Mediaumat.news – Rencana Amerika dan Inggris mempersenjatai Australia dengan kapal selam bertenaga nuklir untuk menghadapi Cina, dinilai juga berpotensi mengancam Indonesia.
“Semakin kuat Australia, misal dengan dukungan kapal selam nuklir, itu artinya secara relatif Indonesia berpotensi terancam,” ujar Pengamat Politik Islam dan Militer Dr. Riyan, M.Ag. kepada Mediaumat.news, Jumat (17/9/2021).
Menurut Riyan, Australia sebagaimana Amerika adalah musuh pada hakikatnya, karena berbagai perilaku mereka sebelumnya. Apabila Indonesia tidak waspada dan bersiaga, maka akan berbahaya.
Sebab kata Riyan, saat ini pun dalam jangka pendek, Australia akan tetap dimainkan oleh Amerika dalam kasus separatisme di Papua bila Indonesia melawan kepentingan Amerika di Papua, dalam kasus pertambangan emas Freeport. Sebagaimana dulu tahun 1999, ketika Timor Timur dipaksa lepas dari Indonesia oleh Amerika dibantu Australia.
Tiga Langkah
Riyan melihat, ada tiga langkah yang harus dilakukan Indonesia untuk menyikapi hal itu. Pertama, doktrin politik luar negeri yang bebas dan aktif, harus dikaji secara mendasar relevansi dan urgensinya. Karena prinsip dasar si vis pacem, para bellum (jika menghendaki perdamaian, bersiaplah menghadapi perang) akan terjadi ancaman manakala musuh memiliki kekuatan yang lebih menggentarkan (deterrence power).
Kedua, visi pertahanan nasional yang defensif, seperti tertuang dalam buku putih pertahanan nasional, semestinya diubah menjadi ofensif. Menetapkan siapa lawan dan siapa kawan dengan dasar ideologis. Bukan semata-mata mengamankan kepentingan nasional (national interest) yang pragmatis.
“Makanya postur pertahanan dan keamanan Indonesia harus ditingkatkan secara signifikan. Sebagai contoh, tragedi tenggelamnya kapal selam Nanggala 402 beberapa waktu lalu, menunjukkan dari sisi laut, kita lemah,” ucapnya.
Menurutnya, untuk memperkuat pertahanan dengan visi ofensif, harus ada politik anggaran yang juga mendukung. Sayangnya ini tidak akan bisa terwujud, manakala anggaran belanja pendapatan negara (APBN) masih berbasis pada karakter kapitalistik, berbasis utang ribawi (luar negeri dan dalam negeri).
Ketiga, inilah relevansinya Indonesia mengadopsi konsep pertahanan dan keamanan Islam, yang bervisi ofensif untuk dakwah dan jihad tetapi berbasis kepada politik anggaran negara yang kuat karena tidak bertumpu pada utang ribawi.
Terakhir, kata Riyan, keberadaan kapal selam nuklir adalah bagian dari tindak lanjut agar Australia lebih kuat dalam menjaga kawasan ini sebagai kepanjangan tangan Amerika.
“Inilah inti kenapa Pakta Aukus (Amerika, Inggris, Australia) dibuat agar pengaruh Cina bisa dieliminir,” pungkasnya.[] Agung Sumartono.