Mediaumat.news – Peristiwa pembakaran bendera tauhid oleh sekelompok pemuda dari sebuah ormas Islam di Garut memicu kemarahan ummat. Karena tindakan tersebut merupakan bentuk penistaan terhadap simbol-simbol agama Islam. Gelombang aksi bela tauhid menggema dari berbagai penjuru kota di Nusantara. Puncaknya pada acara Aksi Bela Tauhid 211 di Jakarta. Jutaan manusia membanjiri Jakarta dan menghitam-putihkan ibu kota dengan Al Liwa dan Ar Raya Panji Rasulullah.
Tak mau ketinggalan dengan umat Islam di Kota lain, Aliansi Muslim Peduli Ummah (AMPUH) bersama seluruh elemen umat Islam Kabupaten Karawang turun ke jalan menggelar Aksi Bela Panji Rasulullah, pada hari Ahad tanggal 4 November 2018. Pada pukul 09.30 wib masa melakukan longmarch dari lapangan Masjid Aljihad Islamic Center Karawang menuju perempatan lampu merah Pemda Karawang.
Dalam aksinya ini umat Islam Karawang menyampaikan beberapa tuntutan diantaranya :
- Mengutuk dan mengecam tindakan pembakaran bendera tauhid yang merupakan bendera umat Islam. Karena tindakan tersebut merupakan bentuk penistaan terhadap simbol-simbol agama Islam.
- Mendesak kepada penguasa dan penegak hukum untuk menindak para pelaku dengan jeratan pasal yang tepat, yaitu pasal penistaan agama, bukan pasal menciptakan kegaduhan.
- Menolak opini yang dihembuskan pemerintah bahwa yang dibakar bukan bendera tauhid melainkan bendera ormas tertentu. Karena fakta di lapangan bendera yang dibakar adalah Ar Raya, bendera hitam bertuliskan kalimat La Illaha illa Allah, Muhammad Rasulullah. Yang mana bendera tersebut bukanlah bendera ormas tertentu melainkan bendera umat Islam.
Poin-poin tuntutan ini juga di sampaikan oleh para orator selama longmarch dengan iringan gema takbir dari peserta pawai.
Selain tiga tuntutan diatas, dalam sambutanya Ustadz Dindin Misbahudin selaku perwakilan dari AMPUH mengajak seluruh ummat Islam untuk tetap bersatu dan melangkah bersama dalam menjaga dan memperjuangkan agama Islam. Beliau juga menjelaskan pentingnya keberadaan Institusi negara yang akan menjaga agama dari para penista.
Sedangkan orator lainnya menyerukan untuk selalu menjaga etika dan tidak mudah terpropokasi oleh hasutan adu domba oleh pihak manapun.
Orasi pun berakhir seiring dengan berakhirnya perjalanan para peserta kembali ke lapangan masjid Aljihad, peserta pun membubarkan diri dengan tertib. []