Akankah China Menggantikan Amerika di Afghanistan?
Bencana Amerika di Afghanistan dan penarikannya pada bulan Agustus membuat banyak orang melihat bahwa China adalah negara yang akan mengisi kekosongan. China memiliki kepentingan ekonomi, strategis dan keamanan yang signifikan di Asia Tengah dan Afghanistan. Jaringan transportasi yang melintasi koridor Wakhan merupakan bagian integral dari Inisiatif One Belt One Road (OBOR) China, yang sangat penting bagi kekuatan masa depannya. Tetapi pertanyaan yang tersisa: Dapatkah China benar-benar menggantikan Amerika, tidak hanya di Afghanistan, tetapi di mana pun di dunia?
Tidak seperti Amerika Serikat, China tidak pernah berperang dan memenangkan perang sejak Perang Dunia II. Perang Korea pada tahun 1951, dan perang dengan Vietnam pada tahun 1979, sumgguh telah membuat China menahan diri untuk tidak mengerahkan pasukannya di luar perbatasannya. Dari perspektif budaya, China tidak menawarkan banyak hal kepada dunia, sementara Amerika Serikat memiliki kekuatan lunak (soft power) yang sangat besar, bahkan ekspor budayanya telah menyerbu semua aspek kehidupan modern, hingga memasuki Tiongkok, mulai dari mode hingga musik, dari merek dan rasa Barat mendominasi kaum muda Tiongkok, sehingga tidak menyisakan sedikit ruang untuk ekspor budaya Tiongkok yang berbeda. Hal ini, akan mengurangi aspek kekuatan lunak (soft power) apa pun yang dapat dibangun Tiongkok. Itulah sebabnya, bahkan di Afghanistan, elit Afghanistan melihat ke Barat untuk mencari inspirasi, bukan ke Timur.
Secara politik, pengaruh China sama-sama minimnya, sementara Amerika Serikat, meskipun memiliki ambivalensi yang besar, yang menunjukkan keunggulan sistem politiknya yang liberal, demokratis, sekuler, dan kapitalis. Sedang sistem pemerintahan China bukanlah yang diinginkan siapa pun di dunia. Hubungan China dengan Afghanistan adalah khas, seperti hubungan lainnya, karena mereka tidak memiliki pengaruh budaya dan politik, sedang yang mendominasi hubungan China-Afghanistan adalah ekonomi.
Afghanistan diberkati dengan kekayaan mineral yang luas, tambang, sumber daya bumi yang langka, hidrokarbon, emas, perak, platinum, bijih besi, tembaga, bauksit, seng, litium, dan sumber daya alam lainnya dengan nilai potensial 3 triliun dolar yang terkubur di dalam medannya yang kasar. Deposit litium saja berpotensi mengubah Afghanistan menjadi Arab Saudi di dunia litium.
Bahkan sebelum Amerika Serikat pergi, tidak termasuk biaya pendudukannya di Afghanistan, China adalah sumber utama investasi asing langsung di Afghanistan. Pada tahun 2019 saja, investasi asing langsung China di Afghanistan diperkirakan lebih dari 400 juta dolar. Sebaliknya, keamanan yang diberikan oleh kehadiran Amerikalah yang memfasilitasi investasi China.
Dengan perginya Amerika Serikat, kemampuan Taliban untuk memberikan keamanan dan stabilitas ke Afghanistan dan wilayah yang lebih luas, terutama wilayah Turkestan Timur yang berbatasan dengan Afghanistan, akan menentukan tahap berikutnya dari investasi China, yang mungkin termasuk investasi skala besar di infrastruktur Afghanistan dan kemungkinan penyertaan dalam program One Belt One Road (OBOR) China.
Kolaborasi perspektif Taliban dengan China, bagi Taliban hal itu bagaikan mitra ekonomi yang ilegal.
Ketika Amerika Serikat menduduki suatu bangsa, seringkali ia memaksakan hegemoni penuh atas mereka. Kehidupan politik, budaya, dan ekonomi masyarakat tunduk pada kepentingannya. Amerika Serikat akan mendikte kebijakan dalam dan luar negeri bagi negara yang diduduki itu dengan mengorbankan kepentingan negaranya sendiri. Selain itu, pengaruh Amerika Serikat dilembagakan di banyak lembaga internasional, di mana Amerika Serikat mendominasi Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa, NATO, serta sejumlah badan politik dan ekonomi lainnya, yang akan menguatkan pengaruhnya dan menjamin kepatuhan terhadap kebijakan serta kepentingannya.
Di sisi lain, China tidak ingin memperluas pengaruhnya di luar ekonomi, dan faktanya China tidak mampu melakukannya. Bahkan jaminan keamanan yang sedang dicarinya tidak didasarkan pada nilai-nilai bersama atau kesamaan budaya apa pun, melainkan hasil dari konvergensi kepentingan ekonomi yang sebagian besar dari saling curiga terhadap niat negara lain. Hal ini berlaku bahkan untuk negara-negara yang merupakan bekas sekutu China, seperti Pakistan. Pengaruh yang dimiliki China sangat kecil pada perwakilan institusional internasional, bahkan di forum-forum di mana China memiliki hak veto, sering kali abstain dari pemungutan suara, daripada berusaha berkonfrontasi.
Jadi, meskipun Amerika Serikat keluar dari Afghanistan, pengaruhnya tidak akan berhenti, sebab pengaruh politik, militer, sosial dan ekonominya masih ada. Sementara itu, China tidak menawarkan apa pun untuk menggantikannya. [Adnan Khan]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info. 19/12/2021.