Mediaumat.info – Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menilai perlunya tamu memahami tuan rumah agar kehadirannya membawa kebaikan bukan sebaliknya.
“Tamu harus benar-benar memahami tuan rumah, agar kehadirannya memberikan kebaikan bukan sebaliknya, menimbulkan kecemasan atau keresahan,” tuturnya kepada media-umat.info, Selasa (10/9/2024).
Hal itu, menurutnya, bagian dari adab dan etika bertamu dalam Islam untuk menjaga keharmonisan dan kehormatan antara tuan rumah dan tamu.
Meminta Izin
Ahmad juga menjelaskan adab dan etika bertamu lainnya, salah satunya adalah meminta izin kepada tuan rumah sebelum masuk ke rumah tuan rumah. “Dianjurkan untuk mengetuk sebanyak tiga kali dengan jeda yang cukup, dan jika tidak ada jawaban, lebih baik pulang,” ujarnya.
Hal ini, lanjutnya, didasarkan pada firman Allah dalam Al-Qur’an surah an-Nur (24:27): “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.”
“Sebab bisa jadi, tuan rumah memang sedang ada kegiatan yang tidak memungkinkan kehadiran tamu, bisa jadi juga karena sedang tidak berada di rumah, sehingga pintu tidak dibuka,” jelasnya.
Ucap Salam
Ia melanjutkan bahwa ketika memasuki rumah orang lain, tamu hendaknya mengucapkan salam (Assalamu’alaikum) sebagai tanda doa untuk keselamatan tuan rumah dan keluarganya. Salam juga merupakan bentuk penghormatan dan kebaikan.
Menjaga Pandangan
“Ketika berada di rumah orang lain, tamu hendaknya menjaga pandangannya dan tidak memerhatikan atau mengomentari hal-hal yang bersifat pribadi,” tukasnya.
Tidak Cawe-Cawe
Ia mengingatkan agar tamu juga harus menahan diri dari bertanya hal-hal yang tidak perlu, apalagi kalau sampai menganjurkan sesuatu kepada tuan rumah tentang hal-hal yang memang sudah menjadi prinsip tuan rumah. Jika hal ini dilakukan, maka selain tak beretika, tindakan itu juga akan membuat resah tuan rumah. “Dalam bahasa sekarang: cawe-cawe,” bebernya.
Waktu yang Tepat
Sebaiknya, menurut Ahmad Sastra, bertamulah pada waktu yang tepat dan tidak mengganggu aktivitas atau istirahat tuan rumah. Misalnya, menghindari bertamu pada waktu sangat pagi, larut malam, atau saat waktu makan kecuali diundang secara khusus.
Apalagi jika tuan rumah sedang melaksanakan ibadah agamanya, maka tamu sebaiknya tidak menggangu. Misalnya sedang berkumandang azan, sebaiknya tamu membatalkan, karena tuan rumah hendak melaksanakan shalat.
“Jangan malah tamunya meminta tuan rumah untuk menghentikan azan, tamu kurang ajar namanya,” terangnya.
Tidak Berlama-lama
“Tamu hendaknya tidak berlama-lama kecuali jika diizinkan oleh tuan rumah. Bertamu yang terlalu lama dapat mengganggu kenyamanan tuan rumah. Sebagai tamu, harus menerima apa pun yang disuguhkan oleh tuan rumah dengan rasa syukur, tidak menuntut lebih atau mengkritik, apalagi sampai cawe-cawe urusan tuan rumah,” tambahnya.
Mendoakan
Ia menganjurkan agar sebelum pulang, tamu mendoakan tuan rumah sebagai bentuk terima kasih dan penghargaan.
“Doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah Allahumma barik lahum fima razaqtahum waghfir lahum warhamhum (Ya Allah, berkahilah mereka atas apa yang telah Engkau rezekikan kepada mereka, ampunilah mereka, dan rahmatilah mereka),” ungkapnya.
Menurutnya etika-etika ini mengajarkan pentingnya menghormati privasi, waktu, dan kondisi tuan rumah, serta menciptakan suasana yang penuh dengan rahmat dan keberkahan dalam setiap pertemuan. [] Ajira
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat