Anak-anak Meninggal karena Pemboman, Kelaparan, dan Kedinginan: Apakah Tidak Cukup Menghentikan Genosida di Gaza?

Dalam dua minggu terakhir, enam anak di Gaza dilaporkan meninggal akibat kedinginan, akibat cuaca beku yang mengancam kehidupan para pengungsi yang tinggal di tenda-tenda sementara setelah pemboman berkelanjutan oleh tentara Israel. Salah satu anak yang meninggal adalah Ali Yahya Al-Batran, seorang bayi berusia satu bulan yang meninggal sehari setelah saudara kembarnya, Jumah, yang ditemukan dalam keadaan tubuh “sedingin es” di Deir al-Balah. Ayah mereka mengungkapkan kesedihan mendalam setelah kehilangan kedua anaknya dalam kondisi yang tragis.
Nariman, ibu dari Sila Mahmoud Al-Fasih, yang berusia 20 hari, juga kehilangan anaknya akibat hipotermia. Ia menggambarkan bagaimana ia menemukan bayinya dalam keadaan membiru, dengan lidah terjepit dan darah mengalir dari mulutnya. Lebih dari 1,6 juta warga Gaza terpaksa tinggal di tempat penampungan sementara yang tak cukup melindungi mereka dari cuaca musim dingin yang ekstrem. Blokade brutal yang diberlakukan oleh Israel di Gaza, yang mencegah masuknya pakaian musim dingin, selimut, dan bahan bakar, serta menghancurkan sebagian besar infrastruktur, memperburuk kondisi kehidupan yang sudah tidak tertahankan bagi rakyat Gaza.
Dalam situasi yang semakin genting, bayi-bayi baru lahir pun terpaksa dikeluarkan dari inkubator lebih awal karena kekurangan kapasitas rumah sakit, kekurangan bahan bakar, serta kerusakan fasilitas medis akibat pemboman. Sementara itu, tingkat kelaparan yang tinggi juga menjadi masalah serius, menyebabkan banyak anak-anak Gaza menderita. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Desember 2023 oleh badan amal War Child Alliance, 96% anak-anak Gaza merasa kematian sudah dekat, dan hampir separuh dari mereka mengungkapkan keinginan untuk mati akibat trauma yang mereka alami.
Sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 17.400 anak-anak di Gaza telah kehilangan nyawa, yang setara dengan satu anak meninggal setiap 30 menit. Bragi Gudbrandsson, Wakil Ketua Komite Hak Anak, menyatakan, “Kematian anak-anak yang keji ini adalah hal yang unik dalam sejarah. Ini adalah tempat yang sangat kelam dalam sejarah. Saya rasa kita belum pernah melihat pelanggaran sebesar yang kita saksikan di Gaza.”
Dalam kondisi yang sangat kritis ini, kita harus bertanya: Tidakkah penderitaan yang dialami oleh anak-anak Gaza cukup untuk mengguncang kemanusiaan global dan mengakhiri genosida ini? Apakah tidak jelas bahwa saat ini tidak ada negara yang benar-benar peduli terhadap kehidupan mereka atau memiliki kemauan politik untuk membela mereka? Setiap undang-undang dan perjanjian tentang hak asasi manusia, hak perempuan, dan hak anak-anak menjadi tak berarti ketika dihadapkan dengan sistem dunia yang memungkinkan entitas Israel untuk melakukan kejahatan ini tanpa takut dihukum.
Wahai umat Islam, tidakkah kalian marah melihat rezim kalian yang berdiam diri sementara anak-anak kalian mati kelaparan dan kedinginan? Tidakkah kalian melihat bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri genosida ini adalah dengan mendirikan negara yang memiliki kemauan politik untuk melindungi umat Islam dan membebaskan Palestina?
Wahai tentara umat Islam, semua kengerian yang terjadi di Gaza tidak akan berakhir kecuali kalian berdiri tegak di sisi umat Islam dan memberikan Nussrah untuk mendirikan negara Khilafah dengan metode kenabian yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Negara Khilafah adalah satu-satunya negara yang memiliki kemauan politik untuk menggerakkan tentaranya dan membebaskan setiap inci Palestina dari pendudukan brutal ini. Ingatlah bahwa setiap hari yang kalian tunda untuk melaksanakan kewajiban ini hanya akan menambah penderitaan anak-anak Gaza.
Mari jadikan bulan Rajab sebagai pengingat untuk kita semua, saat Shalahuddin al-Ayyubi membebaskan Yerusalem dari tentara Salib. Semoga kita bisa mengulangi kemenangan besar ini untuk membebaskan Palestina dari penjajahan yang merampasnya, demi kaum tertindas, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak yang berdoa, “Ya Tuhan kami, keluarkan kami dari kota yang penduduknya menindas ini, dan jadikanlah kami wali dari diri-Mu.”
Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat