Al-Qur’an Berulang Dibakar, UIY: Bukti Lemahnya Umat Islam Saat Ini
Mediaumat.id – Fenomena islamofobia yang terus berulang termasuk di dalamnya aksi pembakaran Al-Qur’an oleh Politikus Swedia-Denmark Rasmus Paludan di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm baru-baru ini, menjadi bukti kesekian betapa kepada umat Islam saat ini sangat lemah.
“Ini bukti kesekian betapa bahwa umat Islam itu dalam keadaan sangat lemah,” ujar Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) dalam Fokus: Pembakaran Al-Qur’an, Islamofobia Keterlaluan, Ahad (29/1/2023).
Sebenarnya, lanjut UIY, enggak susah menindak pelaku pembakaran tersebut. “Apa sih susahnya ‘menghabisi’ orang macam Paludan ini? Enggak ada susahnya kan?” geramnya.
Namun ia menyebutkan, meski jumlah umat Islam seluruh dunia sangat besar yakni lebih dari 1,7 miliar, faktanya tidak mampu mencegah aksi serupa terulang kembali.
Maknanya, sekarang ini sudah hampir tidak ada rasa takut dari kekuatan politik mana pun di muka bumi ini terhadap kekuatan politik Islam meskipun jumlah umat Islam itu sangat besar.
“1,7 miliar itu menjadi entitas agama terbesar di dunia lebih daripada Kristen Katolik yang kurang lebih 1,1 miliar, Kristen Protestan yang kurang lebih sekitar 700 juta, Hindu kurang lebih satu miliar, Budha kurang lebih 400 juta,” beber UIY, seperti yang pernah diungkap Pew Research Center pada tahun 2015.
Namun sayang, ucapnya lagi, dengan jumlah sebesar itu umat Islam kecil dalam hal kekuatan. Terlebih ekonomi, politik maupun militer yang itu semua diketahui oleh Barat bahwa kekuatan Islam telah tercerai-berai.
“Kekuatan Islam itu adalah kekuatan yang tercerai-berai bukan kekuatan yang consolidated (terkonsolidasi),” ungkapnya prihatin.
Lebih dari itu, dikarenakan kondisi umat Islam yang lemah tersebut, akhirnya tidak ada hukuman setimpal yang bisa mereka rasakan.
Sehingga seperti halnya peribahasa ketika membahas pentingnya persatuan, sebatang lidi tidak berarti apa-apa, tapi bila diikat jadi satu, akan menyapu segalanya. “Ibarat sapu lidi itu sangat muda dipatahkan satu per satu, kalau dipatahkan sak (satu) gombyok diikat erat itu memang susah (dipatahkan),” terangnya.
Untuk itu, yang bisa melawan itu semua hanyalah kekuatan politik Islam. Sementara, sambungnya, wujud paling kecil dari kekuatan dimaksud adalah sebuah negara. “Kekuatan politik Islam itu sekarang ini kan wujud paling kecilnya ya negara,” tegasnya.
Oleh karenanya pula, apabila umat berpikir tentang persatuan umat oleh Daulah Khilafah akan menjadi relevan. “Relevan untuk mewujudkan konsolidasi kekuatan umat sedemikian sehingga pembelaan terhadap muruah terhadap izzah, dignity, kehormatan Islam, kehormatan Al-Qur’an, kehormatan Nabi itu bisa terjaga,” pungkasnya.[] Zainul Krian