Agama Baru yang Disponsori oleh UEA, Saudi, dan Mesir

 Agama Baru yang Disponsori oleh UEA, Saudi, dan Mesir

3- Peran Mesir dalam Mendistorsi Agama

Oleh: Hamid Abdu al-‘Aziz

Pada bulan Januari 2015 M as-Sisi menyerukan pembaharuan wacana keagamaan. Dia menyeru para ulama dengan mengatakan: “demi Allah sungguh saya membantah Anda di Hari Kiamat. Saya telah membebaskan tanggungjawab saya di hadapan Allah. Karena tidak mungkin ada agama yang berbenturan dengan dunia seluruhnya”. Para pejabat pun bergegas menyusun kurikulum di al-Azhar untuk memenuhi seruan tersebut. Maka perwakilan al-Azhar asy-Syarif, Abbas Syawman mengumumkan bahwa para syaikkh telah merasakan bahayanya tahapan yang dilalui ummat dengan munculnya ide-ide dan visi yang bertentangan dengan kurikulum al-Azhar yang moderat. Maka para syaikh berinisiatif untuk mereformasi sistem pendidikan al-Azhar. Sehingga apa yang mungkin dipahami bukan pada maknanya dihapus. Syawman menambahkan bahwa al-Azhar akan mengubah kurikulum setiap tiga tahun untuk mengikuti perkembangan zaman dan menghadapi pemikiran ekstremis, menurut yang dia gambarkan. Syawman menegaskan penghapusan hadits-hadits yang mungkin dipahami secara keliru, seperti:

«أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ»

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah”.

Ia mengisyaratkan bahwa hadits ini mungkin disalahtafsirkan oleh sebagian orang. Jadi semua yang mungkin dipahami bukan pada maknanya dihapus. Masalah al-ifsâd fî al-ardhi -membuat kerusakan di muka bumi- diganti dengan al-irhâb (terorisme), dan al-bughyu diganti dengan hukum keluar melawan penguasa.

Komite al-Azhar, yang dipercaya untuk meninjau kurikulum pendidikan agama, menghapus beberapa kalimat dari kurikulum pendidikan, seperti kalimat ini: “Apa yang dilakukan oleh Israel sekarang dianggap sebagai jenis terorisme dan ekstremisme yang paling mengerikan. Disebut apa mengusir seluruh bangsa dari negerinya, rumah-rumahnya dihancurkan dan mereka disakiti menggunakan kekuatan?”. Hal itu dengan dalih bahwa kalimat itu “Tidak sesuai untuk usia siswa al-i’dâdiy karena mengandung kekejaman yang tidak memperhitungkan perasaan anak-anak”.

Belum lagi khutbah yang diseragamkan, kriminalisasi do’a terhadap orang-orang zalim, adu talak verbal, seruan pembatasan masjid khusus untuk sholat Jum’at, serta pengkhususan masjid dan imam untuk tarawih, pembatasan hanya seribu masjid untuk i’tikaf, dan mengucilkan mereka yang melanggar.

Seruan Eksplisit untuk Mensekulerkan Agama:

Al-Azhar sekarang berusaha untuk mengubah pemikiran-pemikiran Islam dan menyerang gerakan Islam yang menyerukan pendirian al-Khilafah dan mencapai kekuasaan. Hal itu untuk digantikan dengan metodologis al-Azhar yang menitikberatkan pada pengembangan ilmu agama dan keislaman jauh dari politik. Tidak diragukan lagi, hal ini merupakan seruan untuk sekularisasi agama mengikuti sekularisme negara.

Dan kita tidak lupa dengan Syaikh Ali Jum’ah, yang menyerukan kepada tentara untuk membunuh orang-orang yang bertahan atau para demonstran, dengan mengatakan: “Jangan takut dengan klaim agama, karena agama ada bersamamu, Tuhan bersamamu, dan Rasul-Nya bersamamu, orang-orang beriman bersamamu, dan bangsa setelah itu mendukungmu”. Dan dia menghalalkan bunga dan deposito bank, dengan klaim bahwa ‘illat riba adalah pada emas dan perak sedangkan sekarang kita bertransaksi dengan uang kertas. Kita juga tidak lupa dengan kata-kata Sa’aduddin al-Hilali tamu permanen dalam kanal TV rezim di dalam kemunafikan yang terkenal: “Allah juga mengutus dua orang, sebagaimana Allah dahulu telah mengirim dua orang, Musa dan Harun, Allah mengutus dua orang dan mengirim dua orang. Tidak ada ruang untuk seorang pun warga Mesir membayangkan bahwa utusan-utusan Allah itu, dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu kecuali Dia, tidak lain dia adalah … … as-Sisi dan Muhammad Ibrahim”.

Mempromosikan bahwa al-Khilafah Merupakan Ide Historis yang Ketinggalan Zaman:

Dalam dokumen yang diterbitkan oleh al-Mishriy al-Yawm -Egyptian Today- disebutkan dinisbatkan kepada al-Azhar keluar dari Kongres Dunia (at-Tajdîd fî al-Fikri al-Islâmî -Pembaharuan Dalam Pemikiran Islami) yang diadakan pada 2-3 Jumada Tsaniyah 1441 H bertepatan dengan27-28 Januari 2020 M, para ulama al-Azhar memutuskan untuk melawan: “diangkatnya slogan-slogan al-Khilafah yang dusta untuk menebar fitnah dan mengoyak tanah air dan melekatkan atribut Islam dengannya yang melanggar semua nilai dalam persaudaraan, kesetaraan, dan syura demokrasi”. Setelahnya mereka menegaskan dalam dokumen yang sama bahwa dokumen ini harus dipatuhi dalam “mendefinisikan prinsip-prinsip sifat negara dan pilar-pilarnya di dalam pemerintahan sipil konstitusional berdasarkan asas-asas demokrasi yang merealisasi esensi keadilan, kebebasan dan persamaan jauh dari gagasan al-Khilafah historis”.

Konsep al-hâkimiyyah telah mendapat bagian paling banyak dari pernyataan tersebut. Melalui itu mereka ingin sepenuhnya mengosongkan isinya dengan menyerang jamaah-jamaah Islamiyah dan menggambarkan mereka sebagai ekstremis karena mengatakan bahwa tidak ada hukum kecuali hukum Allah dengan makna bahwa Allah SWT saja yang berhak membuat hukum (at-tasyrî’), artinya konstitusi dan undang-undang negara harus diistinbath dari al-Qur’an al-Karim dan Sunnah Nabi saw. Hal itu dilakukan oleh para ulama mujtahid yang memenuhi syarat-syarat ijtihad. Pernyataan final itu berusaha untuk menipu orang ketika memutuskan bahwa al-hâkimiyyah berarti “tidak menyandarkan hukum kepada manusia”. Seolah-olah negara Islam merupakan negara ketuhanan (teokrasi) atau diperintah oleh para malaikat! Negara Islam merupakan negara manusia yang dijalankan oleh manusia, tetapi para penguasa itu tidak lain mereka memutuskan hukum atau memerintah dengan apa yang telah Allah turunkan. Jadi ada sesuatu yang telah diturunkan Allah dan ada orang yang memutuskan hukum atau memerintah dengannya. Dan kami bertanya kepada syaikh al-Azhar karena Anda telah memutuskan dalam pernyataan Anda bahwa “hukum manusia yang terikat dengan kaedah-kaedah Syariah tidak bertentangan dengan hâkimiyyah Allah bahkan itu merupakan bagian darinya” maka tidakkah Anda memberi tahu kami dan di mana sistem tersebut, yang Anda termasuk pilar dan tiangnya, di mana rezim itu posisinya dari hukum yang terikat dengan kaedah-kaedah syara’? Dan di mana hâkimiyyah Allah dengan pemahaman ini?

Hal ini juga dinyatakan dalam pernyataan tersebut, “al-Khilafah merupakan sistem pemerintahan disukai oleh para sahabat Rasulullah yang sesuai zaman mereka, dan di atasnya perkara agama dan dunia pun menjadi baik. Dan tidak ada nas-nas di dalam al_Kitab dan as-Sunnah yang mengharuskan terikat dengan suatu sistem pemerintahan tertentu. Tapi semua sistem pemerintahan kontemporer diterima oleh syariah selama memberikan keadilan, persamaan dan kebebasan, perlindungan tanah air, dan hak-hak warga negara terlepas dari keyakinan dan agama mereka yang berbeda, dan selama tidak bertentangan dengan salah satu konstanta agama”. Ini adalah salah satu tipu daya terbesar terhadap orang-orang di dalam agama Allah.

Peran Media Mesir:

Tidak diragukan lagi bahwa rezim Emirat dan Saudi di bidang ini satu keluarga dengan rezim Mesir yang memiliki pengalaman panjang dalam membuat film dan serial yang mempromosikan rezim dan bertujuan untuk menyebarkan keburukan dan kemaksiatan di masyarakat, atau yang bekerja untuk mendistorsi gerakan-gerakan Islam, dan bahkan mendistorsi orang-orang biasa yang beragama, seperti dua film: al-Irhâbî dan al-Irhâb wa al-Kabab oleh aktor Adel Imam, dan serial tahun ini al-Ikhtiyâr (The Choice) yang diproduksi oleh badan-badan resmi Mesir, yang dengan sengaja menyerang Ibnu Taimiyyah dan menganggapnya sebagai teroris yang telah mengeluarkan fatwa untuk membunuh warga sipil.

Hal ini berbeda dengan serangan oleh surat kabar rezim dan program televisi terhadap Imam al-Bukhari dan Shalahuddin al-Ayyubi yang mana penulis Yusuf Zaidan mensifati Shalahuddin al-Ayyubi di sebuah wawancara televisi bahwa Shalahuddin al-Ayyubi adalah “pribadi paling hina secara historis”. Dan sebelumnya ia berkata, bahwa “masjid al-Aqsha yang dimaksudkan adalah di dekat Mekah, bukan di al-Quds (Yerusallem). Seperti juga penyiar Islam Buhairiy selama berbulan-bulan di dalam program TV-nya menyerang imam al-Bukhari sampai pengadilan menghukumnya dengan hukuman penjara, kemudian dia keluar dengan pengampunan presiden. As-Sisi tidak dapat menahan pria itu tetap di dalam penjara sementara orang itu menjalankan kebijakan sistematis yang dilakukan oleh negara Mesir berdasarkan rekomendasi dari laporan Rand Corporation Amerika yang dikeluarkan sepuluh tahun lalu berjudul: “Membangun Jaringan Muslim Moderat (Building Moslem Moderat Networks) yang menyerukan apa yang disebutnya “menundukkan Islam itu sendiri dan bukan menundukkan islamis” agar sejalan dengan yang realitas kontemporer. Laporan tersebut menyerukan untuk masuk ke dalam infrastruktur Islam mulai dari menikam ketentuan-ketentuan baku keagamaan, dan berakhir dengan serangan terhadap para tokoh dan simbol Islam. Hal inilah dilakukan oleh rezim Mesir yang melepaskan anjingnya agar menggonggong pagi dan sore di berbagai media baik audio maupun audiovisual untuk menyerang Islam, simbol-simbol Islam dan gerakan-gerakan Islam.

Apa Tujuan di Balik Pembaharuan Wacana Keagamaan yang Diklaim?

Saya tidak melihat dalam penyerangan ini kecuali hanya cara untuk menyerang hukum-hukum syariah di dalam jiwa orang-orang, agar setelah itu umat Islam tidak lagi punya identitas atau hâkim, kecuali beberapa perintah dan larangan yang disetujui oleh negara -sesuai kepentingannya- dan jadi obyek untuk perubahan sesuai dengan lingkungan, keadaan, dan keinginan penguasa. Dan pengabaian ini berlanjut hingga mencapai pokok-pokok (ushûl) Islam dan ketentuan-ketentuan baku (tsawâbit)-nya. Sehingga hijab menjadi keutamaan yang mana orang yang meninggalkannya tidak diingkari dan bukan sebagai hukum syar’iy yang telah ditetapkan dengan nas. Shalat menjadi urusan pribadi. Al-Qur’an mendorong terorisme, sehingga buku-buku tafsir tua harus dihapus dan dibuat tafsir kontemporer untuk al-Qur’an al-Karim. Bahkan beberapa buku Islami telah dibakar di sebuah demonstrasi media rendah. Begitulah, sampai mereka menghancurkan nilai-nilai agama secara total di dalam jiwa kaum Muslim. Dalam hal ini, Syaikh Fahd al-‘Ajlan berkata: “Jika perintah-perintah syar’i tidak mengikat dan larangan-larangan tidak dilarang, maka berjalan di jalan ini akan membawa Anda ke pintu gerbang sekulerisme, dan meskipun Anda mengutuk dan meludahinya. Sekularisme artinya memisahkan agama dari negara dengan makna mengisolasi hukum-hukum syara’ dari menjadi berpengaruh di dalam sistem secara umum yang mengikat bagi orang-orang. Dan ketika hukum-hukum syara’ menjadi urusan pribadi yang pelakunya dipuji dan yang meninggalkan tidak ditindak, dan tidak punya hubungan dengan sistem atau kekuasaan maka kita dengan ini berada di tengah-tengah halaman sekulerisme”.

 

Peranan Barat Yang Bersembunyi di Belakang:

1-         Mendukung Sufisme:

Mendukung tasawuf -terutama model al-Hallaj, Ibnu ‘Arabi dan seperti mereka- merupakan inti dari rekomendasi pusat kajian Barat, khususnya pusat-pusat kajian Amerika. Dari konferensi “Memahami Sufisme dan Peran yang akan Dimainkannya dalam Merumuskan Kebijakan Amerika” yang disiapkan oleh Nixon Center, hingga laporan “Membangun Jaringan Muslim Moderat –Building Moderat Moslem’s Networks– oleh Rand Corporation, yang terpancar dari Kementerian Pertahanan Amerika melewati studi Civic Democratic Islam -Islam Sipil Demokratis- dari institusi yang sama, terdapat arahan yang jelas yang ditunjukkan oleh studi-studi ini. Dan dalam beberapa keadaan studi-studi itu menunjukkan kepada langkah-langkah praktis yang melayani pandangan yang bertujuan untuk membangun lapangan bersama yang kooperatif dengan gerakan Sufisme.

Bernard Lewis dan Daniel Pipes, yang dekat dengan Gedung Putih, menyerukan dibuat aliansi dengan tarekat-tarekat Sufi untuk mengisi arena agama dan politik, menurut patokan-patokan pemisahan agama dari kehidupan. Pemerintah Amerika telah menjalankan rekomendasi ini sejak rekomendasi itu dterbitkan hingga sekarang. Pemerintah Amerika banyak melakukan kegiatan untuk membangun jembatan kedekatan hubungan dengan sufisme. Yang paling banyak mengikuti dalam hal itu adalah UEA yang telah membuka kedua tangannya untuk gerakan tasawuf dan para pendirinya, hingga Abu Dhabi menjadi penampung paling penting gerakan tasawuf pada dekade terakhir.

Sejumlah aliran Islam berbeda dan pandangannya beragam tentang sejumlah isu, seperti metode perubahan, partisipasi politik dengan rezim dan bentuk sistem pemerintahan. Namun, mereka sepakat dalam perhatian tentang perkara umum, terjun ke kancah politik dan tidak mengisolasi diri dari realita. Tasawuf datang justru sebaliknya dengan itu. Tasawuf pada galibnya mengadopsi pendekatan penarikan diri yang berfokus pada ibadah individual dan penyucian akhlak serta menyerahkan arena politik kepada para penguasa. Dan ini sepenuhnya sejalan dengan kepentingan negara-negara, terutama Amerika, yang memandang dengan pandangan ridha kepada gerakan ini.

Amerika sedang bekerja untuk menyebarkan pemikiran Sufisme karena itu adalah pemikiran yang menentang agresor dan ideologi-ideologinya. Serahkan makhluk ciptaan kepada Sang Pencipta. Dan jika Rabbmu menghendaki tidak akan terjadi begitu. Mereka menyatakan bahwa mereka menunggu al-Mahdi. Dan inilah yang diinginkan Amerika. Ada upaya tak kenal lelah oleh Bin Zayid dan orang-orang di belakangnya untuk menyebarkan dan mengokohkan prinsip (persatuan agama). Hal itu telah diserukan oleh Ibnu ‘Arabi dan al-Hallaj. Dari sini mereka bekerja memoles dan menunjukkan pribadi-pribadi ini untuk diteladani.

Tujuan sebenarnya dari kedekatan atau perkawinan antara arus Sufi dan rezim Emirat, serta rezim Mesir, adalah untuk menghasilkan Islam yang kosong dari konten dan isinya, Islam yang terisolasi dari medan kehidupan dan tidak membahas pengaturan urusan manusia dan mengatasi masalah mereka di dunia.

2- Islamophobia :

Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Center for American Progress tahun 2011 M, yang dimaksud dengan Islamophobia mengacu pada ketakutan, kebencian, atau permusuhan yang berlebihan terhadap Islam dan kaum Muslim, berdasarkan stereotip negatif dan mengarah pada prasangka buruk terhadap kaum Muslim, diskriminasi terhadap mereka, marginalisasi dan pengucilan mereka. Dan islamophobia itu dalam pengertian ini, menurut peneliti urusan Amerika Ala’ Bayoumi, bukanlah prasangka biasa terhadap Islam dan kaum Muslim dikarenakan kurangnya pengetahuan atau ketidaktahuan, tetapi lebih dari itu … sampai pada menghasut melawan kaum Muslim dan Islam.

Penulis dan pemikir Maroko Hassan Awrid menganggap bahwa “rasa permusuhan yang tersembunyi terhadap Islam telah ada di Barat sejak periode ekspansi imperialisme Eropa ke sejumlah negeri Islam”.  Dia menjelaskan bahwa “perasaan ini didasarkan pada pandangan bahwa budaya Islam adalah budaya yang fatalistik dan berbasis takhayul”.

Pasca serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat, banyak pemikir Barat yang mempromosikan gagasan “ancaman Islam”. Tak lama kemudian, istilah itu masuk dalam kamus Prancis, dan didefinisikan sebagai “bentuk khusus kebencian yang ditujukan kepada kaum Muslim, yang diwujudkan dalam tindakan dan perasaan bermusuhan terhadap imigran terlantar keturunan Maroko”.

Dalam konteks ini, pemikir Maroko Hassan Awrid percaya bahwa “tidak mungkin untuk membicarakan Islamophobia sebelum peristiwa 11 September, karena langsung setelah itu diterbitkan tulisan-tulisan yang menyerang Islam secara langsung, dan menganggap bahwa Islam adalah musuh, baik di Eropa maupun di Amerika Serikat”. Di antara tulisan-tulisan ini as-Si’âr wa al-Fakhâr oleh jurnalis Italia Oriana Valashi, yang memperingatkan orang-orang Barat tentang Islam dan mengajak mereka mengoreksi urusan mereka sebelum Islam menyebar ke seluruh Eropa dan menjajahnya melalui perkawinan silang dan imigrasi.

Fenomena ini berdampak negatif terhadap umat Islam di Eropa. Pada tanggal 7 Mei 2002 sebuah insiden mengerikan terjadi di Brussel, Belgia, ketika seorang pendukung kelompok ekstrim kanan Belgia masuk ke apartemen sebuah keluarga Maroko di Brussel dan membunuh pemiliknya sebelum membakarnya dan melarikan diri. Begitulah, phobia mulai muncul dari para pendukung ekstrim kanan: pemusnahan semua yang dia Muslim. Dan baru-baru ini, insiden masjid di Selandia Baru mengingatkan kita pada topik Islamophobia, sekaligus mematahkan stereotip yang mengaitkan terorisme dengan Islam, mengingat pelakunya yang melakukan serangan teroris yang membunuh puluhan orang tak berdosa itu adalah seorang Kristen.

Para peneliti dan spesialis dalam isu Islamophobia percaya bahwa yang terakhir ini adalah tren umum yang ada di masyarakat Barat. Tapi itu juga hasil rekayasa. Sebab ada upaya tanpa henti yang membuat tren ini dan mendorongnya untuk tujuan-tujuan politik. Mungkin salah satu tujuan politik yang paling penting adalah mendorong umat Islam untuk meninggalkan manifestasi keberagamaan mereka dan mengintegrasikan diri sepenuhnya ke dalam masyarakat Barat, yaitu, di bawah slogan “berintegrasilah atau pergilah”. Tidak hanya itu, tetapi kita dapat mengatakan bahwa seruan untuk pembaharuan, kemajuan dan modernitas, semuanya ada dalam tren itu yang akan mengarah pada domestikasi Islam sampai Barat menerimanya dan rela dengannya.

 

Kesimpulan :

Setelah meninjau apa yang dilakukan Segitiga Jahat “UEA-Arab Saudi-Mesir” berupaya upaya untuk mendistorsi agama Allah, dan melayani musuh umat yang mengintai umat pagi dan sore, maka harus diingatkan tentang dua hal penting:

Yang pertama: Apa yang mereka lakukan bukanlah upaya pertama musuh umat juga bukan yang terakhir. Pergolakan antara kekufuran dan iman merupakan pergolakan abadi dan tidak akan pernah berhenti. Banyak ayat yang menegaskan kebenaran ini. Yang tidak cukup ruang untuk disebutkan semuanya di sini, tetapi kami sebutkan sebagian dari ayat-ayat yang menetapkan kebenaran ini. Firman Allah SWT:

﴿ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ

“Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan” (TQS ar-Ra’du [13]: 17).

 

Dan firman Allah SWT:

﴿ وَيُجَادِلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَمَا أُنذِرُوا هُزُوًا﴾

“Tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyap kan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan” (TQS al-Kahfi [18]: 56).

 

Dan firman Allah SWT:

﴿ذَٰلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ وَأَنَّ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ مِن رَّبِّهِمْ كَذَٰلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ لِلنَّاسِ أَمْثَالَهُمْ﴾

“Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka” (TQS Muhammad [47]: 3).

 

Ayat-ayat ini dan lainnya tidak sedikit menjelaskan hakikat jalannya sejarah, dan bahwa itu merupakan pergolakan antara kebenaran dan kebatilan, dan pergulatan antara kebaikan dan keburukan. Dan jangan Anda lupa dalam posisi ini dalâlah dinamakannya al-Qur’an dengan al-Furqân karena di dalamnya ada pembeda antara kebenaran dan kebatilan, petunjuk dan kesesatan, dan karena itu di dalamnya ada pembeda antar manhaj surga dan manhaj bumi, dan antara penetapan hukum manusia dan penetaan hukum oleh Rabbnya manusia.

Kedua: bagaimana pun kekuatan kebatilan, kekuasaannya dan makar dan konspirasi, mereka, maka kesudahan dan kemenangan itu untuk hamba-hamba Allah yang bertakwa. Kebatilan itu, meski mencapai kemenangan di sana-sini, itu adalah kemenangan sesaat dan ilusi, bukan kemenangan yang nyata dan realistis. Al-Qur’an memberitahu kita tentang hakikat ini dalam banyak ayat, menjelaskan bahwa kemenangan selalu di pihak yang membela kebenaran, dan bahwa kekalahan pada akhirnya ada di pihak yang membela kebatilan. Kita temukan makna ini di dalam firman Allah SWT:

﴿فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾

“Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan” (TQS al-A’raf [7]: 118).

 

Dan firman Allah ‘azza wa jalla:

﴿لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ﴾

“Agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya” (TQS al-Anfal [8]: 8).

 

Dan firman Allah SWT:

﴿وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا﴾

“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap” (TQS al-Isra’ [17]: 81).

 

Dan firman Allah SWT:

﴿بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ﴾

“Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya)” (TQS al-Anbiya’ [21]: 18).

 

Dan firman Allah SWT:

﴿قُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ﴾

“Katakanlah: “Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi” (TQS Saba’ [34]: 49).

 

Dan firman Allah SWT:

﴿وَيَمْحُ اللَّهُ الْبَاطِلَ وَيُحِقُّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ﴾

“dan Allah menghapuskan yang batil dan membenarkan yang hak dengan kalimat-kalimat-Nya (al-Quran). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati” (TQS asy-Syura [42]: 24).

 

Al-Qur’an juga menunjukkan sunnah lain yang terkait erat dengan sunnah pergolakan antara kebenaran dan kebatilan, yaitu “sunnah at-tadâfuq”. Sunnah itu menetapkan bahwa Allah SWT tidak memungkinkan kebatilan di dalam kehidupan ini untuk memperbudak orang, juga tidak memberi kemungkinan kepada kebatilan untuk memperalat hamba-hamba Allah untuk melayaninya dan mencapai tujuan-tujuannya. Melainkan Allah menegakkan orang di antara pengikut kebenaran yang menghadapi kebatilan, melawannya di semua medan peperangannya. Sunnah ini yang diungkapan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

﴿وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ﴾

“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam” (TQS al-Baqarah [2]: 251).

 

Yaitu seandainya Allah SWT menolak tipudaya dan konspirasi orang-orang kafir serta kezaliman dan aniaya mereka dengan jihad, perjuangan dan penjagaan oleh kelompok di antara orang-orang mukmin niscaya bumi seluruhnya telah menjadi hutan yang sunyi, tempat serigala melolong di sisi-sisinya.

Sesungguhnya kebatilan dan para pengikutnya berada dalam kesombongan, kekalahan, perpecahan dan perselisihan. Para pemimpin dan orang-orang besar dari mereka mendorong para pengikut dan komplotan hina yang setia untuk melanjutkan permusuhan dan perang mereka melawan kebenaran dan para pengikutnya, dan untuk bersabar di atas tuhan-tuhan dan pemimpin mereka, mengklaim bahwa seruan kebenaran di belakangnya ada sesuatu diinginkan, dan yang tujuan yang direncanakan untuk diraih. Dan inilah yang dijalani oleh umat-umat terdahu sebelum mereka seperti kaum nabi Nuh, kaum ‘Ad, Tsamud, Fir’aun dan Dzi al-Awtâd dan seperti semua partai-partai yang berbuat melampau batas di negeri. Sebab itu merupakan sunnah yang pasti terjadi dan tidak luput, sunnah banturan antara kebenaran dan kebatilan, pergolakan terus menerus antara pengikut kebenaran dan pengikut kebatilan.

Sepanjang sejarahnya yang panjang, Allah SWT telah membatasi umat ini orang yang membela umat menolak konspirasi para konspirator, absurditas orang-orang bodoh, pendistorsian orang-orang yang menyimpang dan bid’ah para pembuat bid’ah. Allah membatasi setiap seratus tahun, orang yang memperbaharui agama umat dan mengembalikannya sebagaimana sebelumnya yang lurus. Selama tidak akan pernah berhasil anak-anak Zayid, Bin Salman dan as-Sisi dalam skema mereka ini sebagaimana para pendahulu mereka juga tidak berhasil. Tipudaya mereka hancur. Allah SWT berfirman:

﴿إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَن سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ﴾

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan” (TQS al-Anfal [8]: 36).

 

Sumber: Majalah al-Wa’ie (arab) no. 141 Tahun ke-35 Rabi’u ats-Tsaniy 1442 H – November 2020 M.

http://www.al-waie.org/archives/article/17480

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *