Amerika Beri Lampu Hijau Kepada Rusia dan Suriah Untuk Hancurkan Ghouta

 Amerika Beri Lampu Hijau Kepada Rusia dan Suriah Untuk Hancurkan Ghouta

Kantor berita Aljazeera (24/02/2018) melaporkan bahwa pembantaian yang dilakukan oleh rezim Suriah dengan dukungan Rusia terus berlangsung terhadap warga sipil Suriah, di Ghouta Timur, pedesaan Damaskus, sementara para pemimpin negara-negara besar hanya cukup dengan mengeluarkan kecaman verbal dan debat politik, setelah sehari yang lalu Dewan Keamanan PBB gagal untuk mengambil suara atas proyek undang-undang Kuwait-Swedia guna memutuskan gencatan senjata di Suriah selama sebulan, dan mengizinkan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Ghouta Timur.

Presiden negara terbesar di dunia hanya membuat beberapa pernyataan. Presiden Amerika, Donald Trump mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Rusia, Iran dan Suriah adalah perkara yang sangat memalukan bagi nilai kemanusiaan, tanpa memberikan solusi praktis apapun.

Dia mengatakan dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Bligh Turnbull di Gedung Putih bahwa kehadiran pasukan Amerika di Suriah adalah untuk membersihkan organisasi negara Islam, dan mengatakan bahwa mereka akan pergi setelah tujuan tersebut sudah tercapai.

*** *** ***

Sebuah agresi brutal di Ghouta Timur oleh Rusia dan rezim Suriah di pedesaan Damaskus itu dilihat dan didengar oleh semua negara di dunia yang cukup hanya menonton saja. Ghouta Timur dibiarkan menghadapi nasibnya sendirian di depan kebrutalan pemboman lewat udara yang tidak membedakan antara warga sipil dan militer, atau antara anak kecil, orang tua dan wanita. Mereka semua berada di bawah puing-puing reruntuhan. Sehingga adegan ini menjadi sebuah pemandangan yang membuat bayi baru lahir beruban, dan wajah orang-orang terhormat basah oleh air mata (jika mereka masih terhormat di antara mereka yang mampu menolong warga Ghouta, namun tidak melakukannya).

Dan seperti biasanya, Amerika memberi lampu hijau kepada Rusia dan rezim untuk pemberantasan para mujahid terhormat di Suriah, tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan dari pemboman dan penghancuran Ghouta. Amerika yang telah menguasai Suriah selama beberapa dekade melalui sekte Alawiyyah (Nushairiyyah) di Syam yang siap untuk membakar seluruh wilayah Syam, bukan hanya Ghouta, di mana itu semua mereka lakukan dalam rangka menjaga agar Syam tetap dalam kendalinya.

Untuk menjamin Syam tetap dalam cengkeramannya, maka Amerika memainkan kartunya satu demi satu: Iran dan partainya di Lebanon, Salman dan Erdogan untuk memaksa rakyat Suriah di bawah pemboman brutal pesawat Rusia selama bertahun-tahun, namun tidak berhasil dalam mengelabui para tokoh Ghouta yang terhormat, di mana mereka menolak untuk tunduk kepada perintah Amerika dalam menyelesaikan kasus Suriah. Sehingga Amerika menginginkan aksi pembantaian keji terhadap mereka untuk menundukkan kembali Syam ke dalam kekuasaannya. Dalam hal ini, Amerika berusaha menutupi cara kotorannya, serta cara kotor Rusia dan rezim, melalui apa yang mereka sebut “perang melawan terorisme”.

Inilah wajah Amerika, Eropa dan Rusia yang sebeneraya, juga wajah orang-orang yang loyal pada mereka, serta orang-orang yang beraliansi dengan mereka, yaitu para pengkhianat di antara para penguasa kita. Semakin kita terpecah-belah, maka Barat semakin membantai kita; dan semakin kita saling menjauh satu sama lain, juga jauh dari agama kita, maka semakin meningkatkan kejahatan mereka terhadap kita. Sementara untuk orang-orang yang tertipu oleh Barat, dan mereka yang masih tertipu, maka lihatlah kehancuran yang terjadi Ghouta, Idlib dan seluruh Syam, yaitu Irak, Palestina dan lainnya. [DR Faraj Mamduh]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 25/2/2018

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *