Presiden Kok Kaget, Gimana Ini Mak?
Oleh: Mahfud Abdullah (Indonesia Change)
Di Media sosial saya mendapat berbagai link berita tentang kekagetan Jokowi terhadap berbagai masalah. Termasuk kekagetan Presiden Joko Widodo terhadap gaji guru swasta sekitar Rp300 ribu sampai Rp500 ribu per bulan. Yang terbaru Jokowi mengaku kaget dengan harga tiket maskapai penerbangan nasional mengalami kenaikan signifikan. Mengapa kok tidak kaget ketika BBM naik, Kaum muslim Uighur ditindas, Separatisme di wilayah Papua makin meningkat?
Ketika seorang Presiden heran, saya tak heran. Kenyataannya di bawah rezim sekuler dari hari ke hari, umat Islam di Indonesia makin kecewa. Menurut saya sikap abai penguasa kapitalis amat berbeda dengan sikap dan tindakan para pemimpin Islam/para Khalifah dulu. Sikap di atas berbeda dengan sikap Khalifah Abu Bakar ash-Shidiq yang menindak tegas dan memerangi Musailamah yang mengklaim sebagai nabi dan para pengikutnya.
Khalifah Abu Bakar ra. menindak tegas semua pihak yang mempermainkan dan menodai akidah Islam dengan keluar dari Islam alias murtad dan menolak kewajiban membayar zakat. Bahkan Ibn al-Jauzi dalam Al-Muntazham dan Ibn Asakir melaporkan, bahwa Khalifah Abu Bakar memerintahkan Panglima Khalid ibn Walid agar tidak memasukkan satu orang pun yang dulunya murtad ke dalam pasukan Islam untuk menjalankan misi jihad. Kebijakan itu dilanjutkan oleh Khalifah Umar bin Khaththab ra. seperti yang dilaporkan oleh ath-Thabari dalam Târîkh-nya.
Hal itu bertolak belakang dengan Khalifah Umar bin al-Khaththab. Ketika masa paceklik dan kekurangan pangan melanda Madinah, Khalifah Umar tidak mau mengecap makanan enak dan hanya makan roti murahan yang diolesi minyak. Beliau berprinsip, jika rakyat bisa makan enak, biarlah dirinya menjadi orang terakhir yang bisa makan enak. Sebaliknya, jika rakyat kelaparan, biarlah dirinya menjadi orang terakhir yang terbebas dari kelaparan.
Ketika menjumpai sebagian rakyatnya kekurangan pangan, Khalifah Umar langsung menyelesaikannya dan mencukupi bahan makanan mereka, bahkan beliau memanggulnya sendiri. Agar rakyat Irak terbebas dari kemiskinan, Khalifah Umar memberikan bantuan cuma-cuma kepada para petani Irak agar bisa mengolah tanah mereka. Kebijakan itu dilanjutkan oleh para Khalifah Umayah dan Abbasiyah.
Pendidikan, perumahan, kesehata, keamanan termasuk kebutuhan pokok rakyat mestinya dijamin oleh Pemerintah. Sungguh berbeda dengan yang dilakukan Khalifah Umar bin Khaththab, lebih dari 13 abad lalu. Di dalam Hayah ash-Shahâbat, Syaikh al-Kandahlawi memaparkan, bahwa Umar pernah akan memperluas Masjid Nabawi. Namun, niatnya terkendala oleh penolakan al-Abbas yang rumahnya bakal kena gusur untuk tujuan itu. Khalifah Umar pun tidak memaksanya. Beberapa waktu kemudian al-Abbas sendiri yang memperluasnya. Begitu pun saat akan dilakukan perluasan masjid di Mesir yang untuk itu harus menggusur rumah seorang non-Muslim. Khalifah Umar juga tidak memaksanya, apalagi menterornya dengan mengirim preman. Bandingkan kisah Umar dengan kisah Jokowi, Lak Beda Tho…[]