Mediaumat.id – Akademisi Dr. Muhammad Uhaib As’ad menyatakan ketimpangan ekstrem Indonesia yang menempati peringkat keenam di kawasan Asia karena penguasaan alat-alat produksi ekonomi oleh oligarki kapitalis.
“Ketimpangan ekstrem di Indonesia ini selaras dengan ketimpangan keadilan yang sudah sampai taraf ubun-ubun dan emergency karena alat-alat produksi ekonomi dikuasai, dikendalikan, dikontrol, dan didikte segelintir orang yaitu para oligarki kapitalis,” tuturnya dalam [LIVE] Perspektif: Hari Buruh, Demokrasi Oligarki Vs Daulat Rakyat, & Proposal Khilafah, Senin (1/5/2023) di kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.
Para oligarki kapitalis ini, menurut Uhaib, tidak memiliki perikemanusiaan karena sangat rakus dan serakah mengakumulasi sumber daya politik, sumber daya ekonomi, dan sumber daya lainnya.
“Mereka bekerja sama dengan negara yang menjadikan negara sebagai rente state modern. Jadi, ada relasi kuasa antara negara dan kekuasaan bisnis,” ucapnya.
Mengutip pendapat John Perkins, ia menyebutkan, segelintir orang yang mengendalikan akumulasi ini disebut sebagai penjahat-penjahat ekonomi yang juga mengendalikan struktur kekuasaan ekonomi.
“Pada era demokratisasi pasca-tumbangnya rezim orde Baru, para oligarki ini tumbuh subur dan semakin merebak sampai ke daerah. Mereka bagaikan amuba di musim hujan,” tambahnya.
Jika oligarki pada zaman orde Baru itu lebih banyak ada pada lingkaran istana kroni kapitalis Soeharto pada level nasional, maka oligarki hari ini, menurutnya, semakin menjadi-jadi.
“Seiring isu demokratisasi otonomi daerah dan desentralisasi ini dimanfaatkan oleh orang-orang daerah khususnya yang memiliki kedekatan dengan penguasa daerah. Mereka merampok dan mengakumulasi sumber daya alam yang ada dan berlindung di balik ketiak para penguasa-penguasa daerah,” geramnya.
Jika bicara tentang kedaulatan rakyat, ia menandaskan, tidak ada kedaulatan rakyat hari ini di Indonesia.
“Yang ada adalah duitokrasi yang sudah memberangus dan mengamputasi kedaulatan rakyat. Duitokrasi ini adalah para pemilik modal dan para cukong yang membiayai kontestasi demokrasi termasuk membiayai calon presiden,” bebernya.
Menurutnya, percuma bicara soal demokrasi, keadilan bicara soal macam-macam jika semua tahu dan bukan rahasia lagi siapa di belakang hampir semua calon presiden terpilih ada cukong dan bandar.
“Allah akan menyaksikan semua pertarungan di Indonesia ini masih ada pilpres atau tidak? Atau kita sampai di sini saja dan Indonesia ini sekadar menampilkan kontestasi demokrasi TikTok alias demokrasi lucu-lucu aja,” pungkasnya.[] Erlina