Analis: Jika Birokrat Mau Berpikir, Masalah SD Pocin Sangat Mudah Diselesaikan

Mediaumat.id – Permasalahan setidaknya 200 siswa SDN Pondok Cina 1 belajar tanpa guru yang telah berlangsung lebih dari dua pekan sangat mudah diselesaikan jika birokrat mau berpikir.

“Kalau birokrat kita mau berpikir sedikit saja, sebenarnya itu urusan yang sangat mudah untuk diselesaikan” ungkap Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan kepada Mediaumat.id, Kamis (4/5/2023).

Masalah tersebut merupakan dampak dari lahannya yang akan digusur dan dijadikan Masjid Jami oleh Pemerintah Kota Depok.

Menurut Fajar, permasalahan tersebut juga bisa terjadi karena mental birokrat Indonesia orientasinya bukan pada pelayanan.

Fajar memandang, kalaupun proses penggusuran tidak bisa dielakkan lagi, mestinya tetap ada proses sosialisasi, komunikasi dan pengelolaan dampak dari adanya proses penggusuran tersebut.

“Ini seolah-olah tidak pernah dipikirkan apa dampak dari proses penggusuran sekolah tersebut. Kan aneh, padahal jelas sekolah tersebut sudah berdiri sekian puluh tahun yang lalu,” ungkapnya.

Selain sekolah tersebut telah berdiri sekian lama, jelas juga ada peserta didiknya. “Kok ya tidak dipikirkan sejak awal bagaimana cara mengelola dampaknya jika memang sekolah akan tetap digusur,” tambahnya.

Fajar menilai, hal-hal seperti itu hanya ada dalam sistem kapitalisme, yang memang sering kali abai dengan urusan-urusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, yang ada di benak birokrat hanya kemaslahatan pada dirinya.

Mindset birokratnya juga bukan sebagai pelayan umat atau rakyat. Tapi lebih cenderung sibuk melayani kepentingan oligarki,” tegas Fajar.

Karena itu, jika ingin mengubah, maka harus diubah dari asasnya yaitu sistem kapitalisme dan menggantinya dengan sistem lain yang sesuai fitrah manusia dan merupakan sistem yang sempurna.

“Itu hanya dijumpai dalam Islam. Maka jika ingin pengelolaan atau pelayanan terhadap pendidikan berubah, ya harus diubah pertama kali sistemnya menjadi sistem Islam. Yang akan mengubah seluruh paradigma birokrat menjadi birokrat yang melayani. Bukan birokrat yang ingin dilayani,” pungkasnya.[] Ade Sunandar

Share artikel ini: