Mediaumat.id – Aksi walkout Amerika, Inggris, dan Kanada saat Rusia berbicara di forum G-20 dinilai oleh Pengamat Politik Internasional Umar Syarifuddin sebagai upaya Amerika dan sekutunya untuk menjatuhkan Rusia di kancah internasional.
“Amerika dan sekutunya ingin menjatuhkan posisi Rusia dalam kancah internasional. Terbukti ketiga negara seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada wolkout ketika Rusia berbicara di forum G-20,” tuturnya dalam acara Kabar Petang: Menyingkap Skenario Korosif AS di G-20, Sabtu (23/4/2022) melalui kanal Youtube Khilafah News.
Sikap itu dinilai oleh Umar merupakan bagian dari manuver Amerika menghukum Rusia yang telah menggempur Ukraina secara intensif. “Dalam pertemuan G-20 ini Amerika terus melakukan upaya untuk menghukum Rusia baik secara ekonomi maupun politik,” terang Umar.
“Di sisi lain kita melihat bahwa sikap politik Amerika Serikat yang terus melakukan provokasi melalui berbagai penipuan politik, menjerumuskan Rusia untuk menyerang Ukraina. Ini menunjukkan bahwa Amerika melakukan dua aksi. Pertama, aksi provokasi dan yang kedua, aksi sanksi,” bebernya.
Aksi pemberian sanksi ini, menurut Umar, akhirnya menjatuhkan Rusia dari peran yang cukup signifikan di kancah internasional. Harapannya, Rusia akan semakin tunduk pada skenario Amerika.
Umar mengatakan, Amerika juga memanfaatkan NATO dalam melibatkan Eropa melawan Rusia, karena Rusia di titik tertentu tidak mau diatur dan diperintah ataupun dikontrol oleh Amerika di kawasan.
“Hari ini Rusia ditawur oleh negara sekutu Amerika yang didalangi Amerika. Termasuk pertemuan G-20 itu sebagai etalase permusuhan Amerika Serikat untuk mengekang Rusia agar Rusia bisa digunakan untuk menghadapi Cina,” jelasnya.
Upaya Amerika untuk menarik Eropa termasuk Inggris agar memusuhi Rusia ini merupakan bagian pertaruhan politik global Amerika untuk mengukur seberapa besar kekuatan hegemoni Amerika dan seberapa besar tingkat kepatuhan dunia pada peraturan yang dimainkan oleh Amerika.
“Jadi, ini adalah bagian dari political game yang dimainkan Amerika Serikat agar dunia tunduk dan bisa diambil alih keamanannya untuk mengikuti berbagai narasi Amerika Serikat sesuai dengan eskalasi peristiwa-peristiwa yang sedang berkembang. Termasuk NATO hari ini sedang dimainkan oleh Amerika Serikat untuk menghadapi Rusia dalam konteks krisis Ukraina,” nilainya.
Menurutnya, dunia hari ini membutuhkan solusi penyelesaian integratif dan komprehensif untuk menghadapi seluruh narasi imperialisme global yang dimainkan oleh negara-negara besar seperti Amerika, Rusia maupun Eropa. Ketiga pihak ini sama saja sebagai negara imperialis yang sedang memainkan permainan politik yang itu membahayakan dunia melalui berbagai perangkat kapitalisme.
Merugikan
Umar menilai, G-20 ini merugikan negara-negara berkembang tetapi menguntungkan negara superpower seperti Amerika Serikat dan Eropa. Sehingga merupakan langkah keliru ketika negara-negara berkembang termasuk Indonesia memilih untuk bergabung ke G-20.
“Utang-utang imperialistik yg dibebankan oleh lembaga-lembaga pendonor itu fungsinya untuk menjerat agar negara-negara kecil untuk terus mengemis pada G-20 dan terhadap bank-bank dunia untuk melanjutkan pinjaman,” terangnya.
Kata Umar, badan keuangan seperti IMF terus menyodorkan solusi keliru, solusi imperialistik. Publik harus memahami bahwa solusi lembaga keuangan internasional ini justru bagian dari penjajahan ekonomi, sehingga mampu mengambil pelajaran dan menghindari penjajahan secara ekonomi dan politik.
Terbaik
Untuk keluar dari penjajahan secara politik dan ekonomi, Umar menawarkan Islam sebagai alternatif pengganti kapitalisme. “Sistem Politik Islam dan sistem ekonomi Islam adalah sistem terbaik yang tidak tertandingi. Itu satu-satunya kendaraan yang mampu membentuk satu peradaban yang adil bukan peradaban penindasan seperti kapitalisme hari ini,” kata Umar meyakinkan.
Dengan sistem Islam, kata Umar, Islam menjadi kekuatan raksasa yang memimpin dunia di seluruh bidang, sains, ekonomi, politik dan militer. Kaum Muslim harus bangkit untuk mengeluarkan dunia hari ini dari kegelapan. Kaum Muslim memiliki potensi yang cukup besar mulai dari sumber daya alamnya, potensi militernya, potensi minyak dunianya, sumber daya manusia yang hebat.
“Dengan potensi yang besar ini tidak layak kita membebek dan menginduk kepada Barat. Kita sebenarnya memiliki kesuksesan jangka panjang, ketika kita memiliki kesatuan politik dan kesatuan ekonomi. Kesatuan politik dan ekonomi ini harus kita wujudkan sebagai prasyarat untuk menantang kekuatan global abad 21 yaitu Amerika dan sekutunya,” bebernya.
“Umat Islam harus betul-betul paham bahwa pertarungan itu bisa kita menangkan kalau kita bersatu dan memiliki kekuatan politik yang seimbang,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun