Mediaumat.id – Ahmad Rusydan, Ph.D., peneliti biologi molekuler, menjelaskan bahwa potret seram (seperti) zombie (karena mayoritas penduduknya ketergantungan narkoba) di Kensington, Philadelphia, Amerika Serikat, sejatinya adalah gejala dari sistem kehidupan liberal yang berlaku di negara itu.
“Jadi, akar masalahnya memang dari sistem pemikiran atau sistem kehidupan yang diadopsi di sana. Yaitu apa? Mereka berpikir liberal, yaitu bebas dari aturan Sang Pencipta manusia. Mereka meyakini manusia adalah entitas yang bisa menentukan pilihannya sendiri tanpa campur tangan dari yang lain,” jelasnya dalam diskusi Potret Seram Zombie di AS, Bukti Nyata Bahaya Liberalisme, Kamis (15/6/2023) di kanal YouTube PAKTA Channel (Pusat Analisis Kebijakan Strategis).
Menurutnya, sesama manusia di Amerika punya prinsip untuk tidak melibatkan Tuhan. Yang penting sesama manusianya saja.
Peneliti yang pernah tinggal selama 17 tahun di Amerika ini menyatakan bahwa kalau di Amerika orang kalau mau bikin masjid akan dibuatkan masjid. Ada zonanya. Pun jika mereka mau menggunakan obat terlarang hingga kumpul kebo pun juga tidak akan dilarang. “Karena sekali lagi, itu adalah kesepakatan di antara manusia,” terangnya.
Dia mencontohkan begitu juga dengan penggunaan alkohol (khamar). Tadinya dilarang tapi setelah muncul banyak persaingan dan protes, lantas dibolehkan. “Jadi mereka sangat terpaku pada ekses manusia, pilihan-pilihan manusia di mana kalaupun misalnya ada agama maka agama hanya untuk kebutuhan privat saja, tapi jangan masuk pada ranah pengaturan masyarakat” imbuhnya.
Menurut ahli biologi molekuler ini, terkait penggunaan obat-obatan terlarang, Amerika sudah menempatkan manusia harus menyelesaikan masalahnya sendiri dan tidak melibatkan Tuhan. “Itu sudah menjadi rule buat mereka,” tegasnya.
“Nah, ini harus menjadi warning sign (tanda peringatan) buat kita karena bibit-bibit pemikiran seperti ini (liberal) juga sudah masuk ke Indonesia. Melalui apa? Membonceng konten-konten media sosial. Orang sudah enggak baca koran lagi. Orang sudah enggak nonton TVRI lagi. Di sinilah kita akan diuji,” ujarnya.
Pemahaman
Dalam rangka membendung derasnya pemikiran dan perilaku liberal ini, ia mengingatkan, bekal yang tepat adalah dimulai dari pemahaman mengenai Islam itu sendiri.
“Apakah kita sudah membekali pemahaman yang tepat mengenai Islam itu sendiri? Apakah kita nyaman dengan agama kita? Bagaimana kita bisa membentengi dari godaan-godaan? Kitanya mungkin bisa melawan godaan itu, tapi bagaimana dengan generasi muda kita? Apakah kita punya cukup waktu berinteraksi dengan mereka? Mendengarkan celotehan mereka? Apakah kita paham dengan bahasa mereka?” tanyanya.
Menurutnya, generasi muda di Indonesia membutuhkan orang-orang yang mampu mengomunikasikan Islam dengan tepat ke mereka sehingga mereka mengambil Islam sebagai role model mereka.
“Dan kalau itu mereka ambil dengan sadar, maka mereka akan sadar ini semua (liberalisme-red) adalah sampah peradaban. Bahwa mereka sudah memiliki Islam. Mereka sudah langsung bisa memilah teman. Mereka tidak peduli dibilang tidak modern lah. Mereka tahu Islam lebih penting. Mereka tahu hidup saya ini tergantung dengan-Nya,” tambahnya.
“Kalau ini saya tanggalkan, habislah saya. Kalau mereka paham mengenai itu, insyaAllah apa yang disebut dengan narkoba itu pasti akan hilang,” pungkasnya.[] Hanafi