Mediaumat.id – Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan menilai benang merah berbagai manuver Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) yang kerap menyatakan ‘tolak politik identitas, dai provokator khilafah, radikalisme, intoleransi, dan terorisme’ diarahkan kepada Islam.
“Saya lihat benang merahnya dari manuver-manuver PNIB ini semua tuduhannya diarahkan kepada Islam,” ungkapnya dalam program Prespektif: Lagi!! Kampanye Tolak Politik Identitas, Khilafah, Radikalisme, Intoleransi, dan Terorisme??!! di kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data, Senin (8/5/2023).
Manuver dari narasi radikalisme misalnya, menurut Fajar, selalu diarahkan kepada orang-orang yang selama ini konsisten menyuarakan kepentingan umat, menyuarakan Islam, dan seterusnya.
“Kenapa justru yang selalu dikatakan radikalisme itu adalah diarahkan kepada orang-orang yang selama ini konsisten menyuarakan kepentingan umat, menyuarakan Islam, dan seterusnya?” kritiknya.
Selalu saja PNIB menyebutkan narasi-narasi negatif itu, dengan tujuan menyudutkan satu pihak, lalu mendiskreditkan pihak-pihak yang perlu didiskreditkan dan seterusnya.
“Misal narasi radikalisme itu, dai-dai dan orang-orang yang konsisten mengkritisi setiap langkah-langkah kebijakan yang mengarahkan negeri ini pada liberalisme itu disebut radikal. Apakah orang-orang atau tokoh-tokoh, ulama-ulama yang konsisten membela suara umat itu disebut radikal?” katanya.
Menurutnya, jika manuver-manuver ini dibawa ke ranah kontestasi politik, menjadikan PNIB di satu sisi menyuarakan politik identitas tapi di sisi lain melawan politik identitas.
“Dia sedang berusaha melakukan upaya pembelaan umat tapi di saat yang sama dia sendiri sedang menciptakan identitas dia sendiri dan kelompoknya. Ini saya kira umat harus cerdas memahami dan kita jangan mau terpancing,” tuturnya.
Ia mempertanyakan keberpihakan dari PNIB selama ini karena tidak pernah bersuara tentang apa pun yang telah negara-negara Barat atau negara-negara penjajah itu lakukan terhadap Indonesia.
“Justru merekalah yang telah menjerumuskan negara ini ke dalam kesengsaraan disebabkan mereka tidak pernah mengkritisinya atau mendiskreditkan negara-negara penjajah yang tidak mungkin hanya menjajah fisik tapi juga ekonomi, budaya, dan seterusnya. Kenapa dia tidak pernah mengkritisi itu?” tanyanya.
Baginya manuver PNIB yang kontroversial dari berbagai jejak berita sebelumnya justru menunjukkannya sebagai organisasi tanpa bentuk.
“Karena dari waktu ke waktu tidak lebih pasti dia akan bekerja standar, pasang spanduk kemudian membuat statement-statement ke media,” pungkasnya.[] Ageng Kartika