Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Kalsel Berdialog untuk Selamatkan Negeri

Setelah sempat dikatakan mahasiswa saat ini sedang “bobo siang”, karena lupanya mereka terhadap tugas mereka yang penting bagi negara ini. akhirnya beberapa organisasi ekstra kampus dan juga sejumlah Badan Eksekutif Mahasiswa di Kalimantan Selatan berkumpul dan berdiskusi berumuskan dan menyamaratakan persepsi mereka terhadap peran perjuangan Mahasiswa Islam dalam mengawal keadilan dan kesejahteraan negeri ini.
Pertemuan organisasi yang dinamai Dialog Khas Mahasiswa (Dialogika) dengan tema peran pergerakan mahasiswa Islam dulu,  sekarang dan yang akan datang dalam selematkan negri. kegiatan ini diselenggarakan di Aula Edotel Banjarmasin dengan dihadiri lebih lima puluh Aktivis Mahasiswa dan Mahasiswi dari berbagai kampus dan berlatar belakang organisasi yang berbeda.
diantaranya yang duduk sebagai pembicara adalah Pengurus Wilayah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kalsel (IMM) , Pengarus Wilayah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Kalsel (KAMMI), Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Kalsel (PII), Pengurus Wilayah BEM Seindonesi Kalsel (BEM SI) Koordinator Wilayah Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus Kalsel (BKLDK),  dan Gerakan Mahasiswa  Pembebasan Kalsel (GP) selaku Panitia penyelenggara.
Tidak ketinggalan, kegiatan ini juga dihadiri tamu undangan dari BEM UIN Antasari,  BEM ULM, BEM UNISKA, BEM Poliban, BEM UMB, BEM STEI, dan beberapa Lembaga Dakwah Kampus di Kalimantan Selatan, seperti Angkatan Muda Mesjid Baitul Hikmah (AMBH) ULM,  LDK Al-Qudwah ULM,  LKI Poliban,  KDK Al-Karomah Uniska, dan BMI Kalsel hadir untuk meramaikan sekaligus bersilaturahmi antara sesama Aktivis Mahasiswa.
acara seperti ini sudah lama dirindukan oleh para Aktivis, dimana perjuangan kemerdekaan   dan perubahan di negeri ini tidak dipungkiri karena ditenggarai oleh Aktivis Mahasiswa Islam, dan ironisnya kini mahasiswa Islam mulai ditakuti takuti dengan agenda derasikalisasi kampus, pengantar ahmad Anwar selaku pembawa acara.
menjawab hal itu perwakilan PII Kalsel mengatakan “Saya kalau dibilang Radikal malah bangga, karena Radikal itu asal katanya radix atau akar, jadi kalau diartikan yaitu orang yang berprinsip, orang yang landasannya mengakar, dan aneh jika seseorang beriman atau berislam namun keimanan dan keislamannya tidak mengakar” jelas kata seorang Mahasiswa UIN Banjarmasin ini, dia juga menyampaikan PII dahulu adalah organisasi dengan Ideologi Islam juga pernah dibubarkan dan mengalami masa tekanan dari Rezim karena perbedaan pendapat. dan selama berpegang teguh dengan islam mereka tetap bertahan, dikutip pesannya kepada peserta yang ada disana “Jangan Takut memegang prinsip-prinsip Islam, karena Allah akan menolong kita semua”
Pembicara kedua dilanjutkan dari KAMMI Kalsel,  ia memberikan pernyataan persatuan “meski diundang sebagai perwakilan dari KAMMI sebagai representasi kumpulan organisasi mahasiswa , sebenarnya saya lebih senang di panggil sebagai seorang Mahasiswa dan dipanggil sebagai seorang Muslim! karena itu lebih memposisikan kita sebagai bagian dari Mahasiswa muslim yang seharusnya bersatu dan mengingat tugas-tugasnya sebagai mahasiswa” ujarnya setelahnya menjelaskan 4 peran penting mahasiswa.
Perwakilan IMM Kalsel pun menambahkan untuk segera menyudahi segala  perdebatan yang melahirkan perpecahan “sudah cukup cape kita dipecah belah, saatnya mahasiswa muslim bersatu memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. jangan terpancing terhadap upaya-upaya untuk memecah persatuan umat dan aktivis mahasiswa Islam oleh pihak-pihak yang tidak suka dengan islam. “dan kita sudah ketahui bersama bahwa kunci dari akar masalah umat islam saat ini Adalah persatuan”
tidak ketinggalan dari BKLDK Kalsel Ahmad Junaidi mereflesikan kembali khittah perjuangan dakwah Mahasiswa untuk tidak berhenti. Junaidi menjelaskan meskipun dia sudah lulus, kewajibannya untuk berdakwah terus ada dan harus tetap berlanjut.
Meski sempat terlambat duduk didepan, perwakilan BEM SI juga menyampaikan pendapatnya, dan merepleksikan kembali kealfaan mahasiswa saat ini yang cenderung pragmatis dan mudah lunak hanya dengan suap makan siang oleh penguasa dan menjadi tugas bersama mengembalikan tugas peran mahasiswa sebagai Agent of Chance ,Sosial Control, Iron Stock, serta Moral Force.
Pemaparan pembicara terakhir adalah dari Gema Pembebasan Pusat, Rizki Pattamajaya yang jauh-jauh dari Jakarta memberikan gambaran strategisnya posisi mahasiswa dalam perubahan “Mahasiswa itu dalam piramidanya berada ditengah antara rakyat dan penguasa, pada satu sisi Mahasiswa itu menjadi penyambung lidah Rakyat , pada sisi lain menjadi pengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah. namun bagaimana dengan keadaan saat ini? mahasiswa ditekan, diancam, bahkan dipersekusi kegiatan dan suarannya. anehnya yang  melakukan itu ayah mereka sendiri yaitu pejabat kampus, rektor, dan dekannya sendiri yang mengancam mahasiswa, dimana harusnya merekalah yang menjadi pelindung suara mereka” lantang Rizki dalam dialognya.
setelah itu diadakan dialog diantara peserta sehingga memberikan kesimpulan bahwa perjuangan mahasiswa islam saat ini tiada lain perjuangan yang sama yaitu memperjuangkan dakwah Islam, demi kejayaan Islam dan Keselamatan seluruh ummat.”
Di akhir acara semua aktivis ini membuat komitmen bersama dan memberikan testimoni tentang peran perjuangan aktivis mahasiswa.
Zainuddin Assajdah selaku Ketua Panitia pada DIALOGIKA ini mengharapkan dengan diadakannya pertemuan aktivis ini,  bisa mengembalikan sikap idealisme dan kritisme mahasiswa di tengah era milenial ini. “kami ingin menegaskan bahwa mahasiswa tidak akan loyo lagi, kami tidak akan takut ditekan dan tidak akan mundur bila melihat kezaliman yang ada, dan di forum ini kami juga menegaskan bahwa kepada siapapun yang mengatakan aktivis pergerakan mahasiswa Islam itu terpecah belah, pernyataan anda itu salah besar, hari ini kami buktikan bahwa kami masih bersatu, kami masih bersatu untuk melawan kezaliman dan kemunkaran, kami masih bersatu untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin dan kesejahteraan seluruh rakyat, pungkasnya. []
Share artikel ini: