Al-Qur’an Dilecehkan, Kiai Labib: Kaum Muslim Tak Boleh Diam

 Al-Qur’an Dilecehkan, Kiai Labib: Kaum Muslim Tak Boleh Diam

Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim KH Rokhmat S Labib menegaskan, kaum Muslim tidak boleh diam ketika Al-Qur’an dilecehkan oleh orang kafir.

“Kaum Muslim tidak diperbolehkan diam begitu saja ketika Al-Qur’an yang disucikan, Al-Qur’an yang merupakan kitab suci ini dilecehkan oleh orang-orang kafir,” ujarnya dalam Perspektif PKAD: Pembakaran Al-Qur’an di Swedia Simbol Menghapus Ajaran Islam di Al-Qur’an!! Selasa (31/1/2023) di kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.

Sebagaimana diberitakan, Rasmus Paludan, politikus yang memiliki kewarganegaraan ganda Swedia-Denmark, sekaligus pendiri partai berhaluan ekstrem kanan bernama Garis Keras atau Stram Kurs, telah melakukan aksi pembakaran Al-Qur’an di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Swedia pada 21 Januari lalu.

Untuk diketahui pula, Stram Kurs yang didirikan Paludan pada 2017 di Denmark, kerap menyuarakan deportasi terhadap Muslim di Denmark.

Dengan kata lain, menurut situs partai, Stram Kurs memiliki visi dan misi menegakkan larangan terhadap Islam, penghentian total imigrasi dari negara-negara non-Barat, dan deportasi semua Muslim dan sebagian besar kelompok imigran lainnya di Denmark.

“Orang asing yang telah menerima kewarganegaraan Denmark melalui proses naturalisasi hukum harus dievaluasi kembali kewarganegaraannya, dengan asumsi akan dibatalkan. Orang asing yang mendapat suaka di Denmark, tentunya harus segera dideportasi, mengingat asas suaka sudah tidak berlaku lagi. Ini juga berlaku untuk keturunan mereka,” bunyi pernyataan di situs resmi Stram Kurs.

Namun demikian, lanjut Kiai Labib, tetap harus ada tindakan tegas kepada pelaku agar hal serupa tidak terulang kembali. Terlebih terhadap pemerintahan Swedia yang ditengarai membiarkan pelecehan itu terjadi.

Mengingat, Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada nabi yang paling mulia, Muhammad SAW; melalui pemimpin para malaikat, Jibril as; di bulan termulia, Ramadhan; serta di tempat yang juga dimuliakan, Tanah Suci Makkah.

“Lantas pembelaan dalam bentuk seperti apa? pembelaan itu ya tentu mas tatha’tum, sesuai dengan kemampuan,” jelasnya.

“Kalau bisanya ngomong ya ngomong kalau bisanya demo ya demo, kalau bisanya melakukan tindakan fisik, ya ‘mengancam’ (pemerintahan) Swedia yang membiarkan itu semua terjadi atau bahkan mengirimkan tentara untuk mencegah agar tidak terjadi,” tambahnya menguraikan.

Tetapi sayang, tidak ada satu pun dari para penguasa negeri Muslim yang melakukan yakni mengirimkan tentara sebagai wujud pembelaan terhadap Al-Qur’an. “Ini yang sampai sekarang tidak dilakukan oleh para penguasa (negeri) Muslim,” ucapnya, sembari menyebut aneh sikap yang demikian itu.

Lantas ia pun membandingkan dengan aksi pembakaran gambar presiden atau lambang negara yang kemudian memantik kemarahan masyarakat misalnya. Padahal sekali lagi, Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT dengan penuh kemuliaan.

Maka, ia kembali menekankan, harus ada tindakan tegas yang itu tidak bisa diharapkan dari para penguasa negeri Muslim saat ini.

Alih-alih memahami Al-Qur’an sebagai hudan atau petunjuk bagi seluruh manusia, para penguasa dimaksud justru menyematkan para penyeru/pendakwah Al-Qur’an dengan label radikal dan sejenis lainnya.

“Kalau kita mengharapkan para penguasa negeri Muslim, katakanlah untuk bersikap tegas kepada orang yang menghina Al-Qur’an, ya tentu berat, sulit tak terbayangkan,” tukasnya.

Sebab dalam kehidupan mereka sendiri, Al-Qur’an tidak mendapatkan tempat yang mulia untuk diterapkan dalam hal kehidupan secara menyeluruh.

Karenanya pula, Kiai Labib menyinggung tentang persatuan umat yang nantinya bakal tersinggung tatkala perkara yang disucikan (Al-Qur’an) dinistakan oleh orang-orang kafir.

Adalah kekuasaan yang menurutnya penting bagi Islam untuk bisa mencegah aksi serupa terjadi lagi. “Tanpa kekuasaan, jadi beginilah umat Islam (membiarkan penistaan terulang),” ujarnya.

Artinya, ketika Islam dipisahkan dengan kekuasaan akibatnya tak ada penguasa Muslim yang merasa tersinggung lantas melakukan tindakan tegas ketika Al-Qur’an dinistakan. “Masa umat Islam yang terdiri dari sekian miliar (jiwa) berdiam diri tidak ada pembelaan kepada Qur’an mereka?” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *