UIY Paparkan Dua Faktor Dolar AS Menghegemoni Dunia

 UIY Paparkan Dua Faktor Dolar AS Menghegemoni Dunia

Mediaumat.info – Menjawab seputar penyebab mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang selama ini seolah hegemonik, Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) memaparkan dua faktor.

“Itu ada dua soal, ada faktor ekonomi, ada faktor politik,” ujarnya dalam Focus to The Point: Dolar Naik Turun, Ekonomi Terganggu, Ini Solusi Islam! di kanal YouTube UIY Official, Senin (15/7/2024).

Berkenaan faktor ekonomi, kata UIY memaparkan, sepanjang digunakan sebagai denominasi untuk transaksi-transaksi global seperti impor migas, notabene sangat besar jumlahnya, maka hegemoni dolar AS tetap akan terus terjadi.

Pasalnya, permintaan yang tinggi terhadap dolar juga memperkuat nilainya terhadap mata uang lain. “Itu seperti hukum permintaan penawaran,” sebutnya, tentang tingkat perubahan harga yang memengaruhi permintaan atau penawaran produk yang juga dikenal sebagai elastisitas harga.

Sedangkan faktor politik, sambung UIY, tampak ketika AS memaksakan penggunaan mata uangnya ke berbagai negara di dunia. Maknanya, meskipun dominasinya terus berlanjut, tantangan domestik terlebih internasional terhadap dolar AS meningkat, sehingga diperlukan langkah-langkah politik untuk mempertahankan hegemoni dimaksud.

Tengoklah kasus jatuhnya Saddam Hussein, presiden Irak, pada 2003. Dilansir republika.co.id dalam rubrik opini pada 7 Desember 2016 silam, saat masih berkuasa pada 2000, mendiang Presiden Irak Saddam Hussein melakukan langkah yang sangat berani dengan meninggalkan dolar AS.

Bahkan pada November di tahun itu, Saddam Hussein memutuskan tidak lagi menggunakan mata uang dolar AS dalam seluruh transaksinya. Yang paling besar adalah hasil penjualan minyak Irak, yang dalam lima tahun nilainya mencapai 60 miliar dolar AS. Saddam juga mengubah cadangan devisanya 10 miliar dolar AS yang disimpan di BNP Paribas (Prancis) cabang New York ke euro, mata uang tunggal Eropa yang kala itu lagi naik daun.

Sontak, seruan itu sempat membuat marah AS. Sebab, Irak termasuk produsen minyak bumi terbesar di dunia, sementara penggunaan euro bakal membahayakan posisi dolar AS. “Karena itulah sebelum itu berlanjut maka Saddam dijatuhkan,” nilai UIY, masih terkait faktor politik yang menyebabkan dolar AS terkesan hegemonik.

Kestabilan Emas dan Perak

“Berbeda dengan (mata uang) emas. Emas itu nilai nominalnya ditopang oleh intrinsiknya,” beber UIY membandingkan uang fiat atau jenis mata uang yang tidak didukung oleh logam mulia, seperti emas atau perak, atau didukung oleh aset atau komoditas berwujud lainnya, dengan mata uang dinar dan dirham yang berbasis emas dan perak.

Untuk ditambahkan, sejak era pemerintahan Islam di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW hingga sekarang, nilai intrinsik satu dinar sendiri adalah 4,25 gram emas, sedangkan satu dirham 2,975 gram perak.

Oleh karena itu, ketika harga barang naik, nilai kedua mata uang tersebut juga naik sehingga daya beli masyarakat bakal tetap terjaga. “Dengan mata uang emas, itu daya beli kita itu terjaga, ekonomi juga stabil kalau daya beli terjaga,” jelasnya, sembari menyebut aneh terhadap AS yang malah memaksa dunia menggunakan dolarnya, tetapi di saat yang sama memperbanyak cadangan emasnya.

Malah sebagaimana disebut banyak pihak, sambung UIY, cadangan emas AS lebih dari 8000 ton, dan terus bertambah yang di antaranya didapat dari Freeport. “Mengapa? Karena sesungguhnya dia (AS) tahu bahwa uang yang benar-benar uang itu ya emas itu, bukan dolar,” tegasnya.

Apalagi, denominasi mata uang kertas termasuk dolar AS sangat bergantung pada legal tender dari pemerintah setempat. “Begitu juga dengan dolar. Karena itu dia pastikan bahwa ekonominya tetap kuat, dengan apa? The real money. Apa itu? Ya emas,” pungkasnya. [] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *