ungkap Pengamat Politik Internasional Farid Wadjdi kepada Mediaumat.news, Jumat (25/9/2020).

Menurutnya, Raja Salman juga menjadi ‘juru bicara’ Amerika Serikat yang selalu mengangkat Iran sebagai ancaman Timur Tengah, mengalihkan dari persoalan Timur Tengah sesungguhnya yaitu intervensi Amerika dan negara-negara Barat lainnya dan penjajahan Yahudi yang dilahirkan dan dipelihara Barat untuk terus menerus menciptakan instabilitas di Timur Tengah.

“Pernyataan Salman yang mengecam Iran, namun tidak mengecam penjajahan Yahudi di Palestina, serangan Rusia dan Amerika di Suriah, yang telah membunuh banyak kaum Muslimin sungguh menunjukkan posisinya sebagai boneka Amerika,” ungkapnya.

Ia juga menilai sikap Saudi tersebut semakin menampakkan pengkhianatan penguasa Arab terhadap kaum Muslimin terutama terhadap Palestina.

Nuklir Iran 

Terkait ancaman nuklir Iran, menurut Farid, sesungguhnya itu merupakan persepsi ancaman semu yang terus dibangun Amerika dan negara-negara regional. Pasalnya, meskipun Iran punya potensi untuk mengembangkan senjata nuklir, tapi Amerika sampai kapan pun tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir sampai batas yang mengancam sekutunya di Timur Tengah. Karena akan membahayakan sekutu dekat Amerika, yaitu penjajah Yahudi, tapi juga mengancam kepentingan Amerika di kawasan Timur Tengah dan dunia.

Ia juga menyebutkan, posisi Iran selama ini meskipun seolah berseberangan dengan Amerika, tapi kerap menjadi alat kepentingan AS, seperti mendukung rezim Bashar Assad, mendukung rezim boneka AS di Irak dan Afghanistan, termasuk dukungan Iran terhadap milisi sektarian dalam perang Yaman.[] Joko Prasetyo

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *