Mediaumat.info – Direktur The Economics Future Institute (TEFI) Dr. Yuana Tri Utomo menilai alasan apa pun yang pemerintah sampaikan terkait kisruh gas LPG 3 kg itu adalah alasan yang mengada-ada.
“Jadi, menurut saya ya Bung Nanang ya, alasan apa pun, yang disampaikan pemerintah itu alasan yang mengada-ada, Bung,” ucapnya dalam Kabar Petang: Gas Melon Langka Bikin Warga Meradang, Sampai Kapan Gini Terus? di kanal YouTube Khilafah News, Senin (10/2/2025).
Misalny, jelas Yuana, alasan yang disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia tentang subsidi LPG 3 kg yang katanya tidak tepat sasaran, bukan persoalan kelangkaannya.
Karena menurut Bahlil, lanjut Yuana, ini subsidi yang salah sasaran, LPG 3 kg ini tidak ada kuota yang dibatasi. Namun, pada faktanya, di media massa jelas sekali Bahlil tidak mempertimbangkan kenyataan bahwa banyak warga tidak semuanya masuk pangkalan resmi.
“Jadi, beli gas LPG itu tidak langsung ke pangkalan resmi melainkan ya, kepada para pengecer-pengecer itu, mungkin juga dia akan punya alasan lain, data administrasi belum komprehensif dan sebagainya,” ungkapnya.
Sehingga, menurut Yuana, apa pun alasan yang dibuat oleh Bahlil, pokoknya rakyat yang selalu disalahkan begitu. “Sampai-sampai mengabaikan peran rakyat ya terutama para pengecer LPG 3 kg ini, ini kalau kita baca di sektor mikronya ya,” mirisnya.
Kalau kemudian, sambungnya, jika pengecer ini tidak boleh jualan, yang jadi pertanyaan bagaimana nasib UMKM-UMKM yang menggunakan gas LPG ini?
“Misalnya ibu-ibu penjual gorengan di depan tempat saya tinggal itu di Masjid al-Huda itu. Ada tetangga saya kemudian mas-mas yang jualan bakso dan sebagainya, memang biasanya LPG ini dibutuhkan oleh UMKM yang sifatnya dia usaha kuliner itu,” bebernya.
Jadi, katanya, untuk gorengan saja dulunya Rp2000 bisa dapat tiga, sekarang tidak bisa, Rp2000 dapat dua, satu bijinya itu Rp1000, “Itu artinya pasti ada harga yang kemudian dari murah menjadi mahal gitu. Jadi alasannya ya juga karena sulit mencari gas itu muter-muter dulu ya, dan memang biasanya di UMKM yang tadi saya sebut UMKM yang sifatnya kuliner ya, sektor kuliner itu terdampak langsung,” tambahnya.
Kemudian dalam kesempatan tersebut, Yuana menyimpulkan dan sungguh mengherankan dan tega sekali, kok bisa keputusan yang melibatkan banyak orang dalam hal ini rakyat, menteri membuatnya tanpa sepengetahuan presiden.
“Ini memang betul-betul sungguh tega sekali gitu loh, meski kemudian tidak lama itu kan seingat saya hari Senin tuh Pak Bahlil bilang begitu, terus kemudian sehari berikutnya diralat oleh Presiden, kan katanya keputusan itu tanpa sepengetahuan Presiden Prabowo. Lalu presiden siapa? Mulyono gitu?” herannya.
Akhirnya, pungkasnya, ini kacau betul perihal distribusi LPG 3 kg dalam sistem kapitalisme ini, yang berorientasi pada keuntungan material semata, semata-mata bisnis melulu, ini tampak jelas dari pernyataan Menteri Bahlil yang katanya subsidinya salah sasaran itu.[] Nandang Fathurrohman
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat