Amerika: Politik, Ekonomi, Hegemoni

Oleh: Mahfud Abdullah (Direktur Indonesia Change)

Menurut kantor berita Reuters, Menhan Prabowo Subianto dikabarkan bertemu dengan para pejabat Pentagon, di Washington, Amerika Serikat, Kamis (15/10/2020) atas undangan Menteri Pertahanan Mark Esper dan dijadwalkan bertemu dengan sejumlah pejabat Pentagon, termasuk dengan Menhan Esper sendiri. Sambutan resmi terhadap Prabowo akan dilaksanakan Jumat (16/10/2020).

Kunjungan Menhan menuai pro dan kontra. Namun perlu diingat, bahwa negara Amerika Serikat adalah termasuk negara pelanggar HAM terbesar. Pasca keruntuhan Uni Sovyet, Amerika seperti tidak ada tanding. Peta politik dunia bergeser ke unipolaritas. Kedigdayaan Amerika jelas bukan untuk kemuliaan umat manusia, namun demi memenuhi keserakahan nafsu imperialismenya.

Pilar kekuatan Amerika berasal dari ideologi yang diembannya, yakni ideologi Kapitalisme. Perwujudan ideologi tampak dalam kepentingan nasional Amerika yang diimplementasikan dalam pilar politik, ekonomi dan militer—walaupun aspek sosial-budaya juga tidak bisa diabaikan.

Politik Amerika Serikat tentu berpijak pada kepentingan nasionalnya. Anthony Lake menggariskan tujuh aspek kepentingan nasional Amerika Serikat pasca Perang Dingin, yaitu: (1) mempertahankan Amerika Serikat, warga negaranya di dalam dan luar negeri, serta para sekutunya, dari berbagai bentuk serangan langsung; (2) mencegah timbulnya agresi yang dapat mengganggu perdamaian internasional; (3) mempertahankan kepentingan ekonomi Amerika Serikat; (4) menyebarluaskan nilai-nilai demokrasi; (5) mencegah proliferasi senjata nuklir; (6) menjaga rasa percaya dunia internasional terhadap Amerika Serikat; (7) memerangi kemiskinanan, kelaparan dan pelanggaran terhadap HAM (Lake, 1995).

Amerika Serikat sebagai sebuah negara kapitalis yang maju mendasarkan sistem kapitalisnya pada market economy (ekonomi pasar). Politik-ekonomi Amerika dibangun berdasarkan premis, bahwa tujuan utama aktivitas ekonomi adalah untuk menguntungkan konsumen serta memaksimalkan penciptaan kesejahteraan, sementara distribusi kesejahteraan merupakan tujuan berikutnya. Karena itu, ekonomi Amerika menggunakan pendekatan model neoklasik, yaitu ekonomi pasar (market economy) yang kompetitif. Dengan model ini, individu diharapkan dapat memaksimalkan kepentingan pribadi mereka dalam mencapai kesejahteraan, dengan memaksimalkan kepentingan pribadi mereka, dan korporasi bisnis diharapkan memaksimalkan pencapaian keuntungan (Gilpin, 1987: 150-151).

Ekonomi Amerika Serikat ialah salah satu yang terpenting di dunia. Banyak negara telah menjadikan dolar Amerika Serikat sebagai tolok ukur mata uangnya. Artinya, berharga-tidaknya mata uang mereka ditentukan oleh dolar. Sejumlah negara menggunakan dolar sebagai mata uangnya. Bursa saham Amerika Serikat dipandang sebagai indikator ekonomi dunia.

Dengan perekonomian yang kuat, Amerika Serikat mengalokasikan dana sebesar $399.1 miliar untuk anggaran militernya. (www.abacci.com/wikipedia/default/aspx).

Postur militer Amerika Serikat menggambarkan sebuah negara ideologis. Dalam U.S. Army’s 2007 Posture Statement digambarkan bahwa Amerika memiliki hampir 600,000 tentara aktif A. Lebih dari 40% (sekitar 243,000) tersebar di 76 negara dunia. Sekitar 102.000 tentara di antaranya ada di Irak, 8000 tentara di Kuwait, 18.000 tentara di Afganistan (U.S. Army TRADOC G2 Handbook No. 1 (Version 5.0) A Military Guide to Terrorism in the Twenty-First Century).

Dari segi peralatan perang, Amerika Serikat sampai tahun 2005 memiliki kurang lebih 510 rudal balistik dengan total sekitar 1100 hulu ledak aktif (warhead) dan 45 hulu ledak cadangan; dengan jarak jangkauan antara 9,600 km hingga 13,000 km. Amerika Serikat juga memiliki kurang lebih 328 rudal balistik yang dapat diluncurkan dari kapal selam atau kapal perang dengan total sekitar 3014 hulu ledak aktif (warhead) dan 170 hulu ledak cadangan dengan jarak jangkau 7,400 km hingga 12,000 km (dari posisi kapal selam/kapal perang) yang menggusung rudal tersebut.

Selain itu, menurut laporan tahun 2003, Amerika Serikat merupakan negeri penjual utama persenjataan (US$ 12,1 miliar) di tingkat internasional, disusul Inggris (US$ 6,1 miliar), Rusia (US$ 3,7 miliar), Jerman (US$ 3,2 miliar) dan Prancis (US$ 2,9 miliar). (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/28 /opini/1777489.htm).

Amerika tegak sebagai sebuah negara kalau tiga pilar di atas (politik, ekonomi dan militer) masih kokoh. Selama dunia masih menginduk kepada Amerika dalam tiga pilar tersebut, negara Amerika masih tetap kokoh. Tidak ada jalan lain untuk menghentikan hegermoni AS, kecuali dengan menolak dan tidak menerapkan sistem ideologi Kapitalisme.

Hal penting pertama adalah bagaimana mengungkap keburukan dari Amerika Serikat. Sebenarnya sudah sangat kentara, bahwa Amerika Serikat saat ini telah menunjukkan kebobrokannya. Keberpihakan tanpa alasan rasional terhadap Israel, standar ganda dalam penilaian HAM dan demokratisasi, eksploitasi ekonomi atas negara-negara Dunia Ketiga, kebobrokan moral warganya dan masih banyak lagi cacat dari Amerika Serikat semestinya cukup menjadi alasan untuk mencampakkan apa yang selama ini dianggap prestasi oleh Amerika.

Sebagai contoh, akibat Perang Teluk tahun 1991 saja, di Irak korban langsung yang meninggal diperkirakan berjumlah antara 100-120 ribu jiwa, termasuk 3500-12000 korban sipil. Korban tak langsungnya, yang meninggal karena penyakit yang diakibatkan perang, diperkirakan mencapai 100 ribu. Belum lagi angka kematian bayi pasca perang (1991-1994) yang meningkat 600 persen dan angka kelahiran bayi di bawah normal yang meningkat 500 persen. Bahkan menurut catatan resmi statistik pemerintah Irak, sebanyak kira-kira 1,6 juta rakyat Irak telah meninggal dunia akibat embargo ekonomi pimpinan Amerika Serikat yang telah berlangsung 11 tahun.[]

Share artikel ini: