Mediaumat.id – Berita murtadnya Sukmawati Soekarnoputri menuai kontroversi termasuk dari Peneliti Kajian Tsaqafah Islamiyah, Tafsir dan Balaghah Ajengan Irfan Abu Naveed. “Seburuk-buruknya keburukan itu murtad,” tegasnya dalam Kajian Tafsir Hadits dan Al-Qur’an Inspiratif: Mewaspadai Kemurtadan, Rabu (27/10/2021) di kanal YouTube Cinta Qur’an TV.
Dari alasan murtadnya sosok publik figur tersebut, yang katanya dikarenakan ingin mengikuti jejak neneknya, Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, menurut Irfan semakin menegaskan kebenaran Al-Quran khususnya surah Luqman ayat 21 yang menggambarkan di antara penyebab kekufuran dan kemurtadan adalah taklid buta kepada ajaran-ajaran nenek moyang.
Penting diketahui, ketika seseorang murtad dari Islam, pilihannya hanya dua. Kembali kepada Islam, atau dihukum mati. Menurutnya, hal demikian termasuk konsekuensi yang harus dipilih ketika seseorang dengan prinsip kesadaran memilih Islam sebagai agamanya.
Memang, lanjut Irfan, Islam tidak memaksa non-Muslim memeluk Islam sebagaimana dijelaskan dalam ayat la ikraha fiddin (QS al-Baqarah: 256). Namun harus dipahami secara utuh bahwa Islam memang tidak akan memaksa orang yang sejak lahir sudah beragama selain Islam.
Rawat Keberislaman
Terkait tips untuk terhindar dari keraguan dalam berislam, Irfan menyampaikan agar senantiasa merawat keberislaman dengan rajin belajar tentang bab-bab keimanan serta istiqamah mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
“Cabang keimanan yang paling tinggi apa? Ucapan lailahaillallah. Dan yang paling rendah di antara amalan Islam di antaranya misalnya menyingkirkan duri dari jalanan,” terangnya.
Irfan menambahkan, penting bagi umat Islam untuk menyadari betapa agungnya Islam dengan ajaran-ajarannya yang mengatur segala macam aspek kehidupan manusia. Mulai adab masuk wc sampai dengan adab mengatur negara. “Islam ini bagaikan mutiara yang jelas tidak bisa ditukar dengan apa pun jenisnya,” imbuhnya.
Maka itu, lanjut Irfan, hikmah di dalam salah satu pembahasan ilmu ushul fikih, yakni ketika syariat Islam ditegakkan adalah al-muhafadhatu hizfuddin, atau menjaga agama. “Di antara hikmah tegaknya syariat Islam adalah menjaga agama, menjaga Islam itu sendiri, agar dia tidak menjadi bahan permainan. Karena agama ini bukan masalah mainan,” pungkasnya.[] Zainul Krian