Larangan Ucapan Selamat Perayaan Agama Lain, UIY: Upaya Jaga Akidah!
Mediaumat.info – Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY) menilai, fatwa larangan ucapan selamat kepada hari raya agama lain yang dikeluarkan oleh MUI beberapa waktu lalu adalah upaya menjaga keselamatan akidah.
“Fatwa larangan ucapan selamat kepada hari raya agama lain, sebagaimana fatwa tentang tidak bolehnya kita mengucapkan salam lintas agama, sebenarnya kalau kita baca adalah usaha untuk menjaga kebersihan dan keselamatan akidah kita,” tuturnya di acara Focus to The Point: Fatwa MUI Menjaga Akidah Islam, BPIP Tuding Ancam Pancasila, Kamis (20/6/2024) melalui kanal YouTube UIY Official.
UIY beralasan, perayaan agama lain itu bukan sekadar perayaan tetapi di dalamnya terkandung keyakinan. Ia mencontohkan, Natal tidak bisa dilepaskan dari keyakinan bahwa hari itu lahir Yesus anak tuhan.
“Itu jelas sekali disebut di dalam pernyataan resmi. Misalnya kita ambil contoh PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) dan KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) itu boleh dicek di website resmi mereka itu mengatakan bahwa hari ini kita bergembira atas kelahiran Yesus anak Allah,” ucapnya mencontohkan.
Keyakinan bahwa Tuhan punya anak, sambungnya, jelas bertentangan dengan akidah Islam sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an surah al-Ikhlas.
“Bahkan di dalam ayat lain (Surah Maryam ayat 88-92) disebutkan sebagai kemungkaran yang sangat besar. Sedemikian besarnya sampai disebutkan dalam ayat itu langit pecah, bumi terbelah, gunung runtuh karena klaim Ar-Rahman (Allah SWT) punya anak,” tandasnya.
Oleh karena itu, UIY meningatkan, agar kaum Muslim tidak sembarang mengucapkan selamat kepada sesuatu yang jelas-jelas bertentangan dengan akidah Islam.
“Lagi pula kalau kita membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia, di situ dijelaskan pengertian selamat itu di antara maknanya adalah pengharapan untuk adanya kebaikan kepada orang yang kita beri selamat. Pertanyaannya, apakah betul kita mengharapkan kebaikan kepada sesuatu yang jelas-jelas itu bertentangan dengan akidah kita, bahkan Allah sendiri sangat murka terhadap pernyataan itu?” tanyanya retorik.
Hanya Lisan
Terhadap klaim sebagian orang yang mengatakan bahwa ucapan itu hanya lisan yang tidak merubah keimanan, UIY balik bertanya beranikah orang itu mengucapkan ‘Celaka kalian’ karena itu sekadar lisan?
“Itu menunjukkan bahwa lisan bukan sekadar lisan. Bahkan sekarang ini ada yang disebut dengan pencemaran nama baik itu kan juga lisan, berbohong juga lisan. Artinya lisan itu ada hisabnya, ada nilainya, ada standarnya, dan ada maknanya. Makna ini yang harus diperhatikan,” bebernya.
Alasan toleransi pun, menurut UIY tidak bisa dibenarkan, sebab Islam telah menjelaskan secara gamblang tentang toleransi ini yaitu lakum diinukum waliyadiin (untukmu agamamu dan untukku agamaku).
Saya kira, itu batasnya. Jadi, ketika kita membiarkan mereka merayakan Natal termasuk meyakini apa yang mereka yakini, itulah toleransi,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat