Jubir HTI Tanggapi Debat Pilpres: Terorisme Agenda Asing

 Jubir HTI Tanggapi Debat Pilpres: Terorisme Agenda Asing

Mediaumat.news – Dalam debat pilpres putaran pertama Capres Prabowo mengungkapkan bahwa isu terorisme ini tidak bisa dilepaskan dari agenda asing. “Ini pernyataan yang sangat tepat karena memang kita melihat ada inkonsistensi yang sangat jelas di dalam hal yang disebut war on terrorism,” ujar Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto seperti dalam video yang dipublikasikan Mediaumat.news, Senin (21/1/2019).

Menurut Ismail, kalau betul mereka itu hendak memerangi terorisme semestinya semua orang yang dalam meraih tujuannya menggunakan kekerasan, begitu juga kelompok termasuk juga negara, harus dianggap sebagai teroris. Tetapi pada kenyataannya hanya ditujukan kepada individu dan kelompok Islam.

“95 persen dari daftar Foreign Terrorist Organizations (FTO) yang dikeluarkan PBB atas rekomendasi Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat itu adalah individu dan kelompok Islam,” bebernya.

Ismail menyebutkan, dalam daftar tersebut terncantum nama Syekh Ahmad Yasin, tokoh pejuang pembebasan Palestina dari cengkeraman zionis Israel. “Bagaimana mungkin seseorang yang berjuang untuk merebut haknya, hak negerinya, hak kaum Muslimin di tanah Palestina dianggap sebagai teroris sementara yang menjajah Palestina tidak pernah disebut sebagai teroris?” tanyanya retoris.

Karena itulah nyata yang disebut  war on terrorism ini sesungguhnya hanya kedok saja, dia tidak sedang sungguh-sungguh melawan teroris, ini hanya kedok untuk maksud sesungguhnya yaitu war on Islam. Jadi war on terrorism itu adalah war on Islam, perang melawan Islam.

“Islam siapa? Islam yang dinilai akan mengganggu hegemoni dan dominasi Barat, khususnya di negeri-negeri Muslim. Karena itulah benar bahwa kita sebagai negeri Muslim terbesar di dunia harus waspada dan tidak boleh masuk di agenda setting ini,” pungkasnya.

Dalam debat capres pada 17 Januari tersebut, Prabowo menyebutkan pandangannya tentang isu terorisme. “Masalahnya adalah, karena pengalaman saya itu, saya mengetahui bahwa sering kali terorisme ini adalah dikirim dari negara lain. Dan sering juga dibuat nyamar seolah-olah teroris itu dari orang Islam. Padahal itu dikendalikan oleh yang mungkin juga bukan orang Islam, (tetapi) mungkin juga orang asing,” ujarnya.[] Joko Prasetyo

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *