Aktivis Muslimah: “Islam Moderat Dipopulerkan Barat, Ada Apa?”

Mediaumat.id – Karena istilah Islam moderat itu bukan berasal dari Islam, Aktivis Muslimah Ustazah Yuli Kusumadewi mengajak kaum Muslim untuk mempertanyakan ada apa di balik gencarnya istilah tersebut dipopulerkan.

“Istilah moderat itu buatan manusia, lebih lagi jika kita telusuri istilah Islam moderat atau Islam jalan tengah itu sebenarnya dipopulerkan oleh Barat. Seharusnya kita curiga, ada apa ini? Karena istilah ini tidak datang dari Baginda Rasulullah, Al-Qur’an, As-Sunnah, ataupun para ulama kita,” tuturnya dalam segmen Taman Ibunda: Keluarga Tangguh Hadapi Kampanye Moderasi di kanal YouTube Khilafah Channel Reborn, Rabu (20/4/2022).

Menurutnya, dalam melaksanakan ajaran Islam, umat Islam hanya diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjadi Muslim kaffah sebagaimana Allah SWT firmankan dalam QS al-Baqarah ayat 208, “Yaa ayyuhal ladziina aamanud khuluu fissilmi kaaffah (Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan).”

“Tapi mengapa sekarang muncul istilah moderat? Bahkan yang sangat mengerikan, Baratlah yang mengelompokkan umat Islam. Dalam dokumen Rand Coorporation, lembaga think thank Amerika yang fokus untuk mempelajari tentang bagaimana Islam dan seterusnya. Mereka punya kepentingan untuk menelaah bagaimana kehidupan kaum Muslim, sehingga mereka mengeluarkan berbagai rancangan-rancangan. Karena dengan ideologi kapitalisnya, Amerika tidak akan rela tergeser dengan ilmu mana pun termasuk sistem Islam,” bebernya.

Ia pun menjelaskan, Rand Coorporation ini menyusun sebuah strategi untuk menjegal kekuatan lain yang bisa mengancam kapitalisme. Salah satu yang mereka anggap mengancam itu adalah kekuatan Islam. “Dan hari ini kita kaum Muslim melihat kebangkitan Islam itu sudah nampak. Sudah banyak kaum Muslim yang menyadari bagaimana semestinya dia sebagai seorang Muslim menjalankan aturan Allah secara sempurna dalam kehidupan ini,” ungkapnya.

Yuli pun berpendapat bahwa inilah yang mereka takutkan. Sehingga mereka melakukan devide et impera (politik belah bambu), dengan mendikotomi, atau bahkan dengan mengelompokkan umat Islam menjadi beberapa kelompok yang dalam istilah mereka, kelompok Islam fundamental, Islam modernis, Islam tradisionalis, dan Islam sekuleris.

“Tujuannya ini supaya masyarakat akan terpilah. Istilahnya terbagi jadi dua kubu, yaitu Islam yang memegang ajaran dengan teguh dan berusaha menjalankan agamanya dengan sempurna, yaitu dengan syariat Islam kaffah. Dan yang satu lagi menjadi Islam yang moderat saja, tidak fundamental. Jadi dalam Islam sendiri menjadi gontok-gontokan,” ungkapnya.

Yuli membeberkan, berbagai label negatif dilekatkan kepada kaum Muslim bahkan distigma burukkan menjadi monsterisasi. Yang akhirnya muncul rasa takut, hati-hati jika ikut pengajian, hati-hati jika bergaul dengan orang yang membawa-bawa Islam. “Ini kan berbahaya, padahal apa yang disampaikan itu suatu hal yang memang berasal dari ajaran Islam yang sebenarnya,” lanjutnya.

Ia menyesalkan, negeri ini yang notabene menerapkan sekulalisme, memisahkan agama dari kehidupan. Moderasi beragama seolah-olah dijadikan isu yang terpenting. Sehingga ada masalah apa pun, solusinya moderasi beragama, tumpas radikalisme. “Seolah-olah radikalisme mengancam negeri ini, padahal belum ada buktinya. Ini kan suatu hal yang tidak bisa kita pahami secara akal sehat,” pungkasnya.[] Willy Waliah

Share artikel ini: