Mediaumat.id – Menyoroti Perang Rusia-Ukraina yang berdampak pada krisis energi di Eropa, Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar Ph.D. menilai Amerika punya kepentingan besar di balik perang tersebut.
“Yang punya kepentingan besar di balik perang antara Ukraina-Rusia adalah Amerika,” tuturnya dalam acara Fokus: Krisis Energi, Awal Kehancuran Eropa? melalui kanal YouTube UIY Official, Ahad (2/10/2022).
Hasbi memberikan alasan, data-data riset Rand Corporation misalnya sejak beberapa tahun lalu menyorot upaya Rusia melebarkan pengaruhnya ke Eropa serta memberikan warning kepada Amerika untuk bertindak tegas.
“Melalui energi yang dimiliki Rusia dikhawatirkan akan membuat Eropa rentan terhadap pengaruh Rusia karena ketergantungan minyak. Di sisi lain itu akan menurunkan pengaruh Amerika Serikat di Eropa, sementara negara-negara Eropa menjadi mitra utama bisnis, termasuk juga kepentingan politik dan militer Amerika Serikat secara global,” urainya.
Amerika, sambung Hasbi, melihat produksi energi yang dimiliki oleh Rusia dan hubungan kerja sama energi atau ekspor energi baik minyak, gas dan batu bara ke Eropa itu adalah salah satu cara bagi Rusia untuk melebarkan pengaruh di Eropa.
“Sisi lain kalau kita baca Rand Corporation 2019 dikatakan naiknya gerakan sayap kanan termasuk kelompok Neo Nazi di Jerman menjadi peluang bagi Rusia untuk masuk ke kelompok-kelompok tersebut karena secara politik ideologis lebih dekat dengan Kremlin atau dengan Rusia,” imbuhnya.
Menurut Hasbi, ini memunculkan kekhawatiran Amerika Serikat bahwa Rusia akan semakin jauh lebih dalam masuk ke Eropa, sehingga salah satu strategi untuk melemahkan Rusia itu dengan melakukan investasi militer besar-besaran di Ukraina yang inti sebenarnya adalah memprovokasi Rusia menyerang Ukraina supaya Rusia energinya habis dalam konflik Ukraina dan tidak bisa lagi melebarkan pengaruhnya ke Eropa.
Gencatan Senjata
Hasbi mengatakan, berdasarkan beberapa analisis terkait konflik Rusia-Ukraina ada kecenderungan Rusia mengajak gencatan senjata karena sudah mengalami kerugian banyak sekali. Ada sekitar 100 ribu pasukan yang menjadi korban baik meninggal atau luka-luka, peralatan militer Rusia hancur karena perang. “Bahkan beberapa waktu terakhir banyak penduduk yang dimobilisasi dipaksa ikut perang. Ini menunjukkan kegoncangan Rusia,” imbuhnya.
Jadi, simpul Hasbi, sudah mulai terlihat kelemahan dari sisi militer Rusia. Perkembangan terakhir publik bisa melihat bahwa pengambilan empat provinsi milik Ukraina melalui referendum yang katanya curang itu adalah cara Rusia untuk mengendorkan ekspansi dan kemudian setidaknya bisa mengambil empat wilayah tersebut.
“Meski demikian tidak akan semudah itu menghentikan perang karena yang diinginkan Amerika adalah Rusia bisa tenggelam di Ukraina dan ambruk secara ekonomi, sehingga Amerika selalu mendukung perang ini,” jelasnya.
Ia lalu memaparkan update dari Al-Jazeera yang memberitakan Jerman sudah mulai membantu Ukraina, meski tetap menerima minyak dari Rusia tapi nampak Jerman sudah mulai mendukung Ukraina.
“Selama Amerika masih mendukung militer Ukraina maka perang tidak pernah akan berhenti karena yang diinginkan Amerika membuat Rusia lemah, tidak menjadi ancaman global bagi Amerika,” jelasnya.
Cina
Nah itu juga yang diinginkan Amerika terhadap Cina, tukas Hasbi. Amerika mengangkat isu kecurangan perang dagang yang dilakukan Cina meski ternyata tidak berdampak besar bagi Cina.
“Amerika lalu memainkan kartu Taiwan. Ada kemungkinan Cina akan menginvasi Taiwan yang membuat energi Cina terkuras, dan Amerika akan mendukung Taiwan dan memberikan sanksi pada Cina. Tahun ini saja Kongres Amerika sudah menyepakati untuk mengirim senjata ke Taiwan senilai US$1,5 miliar,” bebernya.
Hasbi menilai Amerika tidak ingin ada pesaing, sehingga setiap ada pesaing selalu diaborsi. “Secara negara yang menjadi pesaing Amerika saat ini adalah Rusia dan Cina. Dalam konteks kelompok yang menjadi pesaing Amerika adalah kelompok radikal Islam atau kelompok teroris dalam bahasa Amerika. Itu semua akan diaborsi,” terangnya.
Hasbi mengatakan, Amerika tidak pernah mau tahu berapa ribu orang yang sudah mati gara-gara perang di Rusia, berapa banyak orang yang tidak bisa melakukan perjalan ke luar negeri, berapa banyak yang tidak bisa melakukan ini, itu. Begitupun kerugian di Ukraina, juga dampak bagi Eropa, hingga krisis energi Eropa terjadi, banyak yang kehilangan pekerjaan, banyak yang kelaparan, itu tidak masalah bagi Amerika yang penting dominasi politik globalnya tidak terancam.
“Saya kira politik internasional yang mengakibatkan Perang Dunia Ke-1, (Perang Dunia) Ke-2 dan berbagai intervensi militer ke negara-negara seperti Timur Tengah itu sebenarnya sama kondisinya dengan hari ini, demi kepentingan politik global Amerika,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun