Mediaumat.news – Merefleksi 100 tahun tragedi runtuhnya khilafah, Aktivis ’98 Agung Wisnuwardana mengatakan, runtuhnya Khilafah saat itu membuat umat Islam di Indonesia tergoncang dan sedih.
“Jadi sangat wajar ketika khilafah itu begitu akrab di dalam benak umat Islam Indonesia pada tahun-tahun itu 1924-1930. Dan sebelum 1924 Khilafah itu sangat akrab sekali, sehingga ketika dia runtuh umat Islam begitu sangat sedih, begitu sangat goncang, termasuk umat Islam di Indonesia,” ujarnya dalam acara Kabar Malam, Jumat (19/02/2021) di kanal YouTube News Khilafah Channel.
Menurut Agung, Khilafah Utsmani adalah sebuah negara adidaya dunia, jadi ketika runtuh pasti menggetarkan berbagai kalangan termasuk di Indonesia. Dan empat bulan setelah runtuhnya Khilafah Usmani tersebut, umat Islam di Indonesia merespon dengan mengadakan pertemuan penting di Surabaya yang disebut Komite Khilafah.
Ia menyebut, Komite Khilafah menyepakati dua hal penting. Pertama, bahwa keberadaan Khilafah itu wajib dan penting. Kedua, adalah perlu mengirimkan utusan untuk hadir ke Kongres Khilafah di Kairo Mesir pada tahun berikutnya.
Agung membeberkan, hampir seluruh wakil-wakil umat Islam Indonesia berkumpul di Surabaya saat itu untuk merespon terkait runtuhnya khilafah. Sebab kalau dirunut ke belakang hubungan khilafah dengan Nusantara itu sangat dekat sekali.
“Seperti sejarah Walisongo yang tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan khilafah Islam. Dan juga kesultanan-kesultanan yang ada di negeri ini juga ada kaitannya dengan khilafah,” bebernya.
Ia menilai, runtuhnya Khilafah Turki Utsmani mengakibatkan pecahnya umat Islam menjadi hampir lebih lima puluh negara bangsa atau nation state. Negara-negara tersebut lahir dengan semangat nasionalisme dan tidak ada ikatan Islam sama sekali.
“Jadi energi nasionalisme itu yang akhirnya memecah belah umat Islam, ini sudah ada sebelum runtuhnya khilafah,” pungkasnya.[] Agung Sumartono