Aktivis Muslimah: Fenomena Wisata Vaksin adalah Bentuk Kesenjangan Buah dari Sistem Kapitalisme Dunia
Mediaumat.news – Menanggapi fenomena baru banyak warga negara Indonesia (WNI) yang ramai-ramai terbang ke Amerika Serikat (AS) untuk berwisata dan mendapatkan vaksin Covid-19, Aktivis Muslimah Iffah Ainur Rochmah menyebut, ini adalah bentuk kesenjangan buah dari sistem kapitalisme yang merajai dunia.
“Kesenjangan global untuk mendapatkan vaksin, dan juga kesenjangan yang menganga antara si kaya dan si miskin pada tataran global di negara-negara yang ada di dunia maupun di tataran individu-individu masyarakat yang tinggal di berbagai belahan dunia hari ini, sesungguhnya adalah buah dari sistem kapitalisme yang merajai dunia,” ujarnya kepada mediaumat.news, Kamis (22/7/2021).
Iffah memandang, ada tiga aspek dari fenomena ini yang perlu disorot. Pertama, fakta ini semakin mengkonfirmasi adanya jurang kesenjangan yang sangat lebar antara si kaya dan si miskin.
Ia menilai, di saat masyarakat miskin saat ini susah payah mengais rezeki di tengah pandemi dan berharap bantuan dari pemerintah yang itu pun tidak semua bisa mendapatkannya. Tapi di sisi lain para orang kaya masih bisa melanjutkan kegemaran mereka berwisata dan belanja barang-barang mewah berharga ratusan juta rupiah.
Mengutip data yang diangkat oleh lembaga keuangan dunia Credit Suisse dan Financial Times Iffah mengatakan, bahwa selama pandemi ada peningkatan jumlah orang kaya di Indonesia sebesar 60 persen atau 172 ribu orang daripada masa sebelum pandemi. Dan dasar penetapan orang kaya itu dihitung minimal memiliki kekayaan sebesar USD 1 juta.
Menurut Iffah, mereka mendapatkan kekayaan ini dari rendahnya suku bunga perbankan dan dari penggelembungan transaksi di bursa saham. Inilah realitanya di bawah sistem kapitalis, sehingga mereka bisa mendapatkan kekayaan tersebut dari sektor non riil, sektor ribawi, dan sektor perjudian yang dilarang oleh Islam.
Kedua, adalah tidak etis melakukan wisata vaksin di tengah krisis. Iffah berpendapat, memang Amerika saat ini sebagai negara super power selalu memiliki keunggulan-keunggulan, sehingga apapun yang ditawarkan Amerika akan mempunyai daya tarik.
Padahal sebut Iffah, Amerika bisa mendapatkan semua itu dengan cara-cara monopolistik dan mengeksploitatif bangsa lain, yang tentu bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
Ketiga, sedang terjadi kesenjangan ketersediaan vaksin secara global. Mengutip pernyataan menteri luar negeri Retno Marsudi, Iffah menyebut, bahwa 75% pasokan vaksin yang diproduksi oleh produsen vaksin dunia hanya dinikmati oleh sepuluh negara kaya termasuk Amerika. Amerika sendiri saat ini memberikan layanan suntikan vaksin Pfizer/BioNTech, Moderna dan Johnson & Johnson bagi siapa saja meskipun bukan warga negara Amerika.
“Inilah kesenjangan vaksin dunia yang ada pada hari ini, dan termasuk ini juga yang menjadi alasan wisatawan Indonesia yang termasuk ‘crazy rich’ pergi ke Amerika,” pungkasnya. []Agung Sumartono