Elyasa Satu dari Berjuta-juta Anak Panah Islam, Kami Berdoa Semoga Beliau Istiqomah

 Elyasa Satu dari Berjuta-juta Anak Panah Islam, Kami Berdoa Semoga Beliau Istiqomah

Oleh: Achmad Fathoni (Dir. El Harokah Research Center)

Beberapa kali salah satu ulama Jatim KH. Heru Ivan Elyasa, yang juga Pengurus Forum Komunikasi Ulama Aswaja Jawa Timur (FKUA Jatim) memenuhi panggilan Polres Mojokerto atas dugaan pelanggaran UU ITE. Kehadiran beliau ini untuk menjalani proses penyidikan sebagai saksi. Beliau dilaporkan oleh seseorang ke Polres Mojokerto. Sehari-hari Kyai Heru Elyasa aktif dalam syiar dakwah Islam.

Abah Elyasa, satu dari jutaan ulama dan aktivis yang masih tsiqoh memegang tali Islam. Dan para ulama memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia di tengah-tengah umat. Dihormati karena keluasan pemahamannya tentang agama, dan diminta pendapatnya dalam  memecahkan setiap permasalahan umat. Ulama adalah pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan.  Jika keberadaan ulama adalah nikmat, maka sebaliknya wafatnya ulama adalah musibah bagi manusia.

Sabda Rosulullah SAW : ” Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu ini sekaligus yang dicabut dari hambaNya. Akan tetapi Allah akan mencabut ilmu ini dengan wafatnya para ulama. Dan jika para ulama tidak tersisa lagi, maka manusia akan memilih pemimpin-pemimpin yang bodoh. Pemimpin itupun di tanya maka ia akan berfatwa tanpa dasar ilmu. Lalu sesatlah mereka dan mereka juga menyesatkan orang lain” [HR. Bukhari]

Begitu istimewanya kedudukan ulama hingga dalam Islam keberadaannya benar-benar dijaga tidak saja oleh umat itu sendiri tapi juga oleh penguasanya. Yang mengurusi kepentingan umat dengan menerapkan syariah-Nya. Tidak akan ada lagi diskriminasi, teror dan  penganiayaan terhadap ulama. Karena umat dan pemimpinnya menyadari haram hukumnya berdiam diri, membiarkan ulamanya terdholimi.

Mereka jaga ulamanya secara fisik sambil terus mengopinikan pentingnya keberadaan ulama di tengah umat sebagai wasilah datangnya kebaikan dan melarang segala jenis penghinaan, ujaran kebencian juga permusuhan kepada ulama. Karena Rosulullah bersabda : ” Siapa saja yang memusuhi waliku maka Aku memaklumkan perang kepada dirinya” (HR. Al-Bukhori).

Peran amar ma’ruf nahi mungkar harus diemban oleh para guru umat, yaitu ulama. Di saat umat  mengalami kebingungan dalam menentukan sikap politiknya, ulama hadir untuk menuntaskan kebingungan tersebut. Dengan bersandar pada syariah, diharapakn para ulama tak terjebak dengan permainan politik pragmatis versi demokrasi. Yakni, tidak mudah terbawa arus dukung – mendukung parpol atau calon tertentu.

Terlebih parpol atau tokoh yang dicalonkan belum jelas keberpihakannya pada Islam. Minimnya pendidikan politik pada umat membuat umat terkesan menjauhkan diri dari politik. Inilah yang perlu diluruskan. Islam tak sekedar agama ritual, tapi sistem kehidupan yang mengatur seluruh persoalan hidup manusia.

Tugas ini tak hanya menjadi tugas ulama, tapi tugas kita semua sebagai umat terbaik. Ajaran Islam harus disampaikan mulai dari aqidah, syariah, dakwah hingga sistem pemerintahannya. Sebagaimana penuturan Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin: “Agama dan kekuasaan adalah dua hal saudara kembar. Agama adalah fondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan runtuh dan segala sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan lenyap”.[]

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *