“Saya musisi. Bukan buzzer. Saya ingin memiliki pengaruh, tapi melalui musik yang saya buat,” ungkap pria yang akrab dipanggil Dhito. Musisi Ardhito Pramono akhirnya mengaku kalau ia mendapat bayaran dalam program kampanye tagar #indonesiabutuhkerja. Ia mengakut mendapat bayaran 10 juta rupiah untuk satu cuitan di akun medsosnya.
Ardhito sendiri mengaku menerima bayaran untuk melakukan kerja sama kampanye tagar #Indonesiabutuhkerja. Hanya saja, ia tidak mengetahui bahwa kampanye tersebut untuk RUU Cipta Kerja. Dhito mengaku sang pemberipekerjaan memastikan tagar tersebut tidak ada kaitan dengan politik, hanya untuk menenangkan masyarakat di tengah wabah corona.
Dhito tidak sendirian, ada sejumlah influencer, kebanyakan dari kalangan artis yang akhirnya mengaku mendapat bayaran untuk mencuitkan tagar #Indonesiabutuhkerja. Akhirnya mereka meminta maaf pada publik.
Komentar
Pernyataan para influencer ini mestinya menampar pemerintah yang tidak tahu malu membantah bila mereka membayar puluhan artis dan influencer untuk mendukung RUU Cipta Kerja.
Sebelumnya Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Donny Gahral Adiansyah menegaskan, pemerintah tidak pernah membayar artis atau influencer untuk mendukung Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja. Ia menyatakan bila para artis dan influencer itu secara spontan mendukung RUU Cipta Kerja.
RUU Cipta Kerja sendiri kontroversial diantaranya karena dianggap lebih banyak mengakomodir kepentingan pengusaha dan investor dan merugikan kaum buruh.
Sekarang, setelah taktik pemerintah terbongkar, apakah akan ada pernyataan maaf? Ataukah tetap merasa benar tindakan tersebut, atau melempar tanggung jawab pada pihak lain yang akan dikambinghitamkan?
Sungguh negeri ini tengah berada dalam genggaman para penguasa yang telah disebutkan Nabi SAW. sebagai tahun-tahun penuh kebohongan dan para penguasanya adalah ruwaibidhoh. Nabi bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah).[] Iwan Januar/LS