Oleh: Umar Syarifudin (pengamat politik Internasional)
Anak-anak Yaman menjerit dan menangis atas nasib mereka. PBB mengungkapkan data lebih dari 80 persen dari 28 juta penduduk Yaman membutuhkan bantuan darurat. Setengah juta anak di bawah usia lima tahun sangat kekurangan gizi, dan sedikitnya 2.135 orang telah meninggal dunia karena kolera dalam enam bulan terakhir.
Yaman masih belum menunjukkan pemulihan. Perang di Yaman saat ini bukanlah konflik berbasis sektarian. Tetapi sektarianisme sedang digunakan oleh pemerintah barat dan rezim agen mereka di dunia Muslim sebagai alat politik untuk mencapai tujuan kebijakan luar negerinya di negara tersebut, dengan cara yang sama digunakan dalam perang Irak dan Suriah.
Kekuatan Barat menggunakan ‘narasi sektarianisme’ sebagai bagian dari kebijakan kolonialisme mereka di dunia Muslim. Ini adalah cara kapitalis yang digunakan untuk menjaga wilayah ini terbagi dan menimbulkan ketidakstabilan dan konflik antara Muslim untuk membenarkan intervensi, interferensi politik, dan kolonisasi yang terus berlanjut untuk kepentingan politik dan ekonomi. Sektarianisme juga digunakan untuk menyebarkan keyakinan rusak bahwa Kebencian yang mengakar antara Muslim Sunni dan Syiah berarti mereka tidak akan pernah bisa bersatu dalam satu negara, untuk menghalangi penyatuan tanah Muslim. Semua cara ini dilakukan Barat untuk mencegah berdirinya khilafah.
Umat Islam di Yaman dan juga di negara-negara Muslim lainnya sangat menderita dan berharap untuk mampu memperbaiki krisis di negara mereka. Mereka mengharapkan pemimpin yang mampu melindungi mereka dan membebaskan negeri mereka dari perang yang mengerikan. Namun para penguasa di negara-negara Muslim abai.
Para rezim Arab seperti Arab Saudi, Iran, dan Bahrain serta Suriah memainkan ‘kartu konflik sektarian’ untuk keuntungan domestik dan regional politik mereka sendiri. Mereka menggunakannya untuk meningkatkan sentiman masyarakat untuk menampilkan diri mereka sebagai pahlawan Muslim ‘Sunni’ atau ‘Syiah’ serta mengkonsolidasikan kursi mereka atas kekuasaan dan memberikan pengaruh secara regional untuk tujuan yang egoistik.
Ingat, Rasulullah Saw telah memberi kita warisan yang sangat kuat yaitu ikatan Ukhuwah Islam di antara umat Islam, ikatan ini lebih kuat daripada ikatan kebangsaan bahkan ikatan darah keluarga jadi karena itulah Dakwah Rasulullah Saw. dianggap sebagai sihir oleh kafir Quraisy. Sedangkan kita saat ini menyaksikan tragedi pembantaian dan penindasan yang menimpa umat Islam oleh Barat, justru semakin membangkitkan kembali kebangkitan Islam. Dimanapun hal itu terjadi, baik di Suriah, Gaza, Afrika Tengah, Myanmar, Xinjiang atau Papua, ia telah mengguncang perasaan umat. Ukhuwah Islam yang mulia ini telah membuat umat Islam yang terpencar berubah menjadi satu yang memiliki satu detak jantung, satu kekuatan dan satu suara.
Ingat, Muslim Sunni dan Syiah di Yaman, Irak dan tempat-tempat lain pernah tinggal berdampingan dengan damai di selama berabad-abad di bawah pemerintahan Islam Khilafah. Mereka dulu hidup harmonis dan berperang melawan musuh negara. Baik Muslim Sunni maupun Syiah saat ini telah mengalami nasib tertindas di bawah sistem politik kapitalisme sekuler yang menyebabkan mereka melakukan ketidakadilan dan penindasan yang kejam, kemiskinan massal dan krisis multidimensi.
Sesungguhnya Islam , baik dari sisi budaya, sejarah dan warisannya merupakan faktor pemersatu umat yang mengikat umat Islam di dunia Muslim, sementara sistem sekuler yang diberlakukan di barat telah mengeksploitasi perbedaan untuk tujuan politik. Islam selalu memerintahkan umatnya berusaha untuk membangun ikatan persaudaraan Muslim yang kuat dan mencegah perpecahan, menentang konsep seperti pragmatisme, kapitalisme, liberalisme dan komunisme yang menyebabkan perpecahan. Islam mengajarkan rasa kepedulian dan tanggung jawab yang kuat dan menjamin masyarakat untuk hidup harmonis.[]