Ada Tantangan Besar Menegakkan Islam di Suriah Pasca-Assad Tumbang

Mediaumat.info – Pakar Hubungan Internasional dari Geopolitical Institute Hasbi Aswar, Ph.D. mengungkapkan akan ada tantangan besar untuk menegakkan pemerintahan islami di Suriah pasca rezim Bashar Assad ditumbangkan.

“Saya kira akan ada tantangan besar andaikan HTS (Hayat Tahrir al-Syam) punya misi mendirikan atau merealisasikan kepentingannya mendirikan pemerintahan islami di Suriah pasca-Bashar tumbang,” ujarnya dalam Kabar Petang: Fakta Jatuhnya Damaskus, Terkuak yang Disembunyikan! di kanal YouTube Khilafah News, Senin (16/12/2024).

Ia mengingatkan, ada koalisi sekitar 8.000 pasukan dari Syrian National Army (SNA) yang didukung Turki dan di dalamnya juga ada bermacam-macam kelompok seperti kelompok Islam, kelompok Jihad Islam, kelompok nasionalis sekuler, dan lain-lain.

“Koalisi yang banyak ini yang akhirnya menjadi tantangan besar utamanya untuk HTS jika ingin merealisasikan kepentingannya, misalnya menegakkan Islam di Suriah,” ulasnya.

Menurutnya, bisa jadi ke depannya demi tujuan kesatuan nasional atau konsolidasi nasional, persoalan ideologis ini, yaitu menegakkan Islam akan terpinggirkan. Ia mengambil contoh saat Agresi Militer Belanda II di Indonesia ada perdebatan di konstituante tentang model pemerintahan seperti apa yang akan didirikan, mau negara Islam atau negara nasionalis.

“Kelompok-kelompok Islam saat itu dilobi bahwa saatnya kita untuk fokus kepada penyelamatan negara. Masalah ideologi dipinggirkan dulu agar fokus menghadapi serangan asing. Kemungkinan ini bisa juga terjadi di Suriah karena adanya peta besar dari berbagai faksi-faksi yang berbeda ideologis,” urainya.

Selain akan meminggirkan persoalan ideologis, banyaknya faksi yang mencapai 40 kelompok yang memiliki kepentingan berbeda-beda, menurut Hasbi, akan memunculkan gesekan dan konflik dalam beberapa hal.

“Agak berat, ya. Tapi jika pun ternyata pemerintahan Islam terbentuk di Suriah dengan gestur yang ditunjukkan oleh HTS, kelihatannya pemerintahan Islam yang terbentuk itu kurang lebih akan bersikap lebih ke kepentingan domestik. Makanya saya sebut dengan nasionalis Islam, mereka ingin menegakkan Islam tapi untuk kepentingan domestiknya Suriah saja,” bebernya.

Hasbi juga mengungkapkan, HTS sejak awal tidak membuka ruang konfrontasi baik dengan Rusia maupun Amerika Serikat. Bahkan dalam laporan tahun 2021, disebutkan HTS meminta ruang bernegoisasi dengan Amerika untuk mendapatkan dukungannya.

“Kalau misalnya umat Islam di Suriah menang, pendirian mereka tetap inklusif terhadap kepentingan Barat. Saya yakin tidak akan berdampak positif terhadap Muslim baik di Suriah, Palestina, dan wilayah-wilayah Timur Tengah lainnya,” pungkasnya.[] Erlina

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: