Ahli Biologi Molekuler Khawatir yang Bukan Kelompok Prioritas Malah Divaksin Duluan
Mediaumat.news – Terkait wacana wajib vaksin covid-19, Ahli Biologi Molekular, Dr Ahmad Rusdan Handoyo PhD mengkhawatirkan orang-orang yang bukan dari kelompok prioritas itu malah didahulukan.
“Justru yang kita khawatirkan dari wacana wajib vaksin ini, ada semacam rencana justru orang-orang yang bukan dari kelompok prioritas itu malah didahulukan. Kenapa itu menjadi masalah? Karena stok vaksin kita terbatas,” ujarnya dalam acara Kabar Malam, Sabtu (27/02/2021) di kanal YouTube News Khilafah Channel.
Menurut Ahmad, terlepas dari wacana wajib atau tidak vaksinasi, memang selayaknya para pekerja yang berada dalam resiko tinggi seperti tenaga kesehatan harus mewajibkan diri mereka untuk divaksin. Karena minimal meringankan beban masyarakat juga.
Jadi, kata Ahmad, semua pihak dan semua lapisan masyarakat harus memahami untuk selalu mendahulukan kelompok prioritas yaitu, tenaga kesehatan, pelayan publik dan lansia.
Ahmad memandang, bahwa memahami pandemi secara keseluruhan itu, ada banyak rantai untuk menghadang agar virus tidak masuk tubuh manusia. Dan posisi vaksin ada di bagian paling belakang, sedang di bagian depan adalah protokol kesehatan 5M.
Jadi kegunaan vaksin, kata Ahmad, adalah memberikan lapis kekebalan terhadap gejala infeksi virus daripada tidak divaksin sama sekali.
“Jadi kita masih memantau apakah vaksin bisa mencegah penularan? Tapi data yang ada di kita itu minimal bisa mencegah kemungkinan gejala berat pasca infeksi,” ucapnya.
Varian Baru
Terkait munculnya varian baru virus corona, Ahmad menilai, justru yang perlu diawasi adalah varian virus yang dari Afrika Selatan, bukan yang dari Inggris seperti informasi dari BIN. Sebab varian baru dari Afrika Selatan tersebut unik.
Menurutnya, pasien covid yang sudah sembuh tapi antibodinya tidak banyak maka bisa terinfeksi lagi oleh varian virus baru dari Afrika Selatan ini.
Namun Ahmad mengakui, dirinya belum mengetahui varian baru dari Afrika Selatan tersebut sudah masuk Indonesia atau belum.[] Agung Sumartono