Amerika berhasil memainkan permainan Inggris kuno antara Pakistan dan India, di mana dulu Inggris menggunakan konflik Islam Hindu untuk menampilkan diri sebagai kekuatan mediasi. Amerika juga menggunakan konflik Pakistan-India untuk melakukan hal yang sama.
Dalam hal ini, Amerikalah yang telah memberi Moody lampu hijau untuk mengambil alih Kashmir. Kemudian, Amerika berusaha mencari keuntungan terbesar dari semua ini dengan memasuki wilayah itu melalui peran mediasi. Namun, untuk membuka jalan agar bisa masuk, Amerika telah memperdaya Cina untuk memulai negosiasi.
Awal pekan ini, kepemimpinan Pakistan berada di Cina, dan sekarang Presiden Cina Xi Jinping mengunjungi Modi di India. Presiden Cina Xi Jinping dan Perdana Menteri India Narendra Modi berjanji pada pertemuan puncak informal untuk bekerja sama melawan “ekstremisme”, seperti yang katakan India pada hari Jum’at malam, setelah raksasa Asia yang memiliki hubungan bersejarah melakukan pertukaran kata-kata tajam mengenai Kashmir.
Pertemuan di tepi pantai itu bertujuan memperbaiki hubungan setelah Cina mengkritik India karena memecah wilayah Jammu dan Kashmir menjadi dua negara pada bulan Agustus. Keputusan itu juga akan menjadikan wilayah Ladakh—yang sebagian wilayahnya diklaim Beijing—sebagai wilayah administratif India yang terpisah.
Sungguh India begitu marah dengan peran dukungan diplomatik Cina untuk Pakistan, yang mengendalikan bagian yang jauh lebih besar dari wilayah mayoritas Muslim yang disengketakan di Kashmir.
Menteri Luar Negeri India Vijay Keshav Gokhale mengatakan bahwa kedua pemimpin mengakui dalam pembicaraan mereka pada hari Jum’at sebagai tantangan bersama.
Kedua pemimpin mengatakan bahwa ini adalah negara-negara besar, sementara ekstremisme adalah sumber keprihatinan bagi keduanya, sehingga keduanya akan bekerja sama melawan (ekstremisme dan terorisme), dan tidak akan mempengaruhi pembentukan budaya, ras dan masyarakat multi-agama, seperti yang katakan Gokhale kepada para wartawan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Raveesh Kumar menggambarkannya sebagai hari yang sangat produktif.
Di antara keputusannya adalah pelaksanaan program infrastruktur OBOR di Azad, Jammu dan Kashmir. Xi Jinping telah mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Imran Khan di Beijing, dua hari sebelum pertemuannya dengan Modi.
Ketika Xi Jinping mengatakan bahwa dia mendukung “hak-hak legal” Pakistan, Kementerian Luar Negeri India tidak mengizinkan negara-negara lain untuk mengomentari masalah dalam negeri India.
Cina jauh lebih represif daripada India dalam memperlakukan kaum Muslim Turkistan Timur. Bagaimana mungkin Imran Khan memohon kepada Presiden Xi Jinping untuk membantu kaum Muslim di Kashmir?!
Kekuatan asing seperti Cina atau Amerika bukanlah solusi untuk kesulitan kita, namun semua itu sebabnya adalah Amerika, seperti halnya Inggris sebelumnya, yang berusaha memprovokasi berbagai masalah di seluruh dunia, di mana semua itu dilakukan hanya untuk memberikan alasan bagi kekuatan besar untuk melakukan intervensi di mana pun mereka inginkan. Para penguasa, seperti Imran Khan ini pastinya paham betul tujuan kekuatan besar itu, namun mereka pergi bersamanya tanpa rasa malu, atau merasa bersalah, karena telah berkhianat dan telah mengkhianati umat Islam (kantor berita HT, 18/10/2019).