INDEF: Indonesia Cetak Rekor Deflasi Sembilan Bulan Berturut-turut!

 INDEF: Indonesia Cetak Rekor Deflasi Sembilan Bulan Berturut-turut!

Mediaumat.info – Kepala Pusat Makro Ekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman mengatakan Indonesia telah mencetak rekor deflasi sembilan bulan berturut-turut.

“Berdasar data BI sejak bulan Maret tahun 2024 tingkat inflasi terus terjadi penurunan, hingga bulan November 2024. Artinya sejak bulan Maret tersebut hingga November 2024 masih terjadi deflasi,” tuturnya kepada media-umat.info, Jumat (3/1/2024).

Ia menjelaskan, definisi deflasi adalah penurunan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu perekonomian selama periode waktu tertentu. “Deflasi terjadi ketika tingkat inflasi menjadi negatif (tren menurun), yang berarti harga-harga secara keseluruhan turun dibandingkan periode sebelumnya,” terangnya.

Menurutnya, penyebab deflasi antara lain, pertama, penurunan permintaan agregat, misalnya ketika konsumen dan bisnis mengurangi pengeluaran, permintaan barang dan jasa menurun, sehingga harga jatuh. Kedua, peningkatan pasokan. Misalnya saat produksi barang melampaui permintaan, harga bisa turun. Ketiga, kebijakan moneter yang terlalu ketat. Contoh suku bunga BI tinggi atau pengetatan likuiditas dapat mengurangi konsumsi dan investasi.

Secara umum, kata Rizal, dampak deflasi bisa negatif. Jangka pendek, apabila tidak diiringi kenaikan daya beli atau pendapatan (akibat dari penurunan keuntungan perusahaan), peningkatan pengangguran, dan juga penundaan konsumsi karena ekspektasi harga akan terus turun.

“Dalam jangka panjang, deflasi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.

Hasil Proyeksi Inflasi Desember 2024 dengan menggunakan Model ARIMA (2.1.2), berdasarkan perhitungan data series tingkat inflasi bulanan dari Bank Indonesia, inflasi pada Desember 2024 diproyeksikan sebesar 1.47%. Angka tersebut lebih rendah dari inflasi bulan November 2024 (1.55%).

“Hasil ini menunjukkan penurunan inflasi yang berkelanjutan, yang didukung oleh daya beli masyarakat melandai, kebijakan stabilisasi ekonomi meskipun ada tantangan musiman pada akhir tahun,” kata Rizal.

Faktor utama yang melandasi proyeksi ini meliputi pola musiman konsumsi, kondisi harga komoditas global, kebijakan moneter, serta distribusi barang. Rizal menilai, kenaikan harga pangan dan energi global dapat memperbesar tekanan inflasi, sementara kebijakan moneter ketat oleh Bank Indonesia, seperti suku bunga tinggi, dapat menahan laju inflasi. Selain itu, gangguan distribusi menjelang akhir tahun juga menjadi faktor risiko yang dapat memengaruhi inflasi Desember.

“Jadi, siapkan sabuk pengaman, kencangkan ikat pinggang, perkuat daya tahan, karena kondisi ekonomi sedang tidak baik-baik saja, justru makin parah,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *