Analis: Liberalisasi, Problem Mendasar Pengelolaan Sumber Daya Alam

 Analis: Liberalisasi, Problem Mendasar Pengelolaan Sumber Daya Alam

Mediaumat.id – Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan menilai bahwa liberalisasi merupakan problem mendasar pengelolaan sumber daya alam (SDA).

“Saya kira problem yang paling mendasar dari semua problem pengelolaan sumber daya alam kita ini adalah adanya liberalisasi pengelolaan sumber daya alam,” tuturnya di Perspektif PKAD: Hilirisasi & Larangan Ekspor Nikel, Untungkan China & Rugikan Eropa-Amerika? melalui kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data, Rabu (5/7/2023).

Liberalisasi pengelolaan SDA ini, sambungnya, menjadi pintu masuk bagi investor serta membuat pihak swasta baik lokal maupun asing menguasai dan melakukan pengelolaan sumber daya alam Indonesia.

“Saya kira tidak hanya nikel, tapi juga barang tambang yang lain apakah itu emas, perak, tembaga, bauksit, juga di sektor sumber daya lainnya seperti sektor perkebunan, kehutanan dan seterusnya, hampir semua dikuasai swasta asing,” bebernya.

Sebagai contoh, Fajar menceritakan kondisi faktual pengelolaan tambang nikel yang demikian miris di wilayah pertambangan, yang salah satunya di Morowali yang sempat ia kunjungi.

“Saya miris, bahkan hampir menangis melihat begitu masifnya alat-alat berat itu mengacak-acak tanah kita untuk diambil nikelnya, tanpa memperhatikan praktik-praktik penambangan yang baik,” ungkap Fajar.

Kemudian, lanjutnya, diolah di situ juga sehingga menimbulkan pencemaran luar biasa, sementara rakyat tidak mendapat apa-apa dari itu semua kecuali hanya sebagian kecil atau setitik remah-remah yang diberikan kepada mereka agar tidak kritis atau agar mereka diam saja.

Menurut Fajar, jika barang tambang sudah dikuasai swasta, sulit berharap para investor rela berkorban untuk kesejahteraan rakyat. “Pasti investor berpikirnya adalah bagaimana kalau berinvestasi maka sebesar-besar keuntungannya untuk institusinya, untuk korporasinya. Ini yang tercermin hari ini,” imbuhnya.

Neo Imperialisme

Dengan kondisi seperti itu Fajar menilai, Indonesia, langsung atau tidak langsung sudah ada dalam cengkraman para kapitalis global. Dengan kata lain, telah terjadi neo imperialisme baik oleh kapitalis Barat (Amerika, Eropa dan sekutunya) maupun kapitalis Timur (Cina).

“Ini yang membuat tidak ada korelasi antara sumber daya alam yang melimpah dengan peningkatan kesejahteraan rakyat,” tukasnya.

Dalam pandangan Fajar, agar pengelolaan SDA memberi keuntungan sebesar-besarnya untuk rakyat, maka harus membongkar terlebih dulu landasan dasar pengelolaannya yaitu liberalisasi.

“Karena sumber energi itu termasuk kepemilikan umum maka harus dikuasai oleh negara, tidak boleh diserahkan kepada swasta. Pengelolaannya pun dilakukan oleh negara sehingga keuntungannya menjadi bagian dari pendapatan negara, untuk dikembalikan kepada rakyat,” jelasnya.

Pengembalian itu, ucapnya, bisa dalam bentuk mengcover biaya pendidikan, biaya kesehatan, membangun infrastruktur, mengentaskan kemiskinan dan lain-lain. [] Irianti Aminatun

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *