Al-Qur’an Berulang Dihina, FIWS: Umat Islam Butuh Negara Global
Mediaumat.id – Agar penghinaan terhadap Al-Qur’an tidak berulang, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi mengatakan umat Islam butuh negara global.
“Umat Islam membutuhkan negara global yang menyatukan negeri-negeri Islam. Negara global yang merepresentasikan ideologi Islam, merepresentasikan kepentingan umat Islam dan aspirasi umat Islam. Inilah yang akan memberikan pelajaran nyata dan menghentikan penghinaan yang berulang-ulang seperti ini,” tuturnya di Kabar Petang: Butuh Aksi Nyata Sikapi Pembakaran Al-Quran di Swedia! melalui kanal YouTube Khilafah News, Rabu (25/1/2023).
Farid menjelaskan, kalau berdasarkan syariat Islam perbuatan yang dilakukan politikus sayap kanan Swedia Denmark Rasmus Paludan yang melakukan pembakaran Al-Qur’an di depan kedutaan besar Turki di Stockhom, Sabtu (21/1/2023), adalah perbuatan yang akan disikapi dengan sikap tegas oleh negara khilafah.
“Negara dalam Islam didasarkan kepada akidah Islam yang menjadikan syariat Islam sebagai pedoman hidup mereka dalam segala pengaturan aspek kehidupan baik itu dalam negeri ataupun luar negeri akan bersikap tegas terhadap negara-negara yang menghina,” jelasnya.
Farid memberikan contoh pada masa Kekhilafahan Utsmani, meski dalam keadaan mundur masih sanggup memberikan peringatan keras kepada Eropa yang saat itu akan mementaskan drama yang menghina Rasulullah Saw. “Khalifah mengancam akan menyerukan jihad fisabilillah untuk memerangi Eropa. Hal ini membuat rencana pemutaran drama itu dihentikan,” tukasnya.
Negara, ucap Farid, akan bertindak keras sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Al-Mawardi dalam kitabnya Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, ada dua yang menjadi tugas pokok negara yaitu menjaga agama dan mengatur urusan kaum Muslim.
“Karena itu terjaganya kemuliaan agama ini menjadi hal yang sangat penting dalam pandangan Islam. Demikian juga menjadi hal yang sangat penting dalam politik luar negeri negara yang didasarkan Islam tidak akan membiarkan penghinaan-penghinaan seperti ini terjadi. Negara akan memberikan sanksi yang sangat tegas,” tandasnya.
Islamofobia
Menurut Farid, pembakaran Al-Qur’an ini mencerminkan islamofobia yang mengurat dan mendarah daging di Eropa dan di belahan negara-negara Barat lainnya. “Apa yang dilakukan oleh politisi sayap kanan Swedia ini jelas mencerminkan kebencian mereka yang sangat luar biasa terhadap Islam,” tandasnya.
Selain itu, sesungguhnya ini merupakan tamparan keras bagi Turki karena pembakaran ini dilakukan di depan kedutaan besar Turki. “Artinya, Rasmus Paladun di samping ingin mempermalukan umat Islam dengan membakar Al-Qur’an sesungguhnya pesan penting dari Rasmus pada dunia adalah mempermalukan Turki, negara yang seolah-olah menjadi representasi umat Islam,” jelas Farid.
Farid menyebut ada empat faktor mengapa islamofobia semakin menguat. Pertama, kebencian terhadap Islam yang sudah mendarah daging. Kedua, cermin kekhawatiran terhadap pengaruh Islam yang semakin menguat di dunia menggantikan kapitalisme.
Ketiga, menguatnya kebencian terhadap Islam tidak bisa dipisahkan dari kebijakan war on terrorism dan war on radicalism yang terus digaungkan Barat. Keempat, tidak adanya negara yang merepresentasikan ideologi Islam yang memiliki pengaruh besar dalam politik internasional.
Pelajaran Keras
Farid menyayangkan sikap pemerintah Indonesia yang hanya sekadar mengecam. “Dalam perkara-perkara ini seharusnya kepala negara bicara langsung, bukan sekadar mengecam tapi memberikan pelajaran yang keras dengan memutus hubungan diplomatik karena telah menyinggung perkara yang sangat penting dalam Islam yaitu Al-Qur’an,” ujar Farid memberikan saran.
Pemutusan hubungan diplomatik secara total, dinilai Farid, akan memberikan pelajaran bagi yang menghina Islam termasuk negara-negara yang memberikan pembelaan kepada penghina.
“Negeri-negeri Muslim memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Kalau negeri-negeri Muslim bersatu maka kekayaan alam ini bisa digunakan sebagai senjata politik untuk memberi pelajaran kepada negara-negara yang memusuhi Islam, itu lebih dari cukup,” terangnya.
Andai penguasa negeri-negeri Muslim menghentikan penjualan minyak dan gas ke negara-negara yang melakukan penghinaan terhadap Islam, kata Farid, ini akan menjadi pelajaran buat mereka.
“Sayangnya hal itu tidak terjadi karena para penguasa di negeri Islam saat ini menjadi bagian dari boneka-boneka Barat,” pungkasnya menyesalkan.[] Irianti Aminatun