MU: Inilah Harga yang Harus Dibayar Akibat Ketiadaan Khilafah!

 MU: Inilah Harga yang Harus Dibayar Akibat Ketiadaan Khilafah!

Mediaumat.info – Narator Media Umat (MU) Guslin al-Fikrah menyatakan, penghinaan dan krisis berkepanjangan adalah harga yang harus dibayar (ditunaikan) oleh umat Islam akibat ketiadaan khilafah.

“Inilah harga yang harus dibayar! Penghinaan dan krisis yang berkepanjangan,” ujarnya dalam program Perspektif Media Umat: Catatan 2024 Akibat Ketiadaan Khilafah, Jumat (24/1/2025) di kanal YouTube Media Umat.

Ia pun menyebut dua harga yang harus dibayar. Pertama, umat Islam harus menanggung penghinaan internasional yang terus menerus dan sistematis.

“Di Palestina umat Islam terus dibunuh dan dihina, sementara Masjidil Aqsha, tanah suci umat Islam, terus dinistakan,” sesalnya.

Tak hanya itu, lanjutnya, akibat ketiadaan khilafah, atas nama kebebasan berbicara, penghinaan terhadap Rasulullah SAW dan Al-Qur’an kini semakin sering terjadi di Barat.

Karena sebetulnya, sebut Guslin, penghinaan ini sudah dimulai sejak kolonialisme Barat. “Seperti yang tercatat dalam sejarah, jenderal Prancis menendang kuburan Salahuddin al-Ayyubi,” ungkapnya.

Ia menegaskan, ini menunjukkan kebencian nyata yang tidak bisa lagi disembunyikan oleh Barat, seperti yang Allah SWT firmankan dalam surah al-Baqarah, ayat 118.

“Telah nampak kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan dalam hati mereka jauh lebih besar lagi,” kutipnya.

Kedua, ketiadaan khilafah telah menciptakan krisis berkepanjangan yang terus berlarut-larut.

“Krisis ekonomi menyebabkan kelaparan dan kemiskinan. Krisis politik yang mengarah kepada konflik internal dan perang antar negara-negara Muslim. Serta konflik sosial yang menyebabkan tingginya tingkat kriminalitas menjadi kenyataan yang dialami oleh umat Islam,” bebernya

Menurutnya, semua ini terjadi karena umat Islam kehilangan kendali atas urusan mereka sendiri.

“Terjajah politik Barat dan dipimpin oleh pemimpin yang lebih mementingkan kepentingan penjajah asing daripada rakyat mereka,” terangnya.

Tak Boleh Putus Asa

Namun di tengah semua ini, Guslin mengingatkan, umat Islam tidak boleh berputus asa, karena sudah semakin banyak umat Islam yang menyadari kegagalan sistem politik kapitalisme yang diterapkan hari ini dan kebobrokan para penguasanya yang telah lama menjadi kaki tangan Barat.

“Mereka juga semakin merindukan kehidupan Islam yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW,” gugahnya.

Ia menilai, fakta tersebut diperkuat dengan nampaknya dua kondisi yang semakin nyata.

Pertama, umat Islam semakin haus akan persatuan politik seperti seseorang yang kehausan di tengah padang pasir. Yang kedua, masalah kemuliaan Islam. Telah mengakar ke dalam jiwa umat Islam yang ingin melihat Islam kembali berjaya,” jelasnya.

Harus Kembali kepada Khilafah

Hanya saja, terang Guslin, untuk mencapai persatuan dan kemuliaan Islam, umat Islam harus kembali kepada akar kekuatan mereka, yaitu negara Islam al-khilafah, sebuah sistem pemerintahan Islam yang melaksanakan Islam dan yang pernah mempersatukan umat dan menjaga kemuliaan Islam.

Hal itu, menurutnya, sebagaimana yang disampaikan Khalifah Sayyidina Umar Bin Khattab ra.

“Kita adalah umat yang paling hina, lalu Allah memuliakan kita dengan Islam. Maka betapapun kita mencari kemuliaan dengan selain apa dengannya Allah memulikan kita (Islam), maka Allah, menghinakan kita,” pungkasnya.[] Muhar

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *