Sejauh Mana Kontribusi 145 Negara Cegah Zionis Menjajah Palestina?

 Sejauh Mana Kontribusi 145 Negara Cegah Zionis Menjajah Palestina?

Mediaumat.info – Dari sikap 145 negara dari total 193 negara anggota PBB yang hingga saat ini telah mengakui kemerdekaan Palestina, memunculkan pertanyaan penting terkait kontribusi negara pendukung dalam hal pencegahan Zionis Yahudi untuk terus melakukan pembantaian dan penjajahan.

“Sejauh mana pengakuan itu mencegah Zionis melakukan pembantaian dan penjajahan?” tanya Pakar Hubungan Internasional Hasbi Aswar, Ph.D. dalam Live Streaming Aksi Umat Islam Bela Palestina, Jum’at (31/5/2024) di kanal YouTube Rayah TV.

Menurutnya, pengakuan tersebut sekadar pengakuan moral tanpa didukung sikap yang jelas. “Ini berbeda misalnya dengan pengakuan Amerika terhadap Ukraina sebagai sekutu,” lontar Hasbi membandingkan.

Maksudnya, dukungan terhadap Ukraina telah nyata diperlihatkan melalui sikap Amerika Serikat (AS) dengan mengonsolidasi dan mengajak negara-negara sekutu dengan memberikan bantuan militer di samping bantuan kemanusiaan yang terus ditambahkan ke Ukraina di tengah perang yang terjadi di Federasi Rusia, sebuah agresi tak beralasan yang telah memicu pengungsian dan kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar.

“Itu kan jelas riil, bukan hanya di lisan tapi juga di perbuatan,” tegas Hasbi.

Sementara 145 negara yang notabene mayoritas mendukung Palestina, terutama negeri-negeri Muslim yang berjumlah lebih dari 53 negara, tidak melakukan hal yang sama.

Kata Hasbi, sebagian dari mereka justru mendukung eksistensi Zionis Yahudi. “Lebih jauh lagi, mereka bekerja sama dengan Zionis Israel,” imbuhnya.

Kepentingan Rezim Sekuler

Dalam urusan politik luar negeri, sambung Hasbi menjelaskan, terkadang rezim sebuah negara mengambil sikap tertentu sekadar untuk kepentingan kekuasaannya.

Adalah sikap publik Turki, misalnya, yang terlebih dahulu mengecam keras Zionis Yahudi dan mendesak rezim setempat bersikap tegas. Akhirnya pemerintahan Erdogan pun memutuskan hubungan diplomatik dan mengembargo atau menangguhkan hubungan perdagangan dengan entitas penjajah Yahudi dalam beberapa bulan terakhir.

Tak hanya itu, sikap ini dituding karena adanya kepentingan jangka pendek Erdogan yang di dalam gelaran pemilu sebelumnya sudah terancam kalah.

Sehingga dengan kata lain, bisa dikatakan dari mayoritas negara anggota PBB yang bersikap mendukung kemerdekaan tetapi tidak mencegah terjadinya penjajahan atas Palestina, memiliki motif bermacam-macam. “145 negara, kita kembali lagi tadi itu, macam-macam motifnya,” tegasnya.

Pun semakin tampak jelas ketika para penguasa negeri Muslim mendukung solusi dua negara, tidak ada langkah nyata untuk mewujudkan itu. “Apa langkah-langkah dari negeri-negeri Muslim untuk mendukung solusi dua negara? Kan tidak ada,” ucapnya.

Tak ayal, realitas kekuasaan di wilayah pendudukan saat ini ia sebut bukanlah dua otoritas meskipun sejak Perjanjian Oslo menandai pertama kalinya Zionis Yahudi dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) secara resmi mengakui satu sama lain.

Artinya, baik di Gaza maupun Tepi Barat tak memiliki kekuatan militer yang pada dasarnya sebagai wujud nyata dari sebuah negara. “Di mana tentara atau pasukan keamanan Palestina? Memang enggak ada,” tandasnya.

Solusi Pembebasan

“Ada dua kemungkinan, bisa pembebasan dari dalam atau juga bisa pembebasan dari luar,” ujarnya, merujuk pada peristiwa pembebasan sebelumnya, oleh Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra dari tangan Romawi pada tahun 16 H/ 637 M dan Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi di bawah perjanjian Shulh al-Ramlah pada tanggal 27 Rajab, 583 H/ 1187 M.

Namun, dikarenakan penjajahan yang terjadi saat ini telah berlangsung sejak konflik Zionis Yahudi dan Palestina terjadi pada 1917 yang ditandai dengan dikeluarkannya Deklarasi Balfour, menurut Hasbi, harusnya pembebasan Palestina ini dilakukan dari luar dan dalam.

“Karena ini adalah penjajahan dari kekuatan global maka menurut saya memang harusnya pembebasan terhadap Palestina ini, pertarungan luar dalam,” sebutnya.

Maknanya, selain perjuangan para mujahidin dari dalam, kaum Muslim di luar Palestina harus bersatu dan bahu-membahu melakukan segala cara untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis Yahudi dan juga penjajahan rezim global saat ini.

Untuk diketahui, meski dari segi jumlah tentara aktif, Zionis Yahudi hanya memiliki sekitar 170 ribu personel, atau berada di peringkat ke-17, dua tingkat di bawah Mesir, ditambah cakupan luas wilayah lebih kecil dibandingkan Provinsi Jawa Barat, misalnya, terdapat kekuatan global yang mengondisikan rezim Zionis Yahudi tetap aman dan semakin angkuh.

“Bagaimana caranya? Kalau kita lihat list atau ranking dari negara-negara di Timur Tengah yang mendapatkan support Amerika itu, itu negara-negara yang dapat rangking lima terbesar itu negara-negara yang berbatasan dengan Israel,” pungkasnya. [] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *