Al-Julani Menerima Menteri Luar Negeri Turki di Damaskus
Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, bertemu dengan Panglima Operasi Suriah, Al-Julani, di ibu kota Suriah, Damaskus, pada hari Ahad (22/12/2024), dihadiri pula oleh Wakil Menteri Luar Negeri Turki Nuh Yilmaz, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Turki di Suriah, Burhan Koroglu, dan Menteri Luar Negeri pemerintah sementara Suriah, Asaad Hassan al-Shibani.
Pertemuan tersebut, yang dilakukan dalam rangka kunjungan Fidan ke Damaskus, di mana kedua pihak membahas perkembangan terkini dalam situasi Suriah, termasuk langkah-langkah masa depan untuk mengintegrasikan faksi militer di bawah satu komando yang berafiliasi dengan Kementerian Pertahanan dalam tentara baru Suriah.
Dalam konferensi pers setelah pertemuan tersebut, Al-Julani mengatakan bahwa Turki adalah negara yang bersahabat dengan rakyat Suriah dan telah mendukung mereka sejak awal revolusi, dan menekankan bahwa Damaskus tidak akan melupakan hal tersebut.
Dia menambahkan: “Ada diskusi panjang antara dia dan Menteri Luar Negeri Turki, Fidan mengenai kondisi masa depan dan tantangan terhadap realitas Suriah, termasuk beberapa aspek, terkait keamanan dan ekonomi, serta bentuk politik Suriah dalam konteks masa depannya.”
Amerika mengontrol pemimpin Hay’ah Tahrir al-Syam (HTS), Al-Julani, melalui Erdogan, dan mengarahkannya untuk mempertahankan sistem sekuler, saat ia menerima delegasi Amerika dan Eropa. Amerika telah mengumumkan bahwa dia (Al-Julani) adalah presiden Suriah berikutnya. Amerika kemungkinan akan menggunakannya untuk mempertahankan pengaruhnya di Suriah, dan melaluinya berupaya mengintegrasikan kaum Muslim ke dalam sistem sekuler.
Hizbut Tahrir mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Rezim baru di Suriah, yang dipimpin oleh Al-Julani, terkait erat dengan rezim Turki, yang berjalan di orbit Amerika … Jika dia berpikir demikian untuk menyenangkan Amerika dengan menerapkan sistem sekuler, memerangi Khilafah dan para penyerunya, serta tetap memenjarakan mereka, padahal dia membuka penjara-penjara lain dan mengeluarkan para tahanan dari dalamnya kecuali para syabab (aktivis) Hizbut Tahrir—tidak dia keluarkan—sebab mereka berjuan untuk mengembalikan pemerintahan berdasarkan hukum Allah di bumi, Khilafah Rasyidah. Semua itu dia lakukan untuk menyenangkan Amerika dan Barat dalam perang mereka melawan Khilafah dan para penyerunya. Jika dia berpikir bahwa hal ini akan mempertahankan kursinya, maka dia tengah berdelusi yang akan membuatnya terus diperbudak oleh mereka.” (hizb-ut-tahrir.info, 23/12/2924).
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat