Konflik Rusia-Ukraina Meluas ke Gereja Ortodoks
Kantor berita Rusia Today (5/1) mempublikasikan sebuah berita terkait langkah yang menunjukkan sejauh mana krisis hubungan Rusia dengan Ukraina. Patriarkat Ekumenis Moskwa menolak pakta independensi Gereja Ukraina, yang ditandatangani hari ini oleh Patriark Konstantinopel Bartolomeus, yang dinilainya batil. Bahkan ia memperingatkan bahwa perpecahan Gereja Ortodoks dapat berlangsung selama berabad-abad.
Pada saat Rusia berusaha menjadikan Ortodoksi sebagai benteng pengaruh Rusia di Eropa Timur dan kawasan Muslim, yakni Rusia akan mengembalikan ikatan lama yang dulu dicabik-cabik oleh otoritas komunisme. Apa yang dilakukan Rusia ini sebagai upaya untuk membangun peran globalnya, terutama setelah negara itu berpikir telah kembali mengintervensi Suriah. Sehingga upaya Rusia membangun hubungan gereja Ortodoks dengan gereja-gereja Palestina dan Suriah, di samping gereja-gereja tradisional dengan Eropa Timur, mendatangkan pukulan menyakitkan dari Ukraina.
Presiden Ukraina secara pribadi menghadiri upacara pemutusan hubungan antara Gereja Ukraina dan mitranya dari Rusia, yang telah menjadi pemimpin gereja-gereja ini sejak era Muhammad al-Fatih yang menggulingkan Konstantinopel, ibukota negara Byzantium, dan mengubahnya menjadi Istanbul sebagai ibu kota kekhalifahan Utsmani, di mana setelah itu kepemimpinan pindah ke Rusia.
Sungguh Rusia telah kehilangan dirinya di wilayah-wilayah pengaruhnya yang seharusnya paling stabil, seperti Ukraina, namun karena ambisi dan penjarahannya di Krimea, Rusia tidak hanya hilang pengaruhnya di Ukraina, juga kehilangan arena agama yang diinginkannya untuk mendukung pengaruhnya (hizb-ut-tahrir.info, 7/1/2019).