Siyasah Institute: Umat Butuh Sikap Negarawan Alim Ulama

 Siyasah Institute: Umat Butuh Sikap Negarawan Alim Ulama

Mediaumat.info – Pernyataan Wakil Ketua Wantim MUI Zainut Tauhid Sa’adi yang meminta semua pihak menghormati putusan MK terkait sengketa hasil Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024, ditanggapi Direktur Siyasah Institute Iwan Januar.

“Tanpa mengurangi rasa hormat kita pada pernyataan dan eksistensi lembaga MUI, namun saya merasa ada ganjalan terhadap pernyataan ini. Benar, umat harus menjaga kebersamaan membangun negeri agar jauh dari chaos dan hal-hal yang merugikan negeri ini. Akan tetapi, umat juga membutuhkan sikap negarawan dari para alim ulama terhadap kisruhnya politik nasional belakangan ini,” ujarnya kepada Media-umat.info, Kamis (25/4/2024)

Menurutnya, ulama seharusnya tampil di garda terdepan menyuarakan kebenaran dan melawan kemungkaran, bukan sekadar menghembuskan angin sejuk.

“Umat belum melihat sikap para ulama terhadap berkembangnya politik dinasti dan nepotisme di tanah air yang justru dikuatkan oleh presiden,” ungkap Iwan.

Padahal dalam ajaran Islam, katanya, sikap nepotisme dalam kekuasaan adalah sesuatu yang terlarang. Memanfaatkan kekerabatan untuk jabatan padahal banyak orang yang lebih kapabel. Apalagi nepotisme sering dijadikan cara melanggengkan dinasti keluarga.

“Terbukti di tanah air, politik dinasti dan nepotisme merusak sendi hukum dan pemerintahan. Banyak kebijakan korup dipertahankan akibat politik dinasti. Bahkan nanti anak atau kerabat yang meneruskan jabatan keluarga dijadikan pelindung atas segala kejahatan ayah atau kerabatnya,” bebernya.

Ia juga belum mendengar teguran terhadap penguasa yang diduga kuat menyalahgunakan aturan untuk kepentingan politik golongan, seperti bansos, pengerahan kepala desa, dsb.

“Kalau pun itu tidak terjadi, sebenarnya umat berharap ada seruan keras dari ulama agar para penguasa jangan melakukan kebijakan yang berpotensi kecurangan,” katanya.

Ia justru malu karena yang tampil ke muka adalah seorang romo, tokoh agama lain, dan bukan ulama. Padahal negeri ini mayoritas Muslim semestinya Islam dan para tokohnya menentukan arah negeri ini. Ulama punya tanggung jawab besar menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, bukan sekedar meniupkan angin sejuk, meredakan bara politik dan sosial, sementara titik apinya tidak dihentikan.

“Imam al-Ghazali mengingatkan bahwa rusaknya rakyat karena kerusakan penguasa, sedangkan penguasa itu menjadi rusak karena rusaknya ulama. Artinya, ulama jauh lebih besar perannya ketimbang penguasa,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *